Part 2

Olivia melangkah dengan cepat, mengikuti anak laki-laki yang tampaknya masih berusia sekitar tiga atau empat tahun, yang tampak berlari sekuat tenaganya, hingga mencapai hampir ke bagian belakang gedung.

Di taman yang ada di dekat situ, terlihat seorang laki-laki dewasa yang terbaring di atas rerumputan, dan tampaknya sedang dalam kondisi tidak sadarkan diri.

Olivia bergegas menghampiri laki-laki itu, dan mencoba untuk menyadarkannya.

Dengan terduduk di atas rumput taman, Olivia meletakkan kepala laki-laki itu di atas pangkuannya, lalu menepuk-nepuk pipi dari laki-laki yang pingsan itu.

Namun kelihatannya, usaha dari Olivia tidak membuahkan hasil apa-apa, dan pernafasan dari laki-laki itu seakan-akan hampir terhenti.

Buru-buru Olivia mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, dan segera menghubungi nomor darurat.

"Halo! Tolong segera kirim paramedis! Alamatnya di jalan xxx, gedung xxx! Ada seseorang yang hampir berhenti bernafas!"

"Saya tidak tahu penyebabnya, saya hanya menemukannya saja!"

"CPR? ... Okay! Saya akan mencobanya! Tapi tolong datangkan paramedis secepatnya!"

Setelah Olivia berbicara dengan operator di seberang telepon, Olivia segera menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas.

Dengan hati-hati, Olivia meletakkan kepala laki-laki itu ke atas rerumputan, dan membuat orang itu jadi benar-benar terlentang.

Olivia kemudian mulai melakukan *CPR kepada laki-laki itu, untuk beberapa waktu lamanya tanpa henti, hingga akhirnya laki-laki itu terbatuk-batuk, dan membuka matanya secara perlahan-lahan.

(* CPR : Cardiopulmonary resuscitation : Pertolongan pertama untuk orang yang mengalami henti nafas karena sebab tertentu.)

"Apa anda baik-baik saja?" tanya Olivia buru-buru.

Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan Olivia, melainkan kembali mengedipkan matanya secara perlahan, dan terdengar seolah-olah sedang menggumamkan sesuatu yang familiar di telinga Olivia.

"Anda bilang apa?" tanya Olivia memastikan.

"Vivia ...! Aku baik-baik saja." Dengan salah satu tangannya yang melambai-lambai, orang itu tampaknya sedang berusaha menggapai sesuatu, hingga Olivia memegang tangannya.

Dan kelihatannya, orang itu tadinya memang hendak menggapai tangan Olivia, sehingga ketika Olivia memegang tangannya, orang itu kemudian menggenggam tangan Olivia dengan erat.

Walaupun matanya sedang terbuka, namun pandangan orang itu terlihat kosong.

Olivia yang kebingungan hanya melihatnya saja, dan tidak berkata apa-apa lagi, karena pikiran Olivia yang dipenuhi dengan rasa penasaran.

Vivia?

Olivia benar-benar tersentak, karena Vivia, adalah nama dari mendiang mommy-nya.

Apakah laki-laki ini mengenal mommy-nya?

Kalau menilai dari penampilan fisik dari laki-laki itu, tampaknya usianya memang tidak jauh berbeda, jika dibandingkan dengan mendiang mommy Olivia.

Tapi apa mungkin, ada yang masih mengingat mommy-nya yang pernah bekerja di perusahaan konstruksi itu, setelah berpuluh-puluh tahun yang telah berlalu?

Dan siapa orang ini?

Apa yang sedang dia lakukan di luar gedung, hingga jatuh pingsan di situ?

Olivia sama sekali tidak bisa menemukan sedikitpun petunjuk, untuk perkiraan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul secara mendadak di dalam kepalanya.

"Dad! ... Daddy! ... Apa kamu baik-baik saja?"

Suara orang yang terdengar setengah berteriak dari jarak yang tidak terlalu jauh dari Olivia, membuyarkan lamunan Olivia, dan segera membuatnya menoleh ke arah datangnya suara.

Seorang laki-laki yang wajahnya sangat familiar bagi Olivia, dengan usia yang tampaknya tidak jauh berbeda darinya, sedang berlari menghampiri laki-laki yang terbaring di dekat Olivia.

Daddy?

Setahu Olivia, laki-laki yang memanggil orang yang pingsan di dekat Olivia itu dengan sebutan daddy, dia adalah Jericho Andersen, Direktur dari perusahaan konstruksi tempat Olivia bekerja.

Mata Olivia terbelalak.

Kalau begitu, laki-laki yang ditolong oleh Olivia itu adalah Johan Andersen, CEO dari Andersen's Construction.

Jericho yang terlihat panik, sambil berlutut di samping daddy-nya, tampak sibuk mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, dan seolah-olah hendak menghubungi seseorang di sana.

