Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Zayn keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang dibelikan Zahira tadi. Terlihat sangat tampan dan mempesona, lagi-lagi Zahira bergeming menatap pria muda itu.
Seandainya saja Zayn itu suaminya, Zahira pasti akan sangat bahagia. Dari awal dia melihat pria itu, dia sudah bisa merasakan bagaimana lembutnya hati Zayn. Tutur katanya pun sangat sopan, sayang Zayn bukan siapa-siapa di hidupnya.
"Zayn, kemarilah!" panggil Zahira yang tengah berbaring di atas kasur.
"Iya Bu, eh maksudku Zahira." sahut Zayn, lalu berjalan menghampiri Zahira.
Zayn duduk di sisi ranjang dengan air muka penuh kegelisahan. Ingin sekali dia pergi dari kamar itu tapi dia tidak berani mengatakannya pada Zahira, wanita itu pasti melarangnya.
"Ada apa Zahira?" ucap Zayn dengan suara bergetar. Rasanya tidak sopan memanggil nama pada orang yang lebih tua, tapi dia tidak bisa menolak permintaan Zahira.
"Sini!" Zahira beringsut dan memberi ruang kosong agar Zayn berbaring di sampingnya.
Zayn membulatkan mata dengan sempurna, tak percaya bahwa Zahira akan memintanya berbaring di kasur yang sama.
"Maaf Zahira, aku tidur di sofa saja." tolak Zayn. Dia tidak berani tidur dengan bos nya itu.
"Sofa itu kecil, kamu tidak akan nyaman tidur di sana. Di sini lebih luas, kasur ini terlalu besar untukku." jelas Zahira.
"Tidak apa-apa Zahira, aku sudah terbiasa. Lagian aku juga bisa tidur di lantai, kamu tidak usah memikirkan aku. Sebaiknya kamu tidur saja!" tolak Zayn dengan sopan.
Mendengar itu, air muka Zahira tiba-tiba berubah gelap. Dia hanya ingin tidur dan meminjam dada Zayn untuk tempatnya berlindung, tapi ternyata Zayn sama sekali tidak mengerti.
Tanpa berucap, Zahira dengan cepat membalikkan tubuhnya. Dia memunggungi Zayn dan menarik selimut. Tubuh Zahira terasa bagaikan kapal yang terombang ambing di lautan luas. Tidak ada celah untuk menepi, tidak ada tempat untuk bersandar. Hanya Tuhan yang tau kemana dan dimana dia akan berakhir.
Zahira pikir setelah menikah dia akan memiliki tempat untuk bersandar. Dia pikir dia bisa merasakan kasih sayang seorang suami yang akan menjadi pelindung untuk dirinya, tapi kenyataannya semua hanyalah impian belaka.
Bohong jika orang-orang mengatakan bahwa cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Nyatanya bukan cinta, tapi malah pengkhianatan yang dia terima. Zahira bahkan sudah berusaha menjadi istri yang sempurna, tapi usahanya berakhir sia-sia. Roni ternyata sudah memiliki istri selain dirinya.
Lelah bergulat dengan pikirannya sendiri, Zahira akhirnya tertidur dalam kesakitan yang mengoyak sekerat raganya.
...****************...
"Ma, Pa, Zahira sudah lelah. Tolong bawa Zahira bersama kalian!"
"Belum saatnya Nak, perjalanan kamu masih panjang."
"Tapi Zahira sudah lelah Ma, Pa, Zahira menyerah."
"Tidak sayang, kamu tidak boleh menyerah. Masih ada kebahagiaan yang akan menyambut kedatangan kamu, bersabarlah!"
"Kapan Ma, Pa? Sudah sepuluh tahun Zahira berjuang sendirian, tapi kenyataannya Zahira semakin terluka. Tolong bawa Zahira bersama kalian, Zahira mohon!"
"Tidak sayang, kamu harus kuat. Hadapi kenyataan ini, semua pasti akan indah pada waktunya."
"Tapi Ma, Pa-"
"Sudah sayang, lanjutkan hidupmu! Mama sama Papa pergi dulu,"
"Ma, Pa, jangan tinggalin Zahira lagi!"
"Ma, Pa, tolong kembali!"
"Mama... Papa..."
"Ma... Pa..."
"Mama..."
Zahira terduduk dengan tatapan linglung, wajahnya sudah basah bermandikan keringat. Teriakannya mampu mengguncang seisi kamar, bahkan membangunkan Zayn yang baru saja terlelap.
Zayn terperanjat dan berhamburan dari tidurnya. Dia melompat naik ke kasur dan menangkup tangan di pipi Zahira. "Zahira, kamu kenapa?" tanya Zayn panik.
Zahira menatap pria itu dengan mata berkaca, nafasnya terdengar kacau tak beraturan. "Zayn..."
