Selaksa Kecewa

Sepasang mata sembab itu kembali berkabut, seolah sumber air yang mengalirkan air mata setiap saat itu, tak pernah kering setiap waktunya. Selalu ada rasa kecewa dan duka berpanjangan, hingga membuat bejana cinta Maya untuk Ditya, pecah dan tak lagi terisi. yang ada hanyalah ruang kebencian yang menumpuk layaknya gunung.

Mayasari Ahmad, wanita itu terjaga dari pingsannya, saat senja nyaris terlihat. Shela pergi entah kemana, mungkin pulang karena sebentar lagi malam dan ia perlu bekerja.

Satu-satunya hal yang demikian sangat ingin Maya lakukan adalah, ia ingin segera pulang, dan mengistirahatkan tubuhnya di dalam rumah saja. Meski ia tahu bahwa itu tak akan mendapatkan izin dari rumah sakit tempat Maya di rawat, namun Maya tetap bertekad untuk pulang.

Maya hanya tak mau saja, dua kali ia melihat Aditya yang muncul lagi di hadapannya.

Maya kembali membuka paksa jarum infus yang terpasang pada lengan kirinya. Meski terasa sakit, namun Maya berusaha kuat menahan.

Luka pada pahanya itu, membuat Maya meringis menahan nyeri. Bahkan sakitnya lebih parah daripada sebelumnya. Pelan tapi pasti, Maya tak tahan juga dan lebih memilih menjatuhkan air mata.

'Aku sudah berusaha membuang rasa ini, Tuhan? Lantas, mengapa aku kau buat bertemu lagi dengan Aditya?'

Batin Maya ikut tersedu.

Dengan langkah pelan, Maya berniat keluar dari ruangan, dan mendapati Mami Jovita muncul dari ambang pintu. Maya yang mematung, segera dipeluk oleh wanita bertubuh seksi itu.

"Sayang, maafkan Mami, Mami baru bisa menjenguk mu sekarang. Urusan dengan Liana, sudah selesai. Dia sudah Mami keluarkan dari daftar anak mami. Maaf, Mami yang salah dari awal," Jovita memeluk Maya dengan penuh sayang.

Ada sebuah kisah yang membuat Jovita begitu berat bila harus menyalahkan Maya. Seperti seorang induk, yang akan menyerang siapapun, bila Maya diperlakukan tidak adil oleh siapapun.

Kisah itu, cukup membuat Jovita kembali bernostalgia dengan masa lalu yang kelam. Ada sebuah janji dari lubuk hari Jovita yang terdalam, ia akan menjaga Maya hingga Maya menemukan pendamping hidup yang sanggup menjaganya.

Tujuh tahun lalu ....

 

Tangis dua bayi berusia nyaris satu tahun menangis lantang ditengah kesunyian malam dan derasnya hujan. Seorang ibu muda tanpa suami, menangis tersedu karena menyaksikan kedua anaknya kedinginan.

Sekujur tubuh dua bayi itu menggigil kedinginan, dengan kulit yang sudah memucat dan nyaris kebiruan. Adakah yang Sudi menolong? Jawabannya tidak.

Dialah, Mayasari Ahmad. Wanita yang hidup dengan beribu luka yang bersajak dalam hatinya. Wanita yang kini tak lagi mengenal cinta, akibat bujuk rayuan seorang Aditya Darmadji.

Jovita berteriak dari jauh, meneriaki seorang jambret yang mencuri seluruh uang Jovita yang hendak dibayarkan hutang olehnya. Entah keberanian dari mana, Maya sanggup melumpuhkan jambret itu.

Andai saat itu Maya segera jujur bahwa bayi kembarnya sedang sakit mungkin anak perempuannya bisa terselamatkan. Namun akibat terlambat di tangani, putri Maya harus menyerah pada takdir, memaksa semua orang untuk mengubur jasad mungilnya dalam tanah yang dingin.

Hanya tinggal putra Maya yang kuat dan bertahan, memiliki tekad kuat untuk sembuh, dan tak mudah menyerah pada kerasnya dunia. Sanggup menantang takdir dan sanggup melawan siapapun yang melukai ibunya. Bayi laki-laki itu, telah berada di tempat yang aman dan tak akan pernah Maya tampakkan, apalagi di depan Ditya.

Andai malam itu Maya tak menolong Jovita, Jovita sendiri tak tahu bagaimana nasibnya kini. Harta yang akan ia pergunakan untuk menutup hutang, beruntung selamat di tangan Maya yang tak ingin imbalan apapun.

Dari sana lah, kisah Jovita dan Maya terbentuk. bekerja pada Jovita sebagai Lady Esscort, Maya tak pernah melayani laki-laki diatas ranjang, hanya sekedar bernyanyi dan sedikit bergoyang di depan para lelaki yang haus belaian.

Hingga bertahun-tahun lamanya Maya bekerja menyanyi di tempat Jovita, dua tahun lalu putra Maya jatuh sakit, sakit keras hingga membuat Maya tak memiliki pilihan lain, selain menjual tubuhnya untuk dijamah dan dinikmati pria kaya pemuja kenikmatan surgawi dunia. Demi uang, Maya rela menjadi pelacur. Sedahsyat itu pengaruh uang bila dihadapkan pada suatu keadaan yang sulit.

Maka saat itulah, Maya tak akan memungkiri bahwa dia adalah seorang pelacur, penjaja tubuh demi kesembuhan sang putra.

Dimana Aditya?

Lelaki itu entah kemana, hanya membiarkan luka menganga yang hingga kini tak pernah kering.

 

"Tak apa, Mam, andai aku mampu menjaga emosiku kala itu, aku mungkin tak akan berkelahi dengannya. Maaf, aku mengacaukan bar milikmu," Maya melerai pelukan Jovita, mencoba untuk menghapus air matanya yang meleleh.

"Kau, mengapa kau membuka selang infusnya? Lukamu masih parah, dan kau tak boleh keluar rumah sakit begitu saja," ujar Jovita kemudian.

"Shela tidak cerita?" tanya Maya yang kini menatap sendu Jovita. Bayangan Ditya kembali mengitari otaknya.

Jovita mengusap lembut pipi Maya sambil berkata, "Aditya, aku bahkan berani bertaruh bahwa, menghindarinya hanya akan membuatmu sakit sendiri. Aku tak mengajarimu dendam, Maya. Hanya saja, jikalau kau pergi begitu saja dari Ditya tanpa membalasnya, itu terlalu enak untuk Ditya. Setidaknya, jika kau di dekatnya olehnya, kau harus menyaksikan sendiri bagaimana Tuhan menghukumnya. Bersikaplah biasa saja, jangan menghindar."

Belum sempat Maya menyahuti kalimat Jovita, Wanita itu melihat siluet Aditya yang muncul dengan penampilan segarnya. Tampak, Aditya berjalan anggun menuju ke arah ruang rawat Maya.

"Dia datang, Mam," ucap Maya dengan bibir bergetar.

"Tak apa. Hadapi dia," jawab Jovita.

"Tetapi aku tidak mampu," tegas Maya, "aku ingin pergi saja dari sini, Mam. Bawa aku ke rumah sakit lain agar Ditya tidak menemukan aku."

Jovita membalikkan badan, menatap Ditya yang kini tengah menuju ke arahnya.

"Jangan takut, ada Mami yang akan menjagamu," Jovita menatap yakin pada Maya.

"Ayo masuk, kau perlu dipasangi infus lagi. Jangan seperti ini. Masalah tak akan selesai jika kau keras kepala,"

"Maya, mau kemana lagi?" Aditya muncul dengan senyum hangat, membuat Maya muak. "Kau melepas infusnya lagi?" tanya Ditya kemudian, yang melihat Maya tak lagi memakai infus.

Ditatapnya sosok wanita yang kini tengah mengunjungi Maya. Dalam sekali pandang, Aditya bisa menyimpulkan bahwa sosok di samping Maya ini adalah seorang mucikari. Bagus, Ditya mulai menyusun rencana dalam otaknya untuk bisa mendapatkan Maya kembali.

Ada gulungan rindu yang ingin Ditya ucapkan pada Maya, tetapi harus tertahan oleh sosok wanita di hadapannya ini.

"Aku mau pulang," jawab Maya dengan nada datar.

Ditya menatap Jovita dengan mengangguk, sebagai hormat dan isyarat menyapa.

"Tapi lukamu masih belum sembuh. Jangan khawatir, aku tak akan mengganggumu, dan akan merawat lukamu dengan baik sampai sembuh. Kau bisa memegang kata-kataku," jawab Ditya.

Tentu saja Maya tak bisa menahan emosinya, sambil berkata, "jangankan untuk kau rawat, bahkan untuk kau lihat apalagi kau sentuh saja, aku tak pernah sudi. Aku akan membayar administrasinya, dan aku bisa mencari rumah sakit lain."

"Jangan egois, Maya. Aku tidak mengizinkan," Ditya berkata tegas. Lelaki itu masuk untuk meraih tangan Maya, namun sayangnya, Maya menipisnya dengan kasar.

"Aku tak meminta persetujuan darimu," Maya menatap Ditya, kembali dengan sorot mata menyala-nyala penuh amarah.

"Pergilah, aku tak ingin menuntut tanggungan jawabmu yang sudah menodai aku, dan aku juga tak mau kau mengusik hidupku. Kita impas, Ditya. Jangan membuatku kembali menjadi gila seperti sembilan tahun silam," Maya menatap tajam Aditya, dengan pendaran selaksa kecewa pada netranya.

Hati Ditya mencelos sakit.

**

Terpopuler

Comments

Ai Hodijah

Ai Hodijah

sakiiiiit thor aku bacanya,beginilah di jaman sekarang kalau kita tak punya uang,kita di jadikan sampah atau keset oleh orang yang punya uang tapi tak punya hati,bahkan mereka akan jijik melihat pakaian yang lusuh meskipun bersih,uang sangat berkuasa ,tanpa uang semuanya tumpul,begitulah laki-laki tolol yang yang tak punya hati,meskipun tidak semua laki-laki seperti itu,habis manis sepah kau buang,penyesalan selalu datang belakangan,kemna aja selama ini tuan ditya?

2023-01-12

3

Alya Yuni

Alya Yuni

Tpi buat ap jual dri emangnya penykit gk bisa sembuhkn kah?

2023-01-12

1

Sepriyanti Adelina

Sepriyanti Adelina

sakit hati Maya nggak akan sembuh Ditya seharusnya kamu bisa ngerti dong

2022-12-23

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!