01. Pertemuan Singkat dengan Sang Mantan

"Aaakkk!!! Kak Al ganteng bangetttt!!!"

"Omaygat, omaygat, omaygattt!!! Itu Kak Al kok bisa sih ganteng banget gitu? Heran gue!"

"Aww! Itu rambutnya dikibas ke belakang dooonggg!!!"

"Alll!!! Ailovyuuu!"

Teriakan demi teriakan terus bersahutan dari dalam gor sekolah tempat berlangsungnya sebuah pertandingan badminton.

Bukan pertandingan antar kelas, apalagi pertandingan nasional. Hanya permainan biasa yang dilakoni oleh sepasang saudara sepupu yang selalu bertolak belakang. Singkatnya, mereka bermusuhan.

Tak!

Suara kok yang di-smash cukup kuat melesat melewati tubuh seseorang, sehingga menyebabkannya kehilangan satu point sampai berakibat kekalahan.

Semua penonton terdiam. Raut wajah penuh semangat tadi, langsung berubah seratus delapan puluh derajat, dengan perhatian yang beralih ke papan point.

Aldevaro/Geraldino

21/19

"Aaaakkk! Kak Al menang lagi dooonggg!"

"Yesss! Udah gue sangka sih iniii! Secara 'kan, ya, Aldevaro itu jago bangettttt!"

"Aww! Makin bucin aku sama Kak Al!"

"Alll! Selamaaattt!"

Dan masih banyak lagi teriakan para siswi yang memuja sekaligus memberikan selamat atas kemenangan telak Aldevaro melawan sepupunya sendiri yang bisa dikenal sebagai rajanya biang onar.

Mari kita sedikit perkenalan antara dua sepupu yang saling bertolak belakang ini.

Aldevaro Wirathama. Sering disapa 'Al' oleh semua orang. Dia adalah siswa kelas XII IPA 1 di SMA Bima Sakti dan sering dijuluki cogan bermuka datar. Tubuhnya yang sangat tinggi menjulang dan wajahnya yang super duper baby face menjadikannya idola seluruh siswi.

Tak hanya itu. Aldevaro juga merupakan siswa paling berprestasi di SMA Bima Sakti. Bukan hanya di bidang akademik. Non akademik pun ia sangat berprestasi. Salah satu contohnya adalah di bidang olahraga yang baru saja ia tekuni. Badminton.

Ya. Aldevaro menyukai badminton dari sejak kecil.

Dan, Geraldino Abraham. Sering disapa 'Gerald'. Dia juga merupakan siswa kelas tiga SMA Bima Sakti. Bedanya, Gerald masuk di kelas XII IPS 5. Kelasnya para biang onar.

Ya. Gerald adalah siswa biang onar, ia sudah langganan keluar-masuk ruang BK dari sejak awal kelas sepuluh. Siswa maupun siswi sering menjulukinya begitu bukan tanpa alasan. Karena pada kenyataannya memang begitu.

Sering memusuhi orang-orang yang membencinya, pun termasuk Aldevaro yang sangat ia benci. Bukan tanpa alasan Gerald membenci saudara sepupunya tersebut. Ia hanya ingin menunjukkan satu hal pada keluarga besarnya, bahwa dirinya pun layak.

Gerald melempar raketnya sembarangan dengan emosi yang sudah hampir meluap. Kekalahannya kali ini membuat dirinya semakin membenci Aldevaro sampai ke dalam tulang. Awas saja nanti!

Aldevaro melangkahkan kakinya sedikit ke hadapan Gerald yang terhalang oleh net. Tatapan yang ia layangkan pada sang saudara sepupu tampak begitu dingin namun masih tetap tenang.

"Sesuai ucapan lo. Yang menang bebas, dan yang kalah jangan ngusik lagi yang menang." Aldevaro berucap cukup lantang, membuat para penonton yang didominasi para siswi langsung terdiam dan memilih untuk memerhatikan interaksi kedua saudara sepupu tersebut.

