03. Terguncang!

Zeva menghela napas gusar seraya menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur. Sepasang bola matanya yang sempat terpejam beberapa saat kini mulai terbuka menatap sayu langit-langit kamarnya yang didominasi cat berwarna putih.

Zeva kembali menghela napas gusar dengan sepasang bola matanya yang mulai terasa memanas. Hatinya bimbang dan ia tidak tahu harus seperti apa, jika sewaktu-waktu dia akan kembali dipertemukan dengan laki-laki itu.

Pertemuan perdananya dengan Aldevaro tadi siang setelah sekian tahun membuat hatinya terguncang. Tatapan dingin serta sikapnya yang terlihat begitu tak sudi untuk hanya sekadar bertatap muka dengannya masih bersinggah di kepalanya.

Lagi dan lagi, Zeva menghela napasnya. Tubuhnya yang ia baringkan di tempat tidur, berganti menjadi terduduk di tepian kasur. Perhatiannya ikut beralih menatap sebuah laci nakas yang berada tepat di samping tempat tidurnya.

Perlahan namun pasti, gadis itu mendekatkan posisi duduknya ke arah laci nakas, kemudian membuka laci paling atas nakas tersebut. Tangannya yang sempat ia gunakan untuk membuka laci tersebut terulur mengambil sebuah barang yang selama bertahun-tahun ini terus ia simpan baik-baik.

☆ZEVARO☆

Gabungan nama itu terukir tepat di atas figura foto yang terbuat dari kayu berukuran 5r yang memperlihatkan potret sepasang insan tengah saling melempar canda tawa di sebuah taman kompleks.

Di dalam foto itu terlihat begitu jelas sebuah kebagiaan yang terukir di wajah mereka. Apalagi di dalam foto itu, mereka terlihat tengah mengenakan pakaian dengan warna yang serupa. Putih.

Oh, ya. Foto itu diambil ketika keduanya baru saja resmi berpacaran sekitar satu minggu. Dan orang yang mengambil foto tersebut tak lain adalah seorang anak kecil mantan tetangga Zeva yang kebetulan lewat di depan mereka.

Perih. Zeva akui dirinya jahat telah memutuskan sepihak cinta seseorang yang begitu tulus padanya. Tapi apalah daya. Jika Zeva tidak segera bertindak demikian, maka hal itu akan semakin menyakiti mereka. Terutama Varo, orang yang teramat berarti di hidupnya.

Tanpa terasa bulir-bulir air mata menerobos keluar lewat salah satu pelupuk matanya.

Sial! Selalu saja begini. Zeva pasti akan selalu menitikkan air matanya hanya karena otaknya tak sengaja memikirkan kisah cintanya yang telah lama berakhir.

Lemah. Satu kata itu mampu mendeskripsikan segalanya.

Segalanya dalam diri Zeva yang selalu tak pernah berakhir sesuai dengan keinginannya.

****

Hampir setengah jam lamanya, seseorang melakukan gerakan push up dengan ritme yang cukup cepat tanpa adanya jeda sedikitpun.

Keringat dan peluh bahkan membanjiri hampir ke sekujur tubuh laki-laki itu yang tampak kurus namun cukup berisi di kedua lengan serta kakinya.

Salah seorang sahabatnya yang menyaksikan adegan langka itu pun hanya bisa terdiam dengan berbagai pertanyaan yang terbesit di kepalanya.

Pikirnya, ada apa dengan Aldevaro? Cowok itu tidak pernah terlihat segiat ini hanya untuk pemanasan biasa semata.

“Al! Lo kenapa, sih? Udah, napa! Kita cuma mau renang doang, bukan mau tempur. Lo ngapain push up sampe segitunya, hah? Habis ketemu mantan lo?” Cetelukan asal yang terlontar dari mulut Daniel, sontak menghentikan kegiatan Aldevaro. Tatapan cowok itu pun berubah menyelidik ketika sepasang netranya bersitatap dengan Daniel.

“Lo tahu?”

“Tahu ap-” seketika itu juga, Daniel lantas membungkam mulutnya yang refleks terbuka. Demi apa pun, cowok itu syok mendengar penuturan singkat dari Aldevaro.

“Lo …?” Daniel lantas tergelak seraya memegangi perutnya yang terasa sakit. Sedangkan Aldevaro, cowok itu mulai jengah dan memilih melanjutkan pemanasannya ke gerakan yang lain.

