Merawat Hubungan

Waktu terus berlari cepat dan tanpa terasa hubungan Aldi dan Prames sudah berjalan 5 bulan. Banyak hal yang terjadi selama lima bulan bahkan tak jarang kejadian-kejadian itu membuat mereka berdua dapat mengenal lebih dalam seperti harapan Aldi pada waktu itu.

Flash Back!

Pagi itu sinar mentari telah menerangi kota Pekanbaru, meskipun masih pukul 07.00 tetapi sudah mulai menyengat tubuh. Prames sudah bersiap-siap untuk berangkat dan seperti biasa ia akan mampir menjemput Aldi. Ya… Aldi memang belum memiliki kendaraan meskipun demikian, Aldi selalu mengisi Full bahan bakar motor Prames sehingga impas dan ia bukan laki-laki yang mau numpang saja.

Jalanan pagi itu lumayan padat merayap maklum waktunya orang keluar rumah untuk memulai mencari sesuap nasi. Kebetulan Prames pagi ini agak kesiangan. Ia melajukan motornya dengan tergesa-gesa dan kurang waspada sehingga….

Braaakkk!!!

Prames mulai merasakan kakinya sakit dan terasa ada rembasan ke celana panjangnya. Ia berusaha bangkit meskipun merasakan sakit. Tidak lama kemudian beberapa orang berusaha menolong Prames dan meminggirkan motornya. Ternyata ia tidak sengaja melewati pasir dan kerikil, namun tiba-tiba ada orang yang menyeberang tanpa tengok kanan kiri sehingga Prames yang kurang waspada akhirnya mengerem mendadak di atas kerikil pasir tersebut yang menyebabkan ia hilang kendali dan akhirnya terjatuh.

Itulah mengapa ketika kita akan menyeberang jalan harus pastikan tidak ada kendaraan yang sedang melintas, karena jika kita seenak sendiri akan merugikan pengguna jalan lain apalagi jika sampai ada korban jiwa gara-gara kita yang tidak tau aturan.

Setelah dicek motornya hanya lecet-lecet saja namun kakinya terluka lumayan lebar dan yang jelas mengeluarkan darah, selain itu tangannya juga mengalami luka meskipun tidak separah yang di kaki.

“Aduh gimana ini, sakit lagi” gumam Prames.

“Bagaimana kak, apakah perlu kami anatarkan? Kakak mau kerja kah?” tanya seorang laki-laki yang tadi menolong Prames.

“Terima kasih pak sudah menolong saya, iya saya memang mau kerja, namun sepertinya saya masih bisa mengendarai motor kok pak, sekali lagi terima kasih ya pak” ungkap Prames.

Prames merasa ia mampu untuk mengendarai motornya lagi meskipun tangan dan kakinya terasa sangat sakit namun ia tidak mau merepotkan orang lain apa lagi sebentar lagi sudah sampai rumah Aldi.

Tidak lama kemudian, Prames sudah sampai di rumah Aldi.

Tinnn..!!! Tinnn…! Tinnn..!

Prames membunyikan klaksonnya sebagai tanda ia memanggil Aldi seperti biasanya dan Aldi sudah paham dengan tanda itu. Oleh karenanya, tidak menunggu lama Aldi keluar rumah dengan baju kerja rapi dan tas yang sudah ada dalam gendongannya.

“Pagi Prames….! Tumben kamu baru dateng? Biasanya udah dari tadi?” tanya Aldi beruntun.

“He… he… he… iya Kang, hari ini aku kesiangan dan ditambah lagi aku baru aja jatuh nih.” Jawab Prames sambil memperlihatkan kakinya yang berdarah-darah.

“Lohhh, kamu ini gimana sih wong jatuh begitu kok malah nggak segera diobatin? Sini kuobatin dulu” protes Aldi dengan nada khawatir bahkan ia tidak tanya dulu Prames jatuh karena apa.

“Udah lah nggak papa, nanti obatin aja di sekolah bentar juga sembuh lagian nanti kita bakalan telat nih” sanggah Prames.

“Kamu ini memang tukang ngeyel ya, cepet turun kuobatin dulu, biar aku kasih kabar dulu sama Pak Anton kalau kita telat karena kamu kecelakaan.” cerocos Aldi sambil menggandeng tanngan Prames dan berjalan menuju ke teras.

Aldi segera merogoh saku untuk mengambil hapnya dan tidak lama kemudian ia menelpon Pak Anton untuk ijin terlambat hari ini.

“Tunggu dan duduk di sini aku ambilkan obat merah sama perban dulu di dalam” ucap Aldi sambil memutar anak kunci di pitu masuk dan segera berlalu mencari yang ia butuhkan.

“Iya Kang” jawab Prames singkat tanpa membantah lagi.

Tidak lama kemudian, Aldi keluar dan sudah membawa cairan pembersih luka, obat merah dan juga perban.

“Sini kakinya sayang” ucap Aldi yang membuat Prames langsung meleleh maklum mereka berdua jarang banget menggunakan kata-kata ajaib itu.

Prames menjulurkan kakinya ke Aldi yang berjongkok di depannya dan menggulung celanya ke atas.

“Lukanya lumayn loh Prames, kalau nggak segera diobatin nanti bisa infeksi dan nggak bisa jalan gimana? Masa aku harus menggendongmu sepanjang hari kan nggak lucu tau, bisa-bisa punggungku yang sudah menua ini lepas satu-satu” cerocos Aldi sambil tangannya sibuk membersihkan luka Prames.

“Ha… ha… ha.... lebay banget sih omonganmu Kang, nggak sampe gitu kali paling pincang sebentar dua tiga hari pasti sembuh kok” balas Prames sambil cengengesan bukan seneng tapi menahan sakit karena lukanya terkena obat merah.