Gerald berdecih malas menanggapi ucapan Aldevaro. "Lo pikir gue peduli?" Cowok itu berjalan menerobos net hanya untuk menghampiri Aldevaro. Satu gor dibuat heboh akibat sikap Gerald yang tidak pernah memegang ucapannya.

Ketika cowok itu telah benar-benar berdiri tepat di hadapan Aldevaro, tatapan yang ia layangkan padanya semakin terlihat mengerikan. Apalagi ditambah dengan kepalan di kedua tangannya yang telah hampir memucat. Siapa pun yang melihatnya akan mengira bahwa cowok itu akan melayangkan pukulannya pada Aldevaro.

"Denger ini baik-baik. Sampai kapan pun, gue gak akan sudi akur sama lo! Camkan itu!" Gertak Gerald, kemudian mendorong tubuh Aldevaro menggunakan salah satu jari telunjuknya. Setelahnya, cowok itu melenggang dari dalam gor badminton dengan membawa setumpuk kekesalan.

****

"Al!" Suara sahutan lembut dari arah belakang, menyentak Aldevaro dari apa yang tengah ia lakukan.

Ketika berbalik badan, seorang gadis berparas manis, bertubuh mungil, tersenyum lembut ke arahnya. Salah satu tangannya membawa sebotol air mineral yang baru ia beli dari kantin.

"Lo gak pa-pa?" Tanyanya penuh perhatian, seraya memberikan sebotol air mineral tadi pada Aldevaro.

Awalnya, Aldevaro hendak menolak pemberian gadis itu. Namun ketika melihat raut wajahnya yang cemas, ia jadi tidak tega. Dengan terpaksa, Aldevaro mengambil air mineral tersebut.

"Gue gak pa-pa. Makasih, ya," ujar Aldevaro. Seulas senyum tipis terbit di wajah tampannya. Membuat gadis itu seketika dibuat gugup setengah mati.

"Em ... soal ucapannya Gerald, lo jangan masukin ke hati, ya? Lo tahu 'kan, kalau dari dulu saudara angkat gue emang sikapnya kayak gitu?"

"Lo tenang aja. Gak gue masukin ke hati, kok. Em, btw, lo gak rapat?"

"Eh?!" Gadis itu sedikit tersentak atas pertanyaan Aldevaro di kalimat yang paling terakhir.

Ketika dirinya menyalakan ponselnya, seketika gadis itu menepuk dahinya cukup keras. "Udah jam segini ternyata. Ya udah, gue duluan, ya, Al! Lima menit lagi udah mau rapat OSIS lagi, huuh! Males banget," Aldevaro mengangguk sebagai jawaban dari perkataan gadis itu padanya.

Saat gadis itu sudah hendak melenggang, Aldevaro mengernyitkan dahinya merasa ada sesuatu yang kurang dari gadis itu.

"Diandra!" Panggil Aldevaro. Seketika membuat langkah kaki gadis itu langsung terhenti, kemudian berbalik menghadap Aldevaro dengan raut wajah polos penuh tanya.

"Jepit rambut lo ke mana?"

"Hah?!" Gadis yang dipanggil Diandra itu pun langsung panik, seraya menyentuh kepalanya. Merasa jepit rambut yang dikatakan Aldevaro benar-benar tidak ada, sepasang bola matanya langsung mengedar ke segala penjuru. Tak lama kemudian, ia menghela napas lega saat sepasang bola matanya menemukan di mana letak jepit rambut kesayangannya.

"Di sana!" Diandra menunjuk jepit rambutnya yang berada lantai di sebelah Aldevaro. Sontak saja cowok itu langsung mengalihkan perhatiannya pada apa yang gadis itu tunjuk.

"Lo tunggu di sana. Gue ambilin." Ujar Aldevaro, lagi-lagi membuat Diandra semakin dibuat gugup setengah mati.

Tak berapa lama ketika Aldevaro mengambil jepit rambut Diandra yang terjatuh, cowok itu pun mulai berjalan ke arah Diandra, sampai pada akhirnya jarak di antara keduanya hanya bersisa beberapa puluh sentimeter saja.

