Suasana di depan ruang pemeriksaan, yang menjadi tempat duduk bagi Jericho dan Olivia menunggu Johan, sekarang sudah menjadi jauh lebih hangat.
Ketegangan yang sempat terjadi di awal-awal pertemuan Olivia dan Jericho, secara perlahan-lahan kini sudah mulai menghilang, setelah mereka berdua bisa meluruskan kesalahpahaman.
"Kamu bekerja di kantor cabang mana?" tanya Jericho, penasaran.
"Saya di divisi Humas di kantor utama, Sir," jawab Olivia.
"Benarkah?" Ujaran tanggapan dari Jericho, segera dijawab Olivia dengan menganggukkan kepalanya. "Apa kamu baru saja bekerja?"
"Sudah lima tahun, Sir," jawab Olivia, sambil tersenyum.
"Geez! ... Sekarang ini, saya pasti terlihat seperti seorang pemimpin yang buruk, yang tidak bisa mengenali karyawannya sendiri." Jericho menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Pffftt ...! Tidak masalah, Sir ... Anda tidak mungkin menghapal semua karyawan anda, yang hampir mencapai ribuan orang," sahut Olivia santai.
"Terima kasih. Tapi, kamu pasti harus berusaha keras, agar bisa mengatakan hal itu untuk menghiburku," kata Jericho sambil tersenyum.
"Sedikit ...!" Olivia membentuk sela kecil dengan mendekatkan ibu jari dan telunjuknya yang diluruskan, lalu memperlihatkannya kepada Jericho.
Jericho yang melihat candaan Olivia, tersenyum lebar memperlihatkan gigi-giginya yang berbaris rapi, dan seolah-olah menahan dirinya agar tidak tertawa lepas, hingga tubuhnya tampak tersentak-sentak.
"Oh, iya! Saya baru ingat sesuatu. Anak anda, Sir ... Jonah ... Dia anak laki-laki yang tampan dan hebat. Dia pintar menanggapi situasi darurat, dan segera mencari bantuan, sehingga saya tidak terlambat menemukan Sir Andersen," ujar Olivia.
"Hmm ... Terima kasih pujiannya. Saya sangat menyayanginya. Sejak saya bercerai dari mommy-nya dua tahun yang lalu, saya sempat merasa khawatir akan perkembangannya, karena dia sangat pemalu....
... Cukup mengherankan bagi saya, karena dia seolah-olah sudah lama mengenalmu, hingga dia berani menemuimu, lalu meminta bantuan darimu," kata Jericho.
"Anda harus berterima kasih kepadanya, Sir. Mungkin saja dia memang pemalu, tapi karena dia anak yang pintar, sehingga dia bisa menepis rasa malunya, dan terfokus pada hal yang penting," ujar Olivia.
Jericho terlihat senang akan tanggapan tentang anak lelakinya, yang disampaikan oleh Olivia kepadanya.
"Apa saya bisa meminta nomor kontak pribadimu?" tanya Jericho. "Saya bisa saja mengambilnya dari berkas karyawan, tapi tentu saja hal itu tidak pantas saya lakukan."
"Pffftt ...! Bisa saja, Sir." Olivia kemudian menyebutkan angka-angka dari nomor ponselnya, setelah Jericho tampak sudah siap untuk mencatatnya dengan ponsel miliknya.
Seketika itu juga, setelah Olivia selesai menyebutkan nomor pribadinya, Jericho lalu menghubungi ponsel Olivia.
"Itu nomor pribadi saya. Kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa menghubungi saya di situ," ujar Jericho. "Sebaliknya, kalau saya membutuhkanmu, saya juga bisa menghubungimu, kan?"
"Tentu saja, Sir," jawab Olivia, sambil menyimpan data nomor kontak pribadi Jericho, di antara kontak lain di dalam ponselnya.
"Jika situasinya semua sudah kembali normal, saya ingin mengundangmu untuk makan di luar, sebagai ungkapan rasa terima kasih," kata Jericho.
"Anda tidak perlu melakukannya, Sir. Saya senang bisa membantu anda dan Sir Andersen," sahut Olivia.
"Hmm ... Kamu harus mengganti sebutan panggilanmu kepada saya dan daddy! Karena kami berdua sama-sama Andersen....
... Sebaiknya mulai sekarang kamu memanggil saya dengan sebutan Jericho, dan daddy-ku dengan sebutan Johan," ujar Jericho.
"Tapi, Sir—" Olivia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Kalau kamu masih belum terbiasa, kamu bisa memanggilku Sir Jericho, dan daddy-ku Sir Johan," kata Jericho menyela perkataan Olivia.
"Tapi, saya tidak mungkin memanggil anda dengan menyebutkan nama depan, apalagi saat kita sedang berada di kantor....
... Jadi saya akan tetap memanggil anda dan daddy anda, dengan sebutan Sir Andersen," kata Olivia.
"Tsk! ... Kamu ini ... Ya sudah ... Tapi, kalau kita tidak sedang bekerja, kamu harus memanggilku dengan nama depanku, okay?!" ujar Jericho bersikeras.