“Anj*r! Lo beneran ketemu sama mantan pertama dan satu-satunya lo itu? Ketemu di mana lo sama dia?” Daniel menghentikan tawanya dengan ekspresi yang kembali tenang seperti semula.

“Tadi siang di koridor kelas sebelas,”

Saat itu juga, Daniel langsung tersedak napasnya sendiri sampai terbatuk-batuk beberapa saat. Tak berapa lama kemudian, perhatiannya kembali pada Aldevaro. Tatapan matanya berubah horor, membuat Aldevaro lantas berdecih melihatnya.

“Gak usah bercanda, anj*ng! Gak lucu tahu gak! Lo pikir dia sekolah di sini, hah?!”

Tak ada jawaban apa pun dari Aldevaro, membuat Daniel kian berpikir keras dengan otak kecilnya. Tak butuh waktu sampai berpuluh-puluh menit, cowok itu lantas berjalan tergesa-gesa ke arah Aldevaro. Di detik yang sama, Daniel melayangkan tamparan telaknya di salah satu bahu Aldevaro, membuat sang empunya refleks mengaduh dengan sepasang matanya yang mendelik tajam.

“DIA PINDAH KE SINI?” Pekik Daniel, sedikit agak telat dari tangannya yang telah lebih dulu melayang di bahu sahabatnya.

“Iye!” balas Aldevaro, kemudian mulai menceburkan diri ke dalam kolam berenang yang merupakan salah satu dari fasilitas di sekolahnya.

Di sisi lain, Daniel terdiam di tempatnya. Mulutnya yang semula terkatup rapat lagi-lagi terbuka dengan tidak aestetiknya. Beruntung cowok itu berwajah tampan. Bahkan, wajahnya sangat-sangat tampan sampai banyak gadis di sekolah maupun di luar sekolah yang mengidolakan dirinya.

Ditambah dengan tubuhnya yang tinggi atletis, semakin membuat para kaum hawa dibuat berjerit dan tergila-gila padanya.

“Kira-kira … dia di kelas mana, Al?” Tanya Daniel, bertepatan ketika Aldevaro mulai beranjak dari kolam renang.

“Lo nanya gue?” Daniel mengangguk polos. Bukannya langsung menjawab pertanyaan dari cowok itu, Aldevaro malah melenggang meninggalkan Daniel yang lagi-lagi dibuat mematung karena ulahnya.

“Woy! Lo mau ke mana, Al?” Teriak Daniel lagi, namun kali ini tidak sekeras teriakan sebelumnya.

“Balik. Gue udah gak mood,”

“Eh, anj*r! Gue nyebur aja belom. Egois lu mah, ah.” Decak Daniel, kemudian memilih mengikuti langkah Aldevaro, si cowok tampan berwajah baby face yang terlampau kaku itu.

****

Jam telah menunjukkan pukul tujuh lewat lima belas menit, namun Aldevaro masih enggan untuk sekadar masuk ke dalam kelasnya yang berada di ujung lorong di lantai empat.

Cowok itu malah dengan penuh keresahan berjalan mondar-mandir di lorong kelas sebelas, membuat beberapa adik kelasnya yang didominasi perempuan dibuat bertanya-tanya sekaligus kagum atas kedatangan cowok itu di depan kelas mereka.

Ada yang saling berbisik, curi-curi pandang, bahkan ada juga yang terang-terangan berjalan melewati Aldevaro hanya demi di-notice oleh kakak kelas mereka yang dikenal sebagai cowok paling tampan satu sekolah.

Sedangkan Aldevaro, cowok itu masih setia dengan kegusarannya sampai tak memedulikan sekitarnya.

Ini udah hampir satu jam, dan dia belum juga sampe ke sekolah? Gue rasa gue udah pagi-pagi banget berangkat ke sini. Batin Aldevaro, masih setia dengan aktivitasnya yang mondar-mandir di koridor kelas sebelas.

Ya. Apa yang tengah cowok itu lakukan di sana semata-mata karena menunggu seseorang yang bisa kalian tebak siapa itu.

Zeva. Mantan pacarnya.

Entah keberanian dari mana cowok itu memilih berangkat pagi-pagi sekali ke sekolah dengan tujuan, berharap akan kembali berpapasan dengan gadis itu.