"Nih! Ke kelas gih!" Ucap Aldevaro, yang dibalas anggukan kepala oleh Diandra.

Tak lagi mengatakan sepatah kata, gadis itu pun mulai melenggang dari hadapan Aldevaro. Seulas senyum bahagia terus terpampang jelas di raut wajahnya.

Aldevaro. Tidak peduli cowok itu adalah sepupu angkatnya, Diandra tidak akan menyerah untuk memberikan cintanya pada cowok itu.

****

Di sepanjang langkah kaki melewati koridor kelas sepuluh yang berada di lantai satu, Aldevaro tak henti-hentinya terus mendengus sebal tatkala pikirannya kembali melayang pada kejadian tadi siang.

Geraldino, atau sering disapa Gerald, membuat keputusan dari janji mereka dengan semena-mena di akhir pertandingan mereka. Cowok yang tak lain adalah saudara sepupunya itu entah memiliki alasan apa yang membuat dirinya sebegitu benci dengan Aldevaro.

Soal Kakek yang lebih menyukainya? Aldevaro rasa tidak akan mungkin sedangkal itu. Lantas, apa alasannya? Sampai detik ini pun, Aldevaro masih mencoba mencari tahu akan hal itu.

Terlalu larut dalam pikiran, Aldevaro sampai lengah dengan langkah kakinya sendiri. Ketika cowok itu hendak menaiki tangga untuk sampai di kelasnya, seseorang dari arah lain berjalan dengan tergesa-gesa sehingga menyebabkan keduanya terlibat benturan kecil yang sanggup menghentikan niat serta langkah keduanya.

Keduanya refleks sama-sama mengaduh, kemudian dilanjut dengan saling meminta maaf. Tersadar keduanya selalu berucap bersamaan, masing-masing dari mereka perlahan mulai mendongakkan wajah untuk menatap siapa yang baru saja mereka tabrak.

Dan, ketika dua pasang mata itu telah saling bersitatap, saat itu juga, waktu seakan berhenti berputar.

Deg!

Zeva? Batin Aldevaro memanggil. Tanpa sadar kedua tangannya langsung terkepal kuat dengan sepasang bola matanya yang menyipit tajam.

Zeva. Ya, tidak salah lagi. Orang yang baru saja bertabrakan dengannya adalah Zeva! Gadis yang telah begitu tega mencampakkannya dua tahun yang lalu. Meskipun kejadian itu sudah sangat lama sekali, namun Aldevaro masih sangat ingat seperti apa wajah gadis itu.

“Va-varo?” Panggilnya. Refleks membangunkan Aldevaro dari apa yang sempat ia lamunkan sejenak.

Tunggu! Apa yang baru saja gadis itu katakan? Apakah dia baru saja memanggilnya?

“Hai! Em … Gi-gimana kabar kamu? Kamu baik-baik aja, ‘kan?”

Aldevaro refleks berdecih pelan membuat Zeva seketika melebarkan kedua bola matanya. Ditatapnya dari atas sampai bawah, Aldevaro benar-benar dibuat kagum oleh perubahan total gadis itu.

Rambutnya yang seingat dulu Aldevaro hanya sepundak, kini terlihat hampir menutupi seluruh punggungnya. Penampilan wajahnya yang polos dan natural sudah tidak ada lagi. Aldevaro tebak, gadis itu mengenakan make-up sehingga wajahnya terlihat begitu dewasa dan semakin cantik.

Sial! Disaat begini pun ia masih tak lupa untuk memuji gadis itu yang padahal hanya berstatuskan MANTAN PACAR!

Tak ingin terus berdiam diri lebih lama dengan sang masa lalu di tempat tersebut, Aldevaro memilih melenggang terlebih dahulu menaiki undakan tangga kelas tanpa berniat membalas ucapan yang lebih ke sapaan basa-basi dari mantan.

Mantan? Heh, menyebalkan! Kenapa juga harus ketemu lagi?