Menurut perkiraan Olivia, mungkin Jericho sekarang ini sedang mencoba menghubungi nomor darurat, sehingga Olivia segera berkata,

"Saya sudah menghubungi nomor darurat. Seharusnya, tidak lama lagi bantuan sudah tiba di tempat ini."

Benar dugaan Olivia, karena setelah dia mengatakan kalau dia sudah meminta bantuan, Jericho lalu terlihat menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku jasnya.

Jericho kemudian menatap Olivia lekat-lekat. "Apa yang terjadi?"

"Maaf, Sir! Tapi saya juga tidak tahu. Saat saya menemukannya tadi, dia sudah dalam keadaan pingsan dan hampir tidak bernafas, sehingga saya memberikannya CPR. Seorang anak—"

Olivia menghentikan perkataannya, karena dengan semua hal yang terjadi, yang cukup membingungkan baginya, Olivia baru teringat dengan anak kecil yang membawanya ke situ tadi.

"... Di mana anak kecil tadi yang memanggil saya ke sini?" lanjut Olivia kebingungan. "Saya benar-benar melupakannya, karena saya terlalu sibuk memberi CPR kepadanya—Johan."

"Maksudmu itu, anakku Jonah? ... Dia ada di dalam bersama dengan pengasuhnya." Jericho berbicara sambil menatap tangan Olivia, yang digenggam oleh Johan, daddy dari Jericho.

Olivia menyadari tatapan heran dari Jericho, lalu buru-buru mencoba melepaskan genggaman tangan Johan, dari tangannya.

Akan tetapi, Johan menggenggam tangan Olivia dengan erat.

Olivia tidak mau berlaku kasar dengan memaksa melepaskan genggaman tangan Johan darinya, sehingga Olivia akhirnya menyerah, dan membiarkan Johan tetap menggenggam tangannya.

"Maafkan saya," ucap Olivia pelan.

"Tidak apa-apa. Saya hanya merasa bingung," kata Jericho. "Apakah kalian berdua saling mengenal?"

"Tidak, Sir! Saya justru baru kali ini melihatnya dan anda secara langsung, Sir," jawab Olivia.

"Vivia! ... Apakah kamu sudah melupakanku?"

Tiba-tiba, Johan melontarkan pertanyaan dengan suaranya yang masih terdengar lemah, yang lantas menarik perhatian dari Olivia dan Jericho.

Seketika itu juga, Jericho tampak memasang raut wajah tidak senang, dan menatap Olivia lekat-lekat dengan tatapannya yang tajam, hingga seolah-olah tatapan Jericho bisa membuat lubang di wajah Olivia.

Jericho sekarang ini, tampaknya seperti sedang merasa sangat marah kepada Olivia.

Menurut dugaan Olivia, Bosnya itu mungkin beranggapan kalau Olivia sudah berbicara bohong kepadanya, bahwa Olivia tidak mengenal Johan.

Belum sempat Olivia menjelaskan apa-apa kepada Jericho, petugas paramedis terlihat sudah berada di situ sambil membawa tandu, lalu mengangkat Johan yang masih terlihat lemas ke atas tandu.

"Vivia ...! Kamu ikutlah denganku ...! Janganlah kamu meninggalkanku lagi ...!" ujar Johan pelan.

Meskipun merasa enggan, tapi karena Johan yang tidak mau melepaskan tangannya, membuat Olivia terpaksa ikut dengannya, hingga masuk ke dalam ambulance.

Hanya Olivia dan paramedis yang menemani Johan di dalam ambulance, yang segera membawa Johan ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi.

Sedangkan Jericho, Olivia tidak tahu apa yang selanjutnya dilakukan oleh bosnya itu, setelah pintu belakang ambulance tertutup, dan Olivia tidak bisa melihat situasi di luar.

Di sepanjang perjalanan, Johan tetap menggenggam tangan Olivia, dan memanggil Olivia dengan menyebut nama mendiang mommy Olivia.

"Ada apa dengannya? Kenapa dia bisa salah mengenal orang?" tanya Olivia, kepada seorang paramedis yang bersamanya dan Johan, di bagian belakang ambulance.

"Tekanan darahnya terlalu rendah. Mungkin itu sebabnya, sehingga pasien mengalami halusinasi," jawab paramedis itu. "Tapi nanti setelah melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit, barulah bisa dipastikan."

Terpopuler

Comments

Wiwik Saidatur Rolianah

Wiwik Saidatur Rolianah

semakin menarik nih

2023-03-22

0

Rahmawaty❣️

Rahmawaty❣️

Jd mksud nya gmna ini thor , jericho kn anknya msa jd direktur sdangkn bokapnya jd ceo ??

2023-02-19

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

sang mantan momynya olivia

2023-01-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!