Bukan bermaksud untuk caper atau bagaimana, Aldevaro hanya ingin memastikan perasaannya yang sedari pertemuan mereka kemarin, ia sudah dibuat kepikiran seharian sampai tidak bisa tidur.

Pengaruh Zeva terlalu berbahaya untuk dirinya.

Saat Aldevaro kembali melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya, waktu ternyata sudah menunjukkan pukul 7 lewat 20 menit. Lima menit lagi *** akan berlangsung.

Sepertinya, untuk hari ini ia tidak akan berpapasan dengan Zeva. Maka dari itu, Aldevaro akan menyerah dan memilih melenggang menuju kelasnya yang berada di lantai paling atas.

Namun, saat Aldevaro hendak melenggang menuju undakkan tangga, langkah kakinya refleks terhenti kala seseorang yang sangat ia tunggu-tunggu kedatangannya, kini tengah menatapnya dengan tubuhnya yang perlahan mulai menegang.

Waktu lagi-lagi seakan dibuat berhenti berputar saat keduanya saling menatap dengan jarak tak kurang dari tiga meter. Keduanya terdiam di tempat masing-masing, tak memedulikan para siswa dan siswi yang berlalu-lalang di sekitar mereka.

Zeva berdeham pelan seraya menundukkan sedikit kepalanya. Hal tersebut lantas membuat Aldevaro ikut tersadar dari apa yang tengah ia lakukan. Dengan mengepalkan kedua tangannya sebagai alat untuk mengumpulkan segala jenis keberanian, Aldevaro kemudian berjalan menghampiri Zeva. Sepasang netranya seolah tak dapat dialihkan dari gadis itu yang terlihat bergerak tidak nyaman di tempatnya.

“Lo mau ke kelas?” Sahutan datar itu sedikit membuat Zeva tersentak. Kepalanya lantas mendongak menatap wajah Aldevaro yang terlampau tinggi di hadapannya.

“Oh. I-iya,” Ujar Zeva. Helaan napas gusar ia embuskan. Kepalanya yang semula mendongak menatap wajah Aldevaro kini beralih menatap asal ke samping.

“Ya udah, barengan.” Balas Aldevaro, kemudian melenggang lebih dulu meninggalkan Zeva.

Zeva sempat terdiam beberapa saat mendengar ucapan laki-laki itu beberapa saat yang lalu. Tak lama kemudian, gadis itu mulai mengejar langkah Aldevaro yang telah lebih dulu meninggalkannya.

“Katanya mau barengan. Gimana, sih?” Gerutu Zeva, tanpa sadar membuat langkah Aldevaro terhenti. Posisinya yang semula memunggungi Zeva pun perlahan ia ganti, sehingga kini keduanya kembali saling berhadapan.

Sayangnya, gadis itu tampak tak sadar dan terus menaiki undakkan tangga tanpa memerhatikan sekitarnya, termasuk Aldevaro yang kini telah berada tepat di hadapannya, yang hanya berjarak empat undakan tangga.

“Kapan lo pindah ke sini?” Sahutan pelan dari Aldevaro seketika menyadarkan Zeva, sampai membuat gadis itu tak sengaja melangkah mundur hampir terjatuh akibat langkahnya yang menginjak ujung tangga.

Beruntung kedua tangan gadis itu lebih sigap memegang penyangga tangga, sehingga sebuah tragedi yang tidak inginkan tidak terjadi.

Zeva lantas berdeham pelan untuk mengurangi rasa keterkejutan sekaligus gugup dalam dirinya. Tak berapa lama kemudian, ia mulai membenarkan posisi berdirinya selayaknya orang normal.

“Ke-kemaren.” Zeva merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya menjawab kaku seperti itu.

Kalau begini, bukankah akan terlihat sangat jelas jika orang yang paling bersalah adalah dirinya?

“Lo di kelas mana?” Aldevaro meminggirkan posisinya agar Zeva mau berjalan di sampingnya. Peka akan hal itu, Zeva pun melangkah mendekati Aldevaro, sehingga posisi keduanya kini berjalan berdampingan.

Walau dalam hati dirinya teramat ragu, tapi kalau berpura-pura tidak paham bukankah itu akan membuat suasana di antara keduanya semakin canggung?