****

Di tengah perasaan kalut dan amarah yang masih menguasainya, Gerald memilih memejamkan mata di saat jam pelajaran terakhir masih diterangkan di depan sana. Tidak ada yang memedulikannya, mau itu sang guru mata pelajaran yang tengah berbicara panjang lebar menerangkan pelajaran.

Bukan tanpa alasan ia bersikap acuh tak acuh begini. Ia hanya merasa lelah dengan perangai Gerald yang tidak pernah bisa berubah, walau diberitahu seberapa sering pun itu.

Dan lihatlah cowok itu sekarang. Dengan wajah tanpa dosa ia merebahkan kepalanya di atas meja, padahal posisi meja cowok itu bukan berada di bangku paling belakang.

Bisa dibilang, posisi meja Gerald berada tepat di paling depan berhadapan langsung dengan meja guru. Sayangnya, hal itu tak membuat dirinya takut. Ia bahkan dengan gamblang memperlihatkan kenakalannya di dalam kelas, tepat di hadapan para guru.

“Gerald!” Sahutan datar dari sang guru mata pelajaran sejarah, membuat tidur Gerald terusik.

Perlahan namun pasti, sepasang bola mata cowok itu terbuka, tanpa sedikit pun mau mengubah posisi kepalanya yang ia rebahkan di atas meja.

Sepasang netra tajam Gerald kemudian bertemu dengan netra dingin dari sang guru. “Apa?” Pertanyaan kurang ajar itu meluncur dari mulutnya tanpa mau disaring terlebih dahulu.

Dengan malas, Gerald kemudian menegakkan kepalanya. Posisi duduknya pun berubah menjadi duduk menyandar pada punggung kursi. Terlihat tatapan tak suka dari sang guru yang juga ia tujukan pada Gerald.

Demi apa pun, ia ingin sekali menutup mata selamanya atas perangai Gerald yang tiada habisnya. Sayangnya, kesabarannya kali ini telah menipis. Gerald terlalu keenakan jika terus didiamkan seperti ini.

“Kamu mau begini sampai kapan? Apa kamu tidak takut memengaruhi nilai kamu?”

“Bodo amat! Gue gak akan kuliah juga. Kenapa emangnya?”

Di tempatnya, sang guru tampak menarik napas dalam-dalam sembari mengepal kuat kepalan tangannya. “Begitu, ya? Kalau begitu kamu lebih baik keluar dari kelas saya!”

Sempat terjadi adu tatapan tajam di antara keduanya, hingga pada akhirnya, Gerald yang lebih dulu memutuskan kontak mata mereka.

“Oke.” Ujarnya, tenang.

Satu kelas lantas dibuat menganga lebar oleh jawaban impulsif yang terucap dari mulut Gerald. Mereka semua sibuk berbisik-bisik sana-sini. Mengatakan hal buruk tentang Gerald yang tidak pernah berubah dari sejak awal menjadi murid kelas sepuluh.

Gerald yang menyadari bahwa dirinya kini menjadi bahan tontonan satu kelas pun langsung menatap tajam satu-persatu teman-teman sekelasnya. Berbagai bisik-bisik tentang; betapa semena-menanya tindakan cowok itu, harus mereka hentikan ketika tatapan tajam itu seolah mengisyaratkan mereka untuk berhenti saat itu juga.

“Ngomong tuh yang jelas, jangan bisik-bisik! Mumpung gue lagi ada di hadapan lo, lo, lo, dan lo!” Tunjuk Gerald satu-persatu, sebelum pada akhirnya ia benar-benar melenggang dari dalam kelasnya.