Olivia yang tidak mau berdebat lebih jauh, akhirnya hanya bisa mengangguk setuju. "Baik, Sir."
"Apa kamu sudah makan malam?" tanya Jericho tiba-tiba.
"Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja kamu belum makan, karena sejak tadi kamu sibuk mengurus daddy-ku," lanjut Jericho buru-buru, sebelum Olivia sempat menanggapi pertanyaannya.
"Kalau daddy-ku sudah selesai diperiksa, ikutlah denganku untuk makan malam, karena aku juga belum sempat makan," kata Jericho lagi.
Sebelum Olivia sempat menyatakan setuju atau tidaknya atas ajakan Jericho, salah seorang perawat yang tadinya membawa Johan masuk ke dalam ruang pemeriksaan, kini terlihat berjalan menghampiri Olivia dan Jericho di situ.
"Sir Andersen sudah selesai diperiksa, dan dipindahkan ke ruang perawatan. Saya bisa mengantarkan anda berdua ke sana," kata perawat wanita itu.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Jericho, sambil berjalan bersama perawat wanita itu dan Olivia, menuju ke ruang perawatan Johan.
"Sir Andersen baik-baik saja," jawab perawat itu. "Di ruang perawatan ada dokter yang menunggu. Anda bisa mendapatkan jawaban yang jelas darinya nanti."
***
Setibanya di ruang perawatan Johan, Jericho dan Olivia dijelaskan oleh dokter jaga, bahwa Johan tidaklah menderita sakit penyakit yang terlalu mengkhawatirkan, setelah dia menjalani pemeriksaan intensif.
Diduga hanya karena kelelahan bekerja, dan kurangnya istirahat, hingga Johan mengalami anemia dan hipotensi (tekanan darah rendah), dan membuat Johan sampai bisa jatuh pingsan.
Dengan demikian, Johan hanya butuh istirahat yang cukup, dan setelah tekanan darahnya sudah stabil, juga kadar hemoglobin di dalam darahnya sudah kembali normal, maka Johan sudah bisa dipulangkan dari rumah sakit.
Walaupun sakitnya tidak terlalu mengkhawatirkan, namun dokter tetap mewanti-wanti agar pengawasan kepada Johan, harus dilakukan secara intensif.
Karena, jika dia masih bertahan dengan gaya hidupnya yang sering bekerja berlebihan, hingga membuat waktu istirahatnya berkurang, maka tidak menutup kemungkinan kejadian yang sama bisa terulang.
Sedangkan kejadian tadi itu saja, sudah dianggap sebagai sebuah keberuntungan, karena saat Johan jatuh pingsan, dia bisa segera mendapatkan pertolongan.
Dan, jika saja dia terlambat ditemukan, maka situasi seperti itu bisa membahayakan bagi keselamatan Johan.
Setelah dokter jaga dan beberapa perawat yang bersamanya itu pergi dari ruang perawatan Johan, Jericho kembali mengutarakan rasa terima kasihnya kepada Olivia.
"Tidak perlu terlalu dipikirkan, Sir." Lagi-lagi, Olivia kembali menekankan, kalau sudah cukup ucapan terima kasih yang berulang kali disampaikan oleh Jericho kepadanya.
***
Olivia yang berdiri di samping ranjang di mana Johan berbaring, memperhatikan Johan yang sekarang ini tampaknya sedang tertidur pulas.
Garis-garis halus di wajah Johan yang terlihat sangat tenang, dan seolah-olah bisa menceritakan semua perjalanan dan pengalaman hidupnya, benar-benar menarik perhatian Olivia.
Dengan melihat papan tanda pasien di bagian kaki ranjang, Olivia jadi tahu kalau usia johan sekarang ini sudah 65 tahun. Tapi menurut Olivia, Johan masih terlihat sangat tampan.
Tidak bisa dibayangkan, bagaimana tampannya Johan saat usianya masih muda. Pasti banyak wanita yang tergila-gila, kepada sang CEO perusahaan tempat Olivia bekerja itu
Merasa malu karena telah menilai penampilan Johan, membuat Olivia jadi senyum-senyum sendiri.
"Ada apa?" tanya Jericho.
"Saya merasa kagum dengan Sir Andersen yang di usianya yang sudah enam puluh lima tahun, tapi dia masih terlihat tampan."
Olivia yang terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba dari Jericho, tanpa sempat mencari alasan yang sesuai, langsung mengutarakan dengan begitu saja, tentang apa yang sedang dia pikirkan.
Yang seketika itu juga disesali oleh Olivia, karena rasanya tidak pantas kalau dia harus berkata seperti itu tentang Johan, kepada Jericho.
Apalagi ketika Olivia melihat perubahan di raut wajah Jericho, sekarang ini.
"Maafkan saya, Sir." Olivia berucap penuh penyesalan, sambil menundukkan kepalanya karena merasa sangat malu, hingga membuatnya seakan-akan tidak sanggup untuk melihat wajah Jericho lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
Asik tukeran nomor pribadi😁
2023-02-19
0
Erni Fitriana
wah rifal nih
2023-01-27
0
$uRa
wah persaingan neh...kayaknya aku juga pilih ayahnya saja ....
2022-12-18
0