DARI SEDAYU ~JOGJAKARTA, YANKTIE MENGUCAPKAN SELAMAT MEMBACA CERITA SEDERHANA INI
\~\~\~\~\~
“Bagaimana kata dokter, Mas?” Putut menanyakan kondisi Amie. Karena dilihatnya Amie seperti mayat hidup yang tidak responsif. Para lelaki memang ngobrol di teras ruang rawat agar ruangan tak terlalu sesak oleh orang.
Putro menerangkan semua info dari dokter. Juga rencana mereka membawa Amie ke Jogja, tapi terbentur pada SDM yang akan menemani Amie di sana. Mendengar itu Putut langsung menghampiri ibunya dan memintanya keluar untuk berbicara dengan Putro.
“Bu, mas Putro ingin membawa Amie ke Jogja, karena saran dokter dia harus di jauhkan dari semua kenangan yang membuat trauma. Tapi mereka kebingungan karena tak ada yang bisa mendampingi Amie full di rumah simbah di Jogja.”
“Apa Ibu bisa bantu cari perawat yang bisa mengurus Amie? Kalau untuk yang menjaganya, aku bersedia. Tapi harus ada perempuan yang menemani, aku takut timbul fitnah.” Putut meminta pendapat sang ibu.
“Kamu yakin? Kamu ‘kan kerja di Bandung?” Putro tentu bingung mendengar ucapan Putut barusan.
"Ibu senang kalau kamu mau merawat Amie, tapi kamu harus minta izin pakde Siswojo dan mertuanya terlebih dahulu. Nanti kita kesalahan Nang,” balas bu Pratiwi yang sudah tahu akan tekad anak sulungnya.
“Mumpung semua ada di sini, biar aku yang bicara dengan pakde dan bude Siswojo dan mertuanya Amie,” sahut Putut dengan yakin. Putro senang bila ada solusi untuk masalah Amie. Karena baginya keluarga pak Cokro bukan orang lain.
“Apa tak sebaiknya di bawa ke rumah saya saja? Dia ‘kan juga tak punya banyak memori dengan Angga di sana?” demikian pendapat bunda mertua Amie.
“Tidak banyak, bukan berarti tidak ada ‘kan?” ayahku kali ini bersuara.
“Tapi monggo saja. Saya manut yang terbaik. Tapi saya pribadi merasa, sejak Angga tidak ada, maka pengasuhan Amie kembali pada saya. Bukan tidak percaya pada kalian, tapi saya takut anak saya merepotkan di rumah keluarga besan.”
Ternyata ibu pun berpikiran sama dengan ayah. Apa keluarga Angga akan merawat Amie dengan sepenuh hati seperti ibu merawat Amie? Amie adalah kejoranya, sejak dia punya dua jagoan. Kelahiran Amie membuatnya merasa bahagia karena ikut merasa memiliki bayi perempuan.
Ibu lebih setuju Amie di bawa ke rumah orang tua suaminya, bukan ke rumah bu Handoyo mertua Amie. Akhir pekan mereka semua bisa menginap di Jogja menemani Amie. “Saya juga berpikir lebih baik Amie di rumah simbah di Cangkringan. Setiap pulang kerja hari Jumat kita semua bisa berangkat ke Jogja hingga hari Minggu tengah malam. Kalau dia dibawa ke Purbowinangun, saya takut dia merasa asing di lingkungan yang tak biasa untuknya.”
Dengan perdebatan panjang, akhirnya diputuskan Amie akan dirawat bu Pratiwi, istri pak Cokro. Dengan penanggung jawab perawatan Putut dan akan ada perawat yang menemaninya.
Besok bu Cokro akan mencari perawat yang bisa bekerja di rumahnya. Mungkin dua atau tiga perawat akan dia pekerjakan dengan shift yang terjadwal sehingga para perawat itu tetap bisa bekerja di klinik atau rumah sakitnya.
Bu Cokro sangat senang, karena sejak dulu Amie juga anak perempuannya. Ketiga anaknya semua laki-laki. Adiknya Putut saat ini masih kelas 11 dan si bungsu baru kelas 6. Dahulu dia mengira anaknya hanya Putut, ternyata masih di beri tambahan dua bonus. Memang dia sulit hamil. Hamil Putut saja setelah lima tahun pernikahannya.
Setelah semua sepakat, Putut masuk ke kamar, dia ingin menemui Amie. “Apa khabar RA? Inget sama Mas PU?” bisik Putut lirih.