“Semoga ketika kamu sakit aku bisa mengobatimu seperti ini ya Prames” celetuk Aldi yang sedang membalut luka Prames dengan perban.

“Haiiisss…. Kamu mendoakan agar aku sakit lagi gitu?” cetus Prames.

“Prames…Prames… jadi nggak romantis kan kalau kamu njawabnya begitu” sungut Aldi Kesal.

“He… he… he… ya maaf Kang, bercanda biar nggak terasa sakit kakiku ini” balas Prames.

“Sini tangannya yang terluka” Aldi meminta tangan Prames untuk segera diobati juga.

Dalam hati Prames, ia membatin “semoga kamu akan seperti ini terus Kang, ketika aku terluka ketika aku butuh pertolongan kamu hadir dan membersamaiku dan merawatku. Semoga hal-hal kecil seperti ini akan menjadi jalan untuk kita terus saling memahami.

Flash back selesai

Hari ini adalah hari Sabtu di mana Aldi dan Prames libur bekerja dan hari ini mereka berdua sudah punya rencana untuk juga menata halaman rumah Aldi sehingga bisa ditanami bunga maupun sayuran. Meskipun laki-laki, namun Aldi bukan sosok yang malas membersihkan rumah karena pada kenyataannya, rumah Aldi selalu bersih meskipun rumah tersebut adalah fasilitas dari sekolah namun ia merawatnya seperti milik sendiri sehingga nyaman ditinggali. Namun untuk menata halamannya ia membutuhkan tangan perempuan yang biasanya lebih telaten untuk urusan tanam menanam.

Mereka berencana akan membersihkan tanaman-tanaman yang tidak berguna lagi dan akan menaman bunga serta sayuran seperti tomat, cabai, dan bayam sehingga Aldi bisa berhemat untuk pengeluran kebutuhan dapur.

“Kang, bagian sini sudah bersih nih aku tamani tomat saja ya? Bibitnya kemarin sudah banyak kan? Tanya Prames.

“Iya ambil aja di samping rumah tuh, nanti biar bagian sini yang aku bersihkan aku tanami dengan bayam dan cabai” balas Aldi sambil tangannya terus membersihkan rumput-rumput liar.

Pada sore hari akhirnya pekerjaan mereka berdua selesai juga.

“Suatu saat nanti kalau kita sudah satu rumah, aku pengen nanam yang lebih banyak ya Kang biar untuk sayuran bisa petik sendiri di halaman kan lumayan ya? dan aku seneng aja bisa untuk mengisi waktu luang” papar Prames.

“Iya Prameks, nanti kita bisa cari tanah yang luas untuk bangun rumah yang tidak terlalu besar tapi halamannya luas biar kita juga bisa nanam buah-buahan juga” sahut Aldi.

“Cocokkk dengan impian Kang!” seru Prames.

“Kata orang-orang Jawa jaman dulu tuh, ada beberapa tanaman yang harus ada di halaman rumah loh Kang, dan tentunya tanaman itu bermanfaat dan memiliki filosofi yang tinggi.” sambung Prames.

“Memang tanaman apa aja tuh?” tanya Aldi.

“Nih aku jelasin ya Kang, selain kita harus menanam sayur mayur, buah-buahan, ataupun bunga pada umumnya, ada beberapa yang poro sepuh (orang tua/ sesepuh) anjurkan untuk kita tanam di halaman yaitu Melati, Delima, Sawo, Pandan, Blimbing, Tebu, sama Suruh” papar Prames.

“Memangnya alasannya apa sih? Kenapa kita harus menanam tanaman-tanaman itu? Tanya Aldi dengan muka penasaran.

“Masa kamu sebagai orang Jawa nggak tahu filosofi dari tanaman-tanaman yang aku sebutkan tadi?” tanya Prames balik.

“Beneran nggak tahu aku Prameks. Makanya aku tanya filosofinya apa memang? Jelasin dong” pinta Aldi.

“Jadi gini Kang, Melati memiliki makna Melat Soko Jroning Ati, yang artinya adalah mengingatkan kita tentang kesucian hati dan lisan. Delima bermanfaat menjaga lahir batin dari akar, batang, bunga, buah, sampai daunnya bisa digunakan untuk kesehatan, kecantikan, dan ketentraman. Pandan itu lambang kebaikan dan rezeki yang lancar. Blimbing mengingatkan kita agar selalu teguh menjalankan laku kebaikan. Tebu bermakna Anteb Ing Kalbu yaitu agar kita memiliki kemantapan hati. Sawo maknanya Sarwo Becik yang artinya adalah agar tidak berhenti berbuat baik. Suruh sebagai tolak bala karena suruh juga bisa bermanfaat untuk menyembuhkan beberapa penyakit dan selain itu bisa mengingatkan kita untuk terus Ngangsu Kaweruh alias belajar terus menimba ilmu” papar Prames panjang lebar.

“Waoooo… luar biasa pengetahuan filosofi tanamannya calon istriku ini, serasa lagi dapat kuliah sore nih” puji Aldi sambil bertepuk tangan. Aldi merasa wawasan Prames memang tidak diragukan lagi karena ia termasuk wanita yang cerdas.

Begitulah dua manusia jika sudah bersama selalu saja ada pertukaran ilmu pengetahuan serta harapan dan angan yang ingin mereka raih bersama di masa yang akan datang.

Terpopuler

Comments

Mom La - La

Mom La - La

aku mampir ya thor...

2023-01-25

1

lilis herawati

lilis herawati

cewek setia

2023-01-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!