“Gue … di kelas XII IPA 2. Em .., lo?” Zeva memberanikan diri balas bertanya pada Aldevaro seraya menoleh sebentar, melirik wajah cowok itu dari samping.

“XII IPA 1.” Balas Aldevaro dingin. Tak terasa, kini keduanya sudah sampai di koridor kelas dua belas, di mana di koridor tersebut tampak begitu sepi dan jauh dari kata ramai, tidak seperti koridor di kelas sebelas.

Aldevaro menghentikan langkah kakinya tiba-tiba, membuat langkah Zeva ikut terhenti. Perhatian cowok itu kemudian beralih menatap Zeva dari atas sampai bawah dengan alis yang sedikit berkerut.

“Gue duluan.” Pungkasnya singkat, kemudian melenggang. Meninggalkan Zeva yang tanpa sadar mengulurkan tangannya atas kepergian cowok itu.

****

“Woe! Ngelamun aja lo dari tadi? Mikirin mantan, yak?” Sahutan usil itu berasal dari mulut Daniel, salah satu sahabat Aldevaro yang berbeda kelas dengannya.

Aldevaro, Daniel, serta temannya yang lain, Theo, Chiko dan William, saat ini tengah berada di salah satu kantin yang sering sekali dikunjungi siswa maupun siswi dari kelas dua belas. Kelimanya tengah menghabiskan jam istirahat dengan memesan makanan, atau hanya sekadar nongki biasa.

Omong-omong soal keempat sahabat Aldevaro, bisa dibilang mereka tidak satu angkatan semua. Hanya Daniel teman seangkatannya yang juga tidak tinggal sekelas dengannya. Walaupun begitu, sebenarnya Daniel ini lebih tua setahun dari Aldevaro. Cowok itu hanya terlambat masuk sekolah satu tahun, makanya dirinya jadi siswa seangkatan dengan Aldevaro.

Sedangkan Theo, Chiko, dan William, ketiganya seangkatan di mana mereka saat ini masih duduk di bangku kelas sebelas.

Selayaknya Aldevaro dan Daniel yang tidak tinggal sekelas, ketiganya pun sama-sama terpisah. Di mana Theo masuk di kelas jurusan XI IPS 3, Chiko di XI IPA 1, DAN William di XI IPS 2.

Walaupun begitu, perbedaan tak menjadi penghalang bagi mereka untuk berteman. Kelimanya akrab sejak masing-masing ayah mereka membawa anak-anaknya berkemah di sebuah hutan waktu kecil.

Ya, dari sanalah pertemanan mereka terjalin sampai sekarang.

Theo, atau pemilik nama lengkap Ananda Theo itu lantas menoleh menatap Daniel dengan alis yang berkerut.

“Emang iya, Bang?” Tanyanya, seraya mengalihkan tatapannya pada Aldevaro yang terlihat terbatuk-batuk mendengar pertanyaan polos dari cowok itu.

Daniel terkekeh, sementara yang lain kebingungan menatap Aldevaro yang seolah salah tingkah akibat pertanyaan menjurus dari cowok itu.

“Jiaah… gitu aja lebay lo!” Celetuk Daniel, seraya menepuk kuat-kuat bahu Aldevaro yang berada tepat di samping kirinya.

“Bacot, lo! Siapa juga yang mikirin mantan,” dalihnya, membuat Daniel refleks memutar jengah kedua bola matanya.

“Nih, ya, kawan-kawan sekalian. Kemaren, Wakil Tetua Sekte kalian, alias Si Aldevaro ini habis temu kangen sama mantannya! Dan parahnya, mantannya sekarang sekolah di sini.” Terang Daniel tiba-tiba. Membuat Chiko dan William yang tengah menyantap semangkuk bakso serta sepiring nasi goreng, dibuat tersedak saking kagetnya. Tidak dengan Theo yang hanya menampilkan raut terkejut biasa.

Aldevaro meringis mendengar penuturan Daniel yang bisa-bisanya dengan tanpa dosa menceritakan kejadian kemarin kepada yang lain. Tidak bisakah cowok itu tutup mulut sedikit?

“Serius, Bang? Lo ketemu sama dia di mana?”

“Makin cantik gak, tuh? Jiaahhh…” Ledek Chiko dan William, membuat Daniel dan Theo ikut terbawa suasana.