Aku lihat Amie memutar bola matanya, dia menoleh pada orang yang berbisik di telinganya. Lalu tanpa ragu dia memeluk Putut.
Amie menangis dalam pelukan Putut, dan kami semua yang di luar melihat dengan bermacam pikiran yang berbeda.
“Ssttt … jangan nangis, istigfar ya?” bujuk Putut yang direspon dengan anggukan oleh Amie.
Putro dan bude Diah sampai bingung Amie merespon Putut. Sedang sejak dia sadar, Amie tak pernah merespon siapa pun. Mau makan hanya bila disuapi oleh Ragil.
Aku dan mas Putro meraba, ada hubungan batin antara Putut dan Amie? Pantas sejak Angga meninggal Putut tak pernah mau terlambat sedikit pun mencari info perkembangan Amie.
“Sekarang kamu minum air putih yang banyak lalu tidur ya? Mas PU ada di sini nungguin kamu.” Putut memberikan gelas yang disodorkan ibuku.
Tanpa membantah Ami meminumnya hingga tersisa sangat sedikit. Putut menurunkan sandaran kepala kasur. Dia membenarkan selimutnya dan mematikan televisi agar Amie bisa tidur nyaman. Setelah itu Putut duduk di tepi ranjang dan mengusap-usap kening Amie agar cepat tidur. Amie memegang erat tangan kiri Putut seakan takut ditinggal.
Ibu dan mas Putro hanya bisa saling tatap. “Mas, tolong panggilkan Ibuku,” pinta Putut. Dia tak bisa beranjak karena Amie memegang erat lengannya.
“Ono opo Nang ( ada apa nak )?” bisik bu Cokro. Dia melihat Amie sudah terlelap tapi masih memeluk erat tangan Putut. Bahkan Putut berupaya melepasnya pun Amie merasa keberatan dan bergumam seakan tak rela melepas pegangannya.
“Ibu lihatkan? Kalau nanti Amie tak mau aku tinggal pulang, Ibu dan Bapak pulang dengan Pramex aja ya?” bisik Putut pada ibunya sambil memperlihatkan kalau Amie tak mau tangannya dilepas. Dia merasa Amie akan merengek bila dia tinggal pulang ke Jogja.
Pak Cokro bisa menyetir, jarak jauh sekali pun. Tapi tidak bila malam hari. Matanya sudah tak bisa jelas bila malam. Maka dokter melarangnya menyetir saat malam. Itu alasan Putut meminta ayahnya pulang dengan kereta api.
Bu Cokro mengerti, rupanya cinta keduanya memang sangat dalam, hanya waktu dan tempat yang belum membuat mereka bisa bersatu. Aku baru tahu, ternyata saat Angga melamar Amie, sebelumnya Putut sudah bilang pada ibunya dia berkeinginan melamar Amie yang dicintainya sejak masih SD.
“Jadi bagaimana keputusannya?” bisikku pada ayah. Aku baru keluar membeli lima belas kotak nasi untuk makan siang.
“Kita menunggu konsultasi dengan dokter jiwa hari Senin pagi. Kalau bisa pulang, ya langsung di bawa ke Cangkringan. Ayah minta sore ini, kamu dan Ragil menemani ibu membereskan pakaian dan perlengkapan Amie dari rumahnya. Nanti perlengkapan itu di bawa ke rumah kita dahulu. Hari Senin pagi baru di taruh di mobil, jadi saat dapat izin pulang dari dokter, langsung bisa kita bawa ke sana.” ayah menerangkan langkah yang akan keluarga kami ambil.
Sementara itu bu Cokro sedang sibuk memerintah asisten rumah tangganya membersihkan kamar tengah di rumah Amie. Dia ingin saat lusa Amie datang, kamarnya sudah bersih dan siap untuk di tempati.
\=================================================
Hallo semua. Semoga selalu sehat yaaaa
YANKTIE mengucapkan terima kasih kalian sudah mampir ke cerita sederhana ini. Ditunggu komen manisnya ya.
Jangan lupa juga kasih LIKE, hadiah secangkir kopi atau setangkai mawar dan setiap hari Senin gunakan VOTE yang kalian dapat gratis dari noveltoon/mangatoon untuk diberikan ke novel ini ya
Salam manis dari Sedayu~Yogyakarta
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments