Jericho yang tadinya sedang duduk di kursi, kemudian berdiri dan menghampiri Olivia.
"Tidak ada yang bisa kita lakukan di sini, sementara ini. Ayo ikut dengan saya! Kita pergi makan malam, saya sudah sangat lapar," ajak Jericho.
Bagi Olivia, perkataan Jericho tidak terdengar seperti ajakan, melainkan seperti lebih perintah yang tidak bisa di jawab oleh Olivia dengan kata tidak.
Apalagi, Jericho tanpa menunggu tanggapan dari Olivia, segera berbalik dan beranjak pergi dari ruang perawatan Johan, dengan berjalan pelan.
Olivia kemudian menyusul dan berjalan di belakang Jericho, tapi Direkturnya itu tiba-tiba berhenti berjalan, dan berbalik melihat Olivia.
"Jangan berjalan di belakangku ...! Kita tidak sedang di kantor, dan kamu tidak sedang menjadi anak buahku sekarang ini," kata Jericho.
"Ugh ...? Oh, okay, Sir!" sahut Olivia, lalu berjalan melewati pintu ruangan itu lebih dulu, setelah dibukakan oleh Jericho.
"Kamu mau makan apa?" tanya Jericho, di koridor rumah sakit, sambil berjalan bersebelahan dengan Olivia.
"Tidak ada yang khusus yang ingin saya makan, Sir. Anda saja yang memilih, sir!" jawab Olivia.
"Bagaimana kalau makanan Perancis?" tanya Jericho.
"Terserah anda saja, Sir," jawab Olivia.
"Roti isi atau Pai di coffee shop?" tanya Jericho lagi.
"Sir ...! Anda tidak perlu pendapat saya," jawab Olivia pelan.
"Huuufft ...!" Jericho mendengus kasar.
Dari ujung matanya, Olivia bisa melihat kalau Jericho sedang melirik ke arahnya.
"Ada apa, Sir?" tanya Olivia bingung.
"Aku lebih suka kalau kamu mau memberitahu, makanan apa yang mungkin menarik." Jericho terdengar lesu.
"Maafkan saya, Sir. Tapi kata anda tadi, anda sangat lapar. Tentu ada yang sudah anda pikirkan, apa yang ingin anda makan, bukan?!" ujar Olivia.
Mereka terus berjalan, hingga tiba di pelataran parkir rumah sakit, dan Jericho ternyata membawa Olivia pergi ke mobil pribadinya, yang terparkir di sana.
Jericho lalu membukakan pintu mobil untuk Olivia, dan menutupnya kembali setelah Olivia sudah masuk dan duduk di dalamnya.
"Terima kasih, Sir!" ucap Olivia.
Jericho lalu ikut masuk ke dalam mobilnya dari sisi berlawanan, duduk di belakang kemudi, kemudian segera menyalakan mesin mobilnya, dan berlalu pergi dari sana.
"Maafkan kami yang sudah merepotkanmu. Sekarang ternyata sudah cukup larut," ujar Jericho, setelah melihat waktu di arloji di tangannya.
"Tidak masalah, Sir. Anda terlalu memikirkan hal itu, padahal saya sudah bilang berkali-kali, kalau saya tidak merasa keberatan," sahut Olivia.
Olivia lalu terpikirkan untuk mengubah suasana yang kembali terasa kaku, dengan mengajak Jericho pergi ke tempat di mana food truck berkumpul, dan menjajakan berbagai jenis makanan di sana.
"Apa anda tidak masalah, kalau kita membeli makanan di food truck saja?" tanya Olivia.
Kelihatannya, ide Olivia itu berhasil membuat Jericho tampak kembali bersemangat.
"Di mana tempatnya?" tanya Jericho buru-buru.
"Di jalan xxx," jawab Olivia.
"Hmm ... Tempatnya tidak jauh, kalau begitu," sahut Jericho, lalu memutar kemudi dan berbelok ke salah satu arah jalan raya.
Tidak sampai lima belas menit kemudian, mereka berdua sudah tiba di lapangan terbuka yang terisi dengan beberapa pedagang, yang menjadikan mobil mereka tempat berjualan makanan.
Jericho sempat kesulitan mencari tempat parkir bagi mobilnya, karena padatnya kendaraan pengunjung yang datang ke tempat itu.
Sampai-sampai Olivia jadi merasa bersalah, melihat Jericho yang harus berkendara memutar beberapa kali, barulah bisa menemukan tempat untuk memarkirkan mobilnya.
"Pengunjungnya ternyata sebanyak ini!" ujar Jericho terperangah. "Aku tidak pernah datang ke sini. Apa tempat sudah lama ada?"
Kalau orang lain yang mendengar pernyataan dari Jericho, pasti akan kebingungan, kenapa sampai dia bisa tidak tahu tempat seterkenal itu.
Tapi, karena Olivia mengenal dengan baik bagaimana kesibukan bosnya itu, hanya bisa tersenyum dan merasa senang, karena bisa mengajaknya ke sana.
"Lumayan. Sudah sekitar dua tahun belakangan, tempat ini dijadikan tempat berkumpulnya food truck," jawab Olivia.
Beberapa anak muda yang bergerombol, terlihat berjalan dengan kurang awas akan keadaan di sekitar mereka, dan hampir menabrak Olivia.
Jericho dengan tangkas, merangkul Olivia dan menghindarkannya dari gerombolan anak-anak itu. "Kamu tidak apa-apa?"
"Iya. Terima kasih, Sir!" kata Olivia, yang masih berada di dalam rangkulan Jericho.
Sebenarnya Olivia merasa kurang nyaman karena tangan Jericho yang melingkar di pinggangnya, tapi Olivia juga tidak enak kalau harus menegur perlakuan Jericho.
Jadinya, mereka berdua berjalan di antara sela orang banyak, dengan tangan Jericho yang masih merangkul pinggang Olivia.
"Anda mau mencoba yang itu? Saya akan memesankannya untuk anda," ujar Olivia sambil mencoba mempercepat langkahnya, agar Jericho melepaskan rangkulannya.
Akan tetapi, Jericho masih lebih cepat bereaksi dari Olivia, sehingga sebelum Olivia bisa menjauh darinya, Jericho malah menarik Olivia hingga semakin mendekat kepadanya.
Olivia lalu menoleh ke sampingnya dan mengangkat sedikit wajahnya, agar bisa melihat ke mata Jericho yang sekarang sedang menatapnya.
"Tidak perlu terburu-buru. Aku masih ingin melihat-lihat dulu," kata Jericho pelan.
Saat bertatap-tatapan seperti itu, jantung Olivia seolah-olah meloncati irama detaknya yang seharusnya.
Dan wajahnya pun, tiba-tiba terasa panas, hingga Olivia buru-buru kembali melihat lurus ke depan, untuk menghindari pandangan Jericho.
Apa yang terjadi dengan dirinya saat ini?
Semenjak setahun pertama Olivia bekerja di perusahaan konstruksi Andersen's, Olivia tertarik dengan Atasannya, Louis Wilson, kepala divisi hubungan masyarakat di kantornya.
Akan tetapi sampai saat ini pun, Olivia tidak berani mengutarakan perasaannya kepada Louis, meskipun mereka berdua sering menghabiskan waktunya bersama-sama.
Olivia merasa kalau ada yang tidak beres dengan dirinya sendiri.
Karena saat ini, Olivia merasakan gugup yang hampir sama seperti saat dia sedang bersama Louis.
Please, Olivia! Jangan coba-coba untuk merasa tertarik kepada Jericho!
Karena jangankan laki-laki seperti Jericho.
Sudah sampai bertahun-tahun belakangan ini saja, Olivia masih tidak berani berharap banyak kepada Louis, yang ketampanan dan kepintarannya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Jericho.
Apalagi Jericho, Direktur Olivia itu, yang nyata-nyatanya adalah laki-laki yang jauh di luar jangkauan Olivia.
Olivia berusaha keras untuk menenangkan dirinya sendiri, dengan menepis jauh-jauh perasaan anehnya itu.
Setelah beberapa kali menghela dan menghembuskan nafas panjang dengan perlahan, Olivia kembali merasa biasa-biasa saja, meskipun Jericho masih merangkul pinggangnya sambil berjalan pelan bersama-sama.
Mereka berdua akhirnya berhenti berjalan, setelah melihat sebuah food truck yang menjual Burrito, dan beberapa makanan khas Meksiko yang lain.
"Satu Quesadilla, satu Burrito dan dua botol air mineral!" Olivia memesan makanan, dari pedagang yang berjaga di food truck itu.
Setelah menerima pesanan mereka, dan mendapat tempat duduk yang kosong, Olivia lantas menikmati makanannya bersama Jericho di situ.
Mereka berdua makan dengan tenang, tanpa memperbincangkan apa-apa, dan hanya memandang ke segala arah di sekitar mereka.
"Apa menurutmu, daddy-ku masih lebih tampan dariku?"
Jericho tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang cukup mengejutkan bagi Olivia, hingga Olivia hampir tersedak dengan air mineral yang sedang diminumnya.
Air yang berhamburan, mengalir keluar dari dalam mulut Olivia, hingga membasahi sampai ke dagunya, dan menetes jatuh ke gaunnya.
Dengan cepat dan hampir bersamaan, Jericho dan Olivia lantas menarik beberapa lembar tissue, lalu berusaha mengeringkan baju Olivia.
"Apa pertanyaanku terlalu berlebihan?" tanya Jericho lagi, setelah mereka berdua sudah sedikit lebih tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Erni Fitriana
klo aku belum apa" udah migren klo ada di posisi olivia😁😁😁😁tajir sama...ganteng gak beda...secara..bapak ama anak
2023-01-27
0
$uRa
hayoo mau pilih siapa...perkenalan pertama sama bapaknya. tapi detik berikutnya di handle anaknya
2022-12-24
0