“Ngeledekin aja lo semua bisanya. Diem lo! Kek gak tahu aja Wakil Tetua Sekte kita kalau marah kek gimana,” cetus Theo. Candaan semuanya langsung berhenti, namun cekikikannya masih setia terpampang di wajah mereka.

“By the way, dia di kelas mana, Bang?” William menengadahkan kepalanya menatap Aldevaro, dengan mulutnya yang kembali diisi sesendok nasi goreng.

“Kenapa emangnya?” Aldevaro menaikkan salah satu alisnya menatap William, seolah tengah menyatakan perang pada cowok itu.

William menyengir dengan mulutnya yang masih penuh dengan makanan. “Gue cuman nanya doang kali, Bang! Gak ada niatan buat embat juga,”

Aldevaro berdecak seraya menolehkan kepalanya ke samping. Bertepatan dengan itu, netranya menangkap sosok gadis yang tak lain ialan Zeva, tengah menyantap makan siangnya seorang diri di tengah keramaian kantin.

Aldevaro lagi-lagi dibuat terdiam hanya karena netranya menangkap sosok gadis itu. Ada rasa aneh yang menggebu di hatinya ketika netranya bertemu dengan sosok Zeva.

Sesak, sakit, namun ada sedikit rasa rindu yang terselip di hatinya. Entah sejak kapan dirinya jadi kembali seperti ini.

Mungkin, sejak pertemuan perdananya kemarin?

“Nah, anak-anak. Itu dia mantannya Si Al! Kalian lihat, ‘kan? Yang lagi makan sendirian di sana!” Daniel lagi-lagi menyahut seraya menunjuk Zeva yang berada cukup jauh dari posisi mereka.

Chiko, Theo dan William lantas mengikuti ke mana arah tunjukkan cowok itu. Ketiganya ber-oh ria seraya mengangguk-angguk paham. Sedangkan Aldevaro, cowok itu sudah tidak dapat menahan dirinya akibat sedari tadi sampai sekarang, Daniel tak henti-hentinya terus menggoda bahkan mengompori dirinya.

Menyesal dirinya sudah bercerita pada cowok itu!

“Cakep juga mantan lo, Bang!” Ucap Chiko tanpa sadar.

“Heh, sini lo, Niel! Mulut lo bisa gak, sih, gak usah ember? Lo mau nyari mati, hah?!” Aldevaro sudah menyiapkan ancang-ancang hendak bangkit dan meninju Daniel.

Sayangnya, Daniel sudah lebih dulu menjauh, apalagi kedua tangan Aldevaro kini mulai dicekal oleh Theo yang entah sejak kepan berada di belakangnya.

“Elah, jan emosi, Bang! Kek gak tahu aja kelakuan Bang Kudanil kek apa. Emang nyebelin dia,” ujar Theo menenangkan. Bukannya ikut menenangkan salah satu abang mereka, Chiko dan William malah tertawa dan mengompori.

“Hajar ajalah, Bang! Biar tahu rasa, hahaha!”

“Sikaaatttt!”

“Eeh, lo berdua nyumpahin gue? Inget, gue ini Tetua Sekte! Sekali lo berdua macem-macem sama gue, berdosa lo berdua,” kelakar Daniel, membuat Aldevaro semakin tidak dapat menahan diri untuk tidak memberi pelajaran pada cowok itu.

Sialnya, Theo mengeratkan cengkramannya, semakin membuat Aldevaro kesulitan untuk bergerak.

“Lo apaan, sih, Yo! Lepasin, gak?”

“Waduh, sorry, Bang! Konflik internal itu sangat tidak dianjurkan. Inget kata guru agama-”

“Halah, sok suci banget hidup lo, Yo! Ibadah aja masih suka setengah-setengah,” sela William. Membuat cengkraman di kedua tangan Aldevaro lantas terlepas begitu saja. Sedikit membuat Aldevaro bertanya-tanya, namun ketika ia menoleh untuk melihat raut wajah cowok itu, seketika Aldevaro dibuat bergidik ngeri.

“By one, Will! Gue akan selalu siap, kapan pun dan di manapun.”

To be continue...