To be continue…

Terpopuler

Comments

daisyyfunn

daisyyfunn

bukan maen emang si gerald 😭🤣🤣

2023-02-01

0

daisyyfunn

daisyyfunn

dipikirkan gue Aldevaro kalau marah lebih ganteng huaa😭❤️

2023-02-01

0

daisyyfunn

daisyyfunn

macem Drakor reborn Rich ya 🤣

2023-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 00. PROLOG: Awal mula di-Ghosting?!
2 01. Pertemuan Singkat dengan Sang Mantan
3 02. About Zeva
4 03. Terguncang!
5 04. "Lo mau 'kan, balikan sama gue?"
6 05. Gerald Beraksi
7 06. "Yang penting gue bisa lihat lo!"
8 07. Rencana Jogging sama Mantan
9 08. "Lo mau 'kan, balikan sama gue?"II
10 09. Terbongkar!
11 10. Aldevaro Sakit
12 11. "Mana janji lo barusan?"
13 12. Zeva is MINE
14 13. Diandra Berkunjung
15 14. Balikan
16 15. Diandra dan Kesakitannya
17 16. Luka dalam yang kembali menganga
18 17. Antara Aldevaro dan Gerald
19 18. Cemburu?!
20 19. Salah Paham Terbesar
21 20. Refreshing with Gerald
22 21. Undangan Resmi
23 22. Gerald's Party
24 23. I'm sorry
25 24. Penjelasan William
26 25. Tentang Masa Lalu Gerald
27 26. Sakit Tapi Tak Berdarah
28 27. Hampir Hilang Kendali
29 28. Tentang Rasa Kita
30 29. Bekas Luka di Leher
31 30. Ketulusan Cinta yang Diuji
32 31. Semua Punya Luka
33 32. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
34 33. Kita Yang Terluka
35 34. Perihal Menghabiskan Belasan Juta
36 35. Pembicaraan Empat Mata
37 36. Apa yang baru saja terjadi?
38 37. Calon Mama Mertua
39 38. Joy Si Cewek Tomboy
40 39. Harapan dan Keinginan
41 40. Kenyataan Pahit
42 41. Love Me Please
43 42. Bad Dastiny
44 43. Bad Dastiny II
45 44. Perjalanan Menuju Akhir
46 45. Akhir Kisah Kita
47 46. EPILOG: Aldevaro POV
48 PENTING!!!
49 PENTING 2
Episodes

Updated 49 Episodes

1
00. PROLOG: Awal mula di-Ghosting?!
2
01. Pertemuan Singkat dengan Sang Mantan
3
02. About Zeva
4
03. Terguncang!
5
04. "Lo mau 'kan, balikan sama gue?"
6
05. Gerald Beraksi
7
06. "Yang penting gue bisa lihat lo!"
8
07. Rencana Jogging sama Mantan
9
08. "Lo mau 'kan, balikan sama gue?"II
10
09. Terbongkar!
11
10. Aldevaro Sakit
12
11. "Mana janji lo barusan?"
13
12. Zeva is MINE
14
13. Diandra Berkunjung
15
14. Balikan
16
15. Diandra dan Kesakitannya
17
16. Luka dalam yang kembali menganga
18
17. Antara Aldevaro dan Gerald
19
18. Cemburu?!
20
19. Salah Paham Terbesar
21
20. Refreshing with Gerald
22
21. Undangan Resmi
23
22. Gerald's Party
24
23. I'm sorry
25
24. Penjelasan William
26
25. Tentang Masa Lalu Gerald
27
26. Sakit Tapi Tak Berdarah
28
27. Hampir Hilang Kendali
29
28. Tentang Rasa Kita
30
29. Bekas Luka di Leher
31
30. Ketulusan Cinta yang Diuji
32
31. Semua Punya Luka
33
32. Cobaan Yang Datang Silih Berganti
34
33. Kita Yang Terluka
35
34. Perihal Menghabiskan Belasan Juta
36
35. Pembicaraan Empat Mata
37
36. Apa yang baru saja terjadi?
38
37. Calon Mama Mertua
39
38. Joy Si Cewek Tomboy
40
39. Harapan dan Keinginan
41
40. Kenyataan Pahit
42
41. Love Me Please
43
42. Bad Dastiny
44
43. Bad Dastiny II
45
44. Perjalanan Menuju Akhir
46
45. Akhir Kisah Kita
47
46. EPILOG: Aldevaro POV
48
PENTING!!!
49
PENTING 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!