"Iya, aku Zayn. Kamu kenapa?" tanya Zayn lagi.
Zahira menghalau tangan Zayn dari pipinya. "Zayn, aku harus pergi. Aku mau menyusul Mama dan Papaku, aku harus pergi sekarang." Zahira melompat turun dari kasur dan berlari menuju pintu.
"Zahira, tunggu!" Zayn ikut melompat dan berlari menyusul Zahira. Sebelum Zahira berhasil membuka pintu, Zayn dengan cepat menangkapnya dan menggendong tubuh kecil wanita itu seperti karung beras.
"Zayn, lepaskan aku! Aku harus pergi," pekik Zahira. Dia memukuli punggung Zayn dengan membabi buta tapi Zayn sama sekali tidak peduli.
"Zayn, tolong lepaskan aku! Mereka berdua sedang menungguku di rooftop." teriak Zahira dengan lantang.
"Tidak ada yang menunggumu, lihat jam berapa sekarang!" bentak Zayn. Dia kemudian menjatuhkan tubuh Zahira di atas kasur.
Zahira hendak bangkit tapi Zayn dengan sigap membelit tubuh wanita itu.
"Zayn, lepaskan aku! Biarkan aku pergi, aku mohon!" lirih Zahira sembari menangkup kedua tangan.
"Jangan bodoh Zahira, ini sudah jam dua belas malam. Siapa yang berkeliaran di rooftop jam segini?" geram Zayn.
"Mama sama Papa, mereka menungguku di atas sana. Biarkan aku bertemu mereka, tolong!" pinta Zahira.
"Zahira, lihat aku! Mama sama Papa kamu sudah tidak ada. Jangan dengar bisikan itu, setan sedang menguasai dirimu!" Zayn berusaha meyakinkan Zahira.
"Tapi Zayn, mereka... Mmphh..."
Mau tidak mau Zayn terpaksa menghentikan Zahira dengan cara membungkam mulutnya. Zayn memagut nya dengan erat dan melu*mat bibir Zahira membabi buta.
Sudah cukup Zayn menahan diri sejak tadi, kali ini dia tidak akan melepaskan Zahira lagi.
"Zayn..." Zahira mencoba berucap tapi tertahan karena Zayn terus saja mengesap bibirnya dengan rakus.
Seketika pertahanan Zahira hancur lebur, dia tak bisa mengelak dan tak mampu menolak. Panasnya bibir Zayn membuat Zahira masuk ke dalam perangkap yang sudah dari dulu ingin dia rasakan dari suaminya. Kini rasa itu justru dia dapatkan dari pria lain.
"Zayn..." Zahira mengalungkan tangan di tengkuk Zayn yang kini sudah bertengger di atas tubuhnya.
Zayn melepaskan tautan bibir mereka dan menatap Zahira dengan intim, ada tuntutan yang mulai menggelora di dirinya setelah menyatukan bibir mereka barusan. "Tadi kamu bertanya apa aku tertarik padamu atau tidak kan?"
Zahira mengangguk sebagai jawaban.
"Dengar baik-baik!" Zayn mengatur nafas dengan tatapan yang sulit dimengerti. "Ya, aku tertarik padamu, aku sangat tertarik. Tubuhmu sangat indah dan kulitmu begitu mulus, aku menginginkannya." ungkap Zayn dengan deru nafas yang kian memburu.
"Zayn... Mmphh..."
Zayn tidak ingin mendengar penolakan. Tadi dia mungkin menang karena masih sanggup menahan diri tapi kali ini Zayn tidak bisa menahannya lagi. Dia melu*mat bibir Zahira dengan lembut dan memaksakan lidahnya untuk masuk semakin dalam. Zahira membuka mulut hingga keduanya tak segan membelit lidah.
Puas menghisap lidah Zahira, Zayn kembali melepaskan tautan bibir mereka. "Aku ingin sekali memilikimu, sangat ingin. Tapi apakah aku pantas mendapatkan mu?" Zayn terdiam sejenak. "Jawabannya tentu saja tidak," Zayn mencoba menahan gejolak yang sudah membuncah di dirinya.
"Maaf karena aku terlalu lancang menyentuhmu, aku juga tidak tau kenapa." Zayn mengusap wajahnya dengan kasar, lalu beranjak dari tubuh Zahira.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Endang Werdiningsih
untng zayn msh bisa mengendalikan diri...
apakah zahira akan melakukan kesalahan fatal pd pernikahan'a...
menurutku zahira minta cerai aja baru menikah lg,,,
tp judul'a aja sdh kekhilafan terindah
2023-03-21
1
MIKU CHANNEL
nah loh kalo dah begini gimana coba, bawahan jatuh cinta sm atasan yg sdh bersuami, ribet sendiri kan km Zayn
2022-12-17
6