Terpopuler

Comments

Anya

Anya

bner jga sih. klo digantung tanpa kpstian lbih sakit. tpi klo mutusinnya tb" mna cmn lewat surat itu jga bkin sakit sbrnya. intinya yaa bicarain pelan" hrusnya si gitu

2023-01-29

0

DyanaR

DyanaR

nah loh wil

2023-01-23

1

DyanaR

DyanaR

hahahahhhh!!! sa ae lu niel😂😂😂 awass tar WAKIL TETUA SEKTE ngamukkkk😆

2023-01-23

1

lihat semua
Episodes
1 00. PROLOG: Awal mula di-Ghosting?!
2 01. Pertemuan Singkat dengan Sang Mantan
3 02. About Zeva
4 03. Terguncang!
5 04. "Lo mau 'kan, balikan sama gue?"
6 05. Gerald Beraksi
7 06. "Yang penting gue bisa lihat lo!"
8 07. Rencana Jogging sama Mantan
9 08. "Lo mau 'kan, balikan sama gue?"II
10 09. Terbongkar!
11 10. Aldevaro Sakit
12 11. "Mana janji lo barusan?"
13 12. Zeva is MINE
14 13. Diandra Berkunjung
15 14. Balikan
16 15. Diandra dan Kesakitannya
17 16. Luka dalam yang kembali menganga
18 17. Antara Aldevaro dan Gerald
19 18. Cemburu?!
20 19. Salah Paham Terbesar
21 20. Refreshing with Gerald
22 21. Undangan Resmi
23 22. Gerald's Party
24 23. I'm sorry
25 24. Penjelasan William
26 25. Tentang Masa Lalu Gerald
27 26. Sakit Tapi Tak Berdarah
28 27. Hampir Hilang Kendali
29 28. Tentang Rasa Kita
30 29. Bekas Luka di Leher
31 30. Ketulusan Cinta yang Diuji
32 31. Semua Punya Luka
33 32. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
34 33. Kita Yang Terluka
35 34. Perihal Menghabiskan Belasan Juta
36 35. Pembicaraan Empat Mata
37 36. Apa yang baru saja terjadi?
38 37. Calon Mama Mertua
39 38. Joy Si Cewek Tomboy
40 39. Harapan dan Keinginan
41 40. Kenyataan Pahit
42 41. Love Me Please
43 42. Bad Dastiny
44 43. Bad Dastiny II
45 44. Perjalanan Menuju Akhir
46 45. Akhir Kisah Kita
47 46. EPILOG: Aldevaro POV
48 PENTING!!!
49 PENTING 2
Episodes

Updated 49 Episodes

1
00. PROLOG: Awal mula di-Ghosting?!
2
01. Pertemuan Singkat dengan Sang Mantan
3
02. About Zeva
4
03. Terguncang!
5
04. "Lo mau 'kan, balikan sama gue?"
6
05. Gerald Beraksi
7
06. "Yang penting gue bisa lihat lo!"
8
07. Rencana Jogging sama Mantan
9
08. "Lo mau 'kan, balikan sama gue?"II
10
09. Terbongkar!
11
10. Aldevaro Sakit
12
11. "Mana janji lo barusan?"
13
12. Zeva is MINE
14
13. Diandra Berkunjung
15
14. Balikan
16
15. Diandra dan Kesakitannya
17
16. Luka dalam yang kembali menganga
18
17. Antara Aldevaro dan Gerald
19
18. Cemburu?!
20
19. Salah Paham Terbesar
21
20. Refreshing with Gerald
22
21. Undangan Resmi
23
22. Gerald's Party
24
23. I'm sorry
25
24. Penjelasan William
26
25. Tentang Masa Lalu Gerald
27
26. Sakit Tapi Tak Berdarah
28
27. Hampir Hilang Kendali
29
28. Tentang Rasa Kita
30
29. Bekas Luka di Leher
31
30. Ketulusan Cinta yang Diuji
32
31. Semua Punya Luka
33
32. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
34
33. Kita Yang Terluka
35
34. Perihal Menghabiskan Belasan Juta
36
35. Pembicaraan Empat Mata
37
36. Apa yang baru saja terjadi?
38
37. Calon Mama Mertua
39
38. Joy Si Cewek Tomboy
40
39. Harapan dan Keinginan
41
40. Kenyataan Pahit
42
41. Love Me Please
43
42. Bad Dastiny
44
43. Bad Dastiny II
45
44. Perjalanan Menuju Akhir
46
45. Akhir Kisah Kita
47
46. EPILOG: Aldevaro POV
48
PENTING!!!
49
PENTING 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!