Kekhilafan Terindah Bab 3.

Setelah membungkus tubuh Zahira dengan handuk, Zayn membawanya keluar dan membaringkannya di atas ranjang. Saat Zayn hendak menjauh, Zahira dengan sigap menahan pergelangan tangannya.

"Jangan pergi!" lirih Zahira dengan suara bergetar.

Zayn mengurungkan niatnya untuk pergi, dia pun duduk di sisi ranjang.

"Ibu tidur saja, aku tidak akan pergi." ucap Zayn sembari mematut wajah pucat bos nya itu dengan intim.

Zahira tersenyum getir dan menggenggam tangan Zayn dengan erat. Dia membutuhkan tempat untuk bersandar, tapi apa mungkin Zayn orangnya. Usia mereka terpaut lima tahun, dia terlalu tua buat Zayn. Tapi Zahira merasa nyaman bersama pria itu.

"Kamu barusan sudah melihat tubuhku kan? Apa kamu tidak tertarik sedikitpun?" tanya Zahira dengan tatapan tak biasa.

"Deg!"

Mendadak air muka Zayn ikut memucat, jantungnya berdegup kencang mendengar pertanyaan nyeleneh itu.

Bukannya tidak tertarik, tapi sedari tadi Zayn tengah berusaha mengendalikan diri agar tidak melewati batasannya. Sebagai pria normal tentu saja tubuhnya merespon pemandangan itu, tapi Zahira bos nya dan status Zahira masih istri orang. Zayn tidak berani mengambil resiko.

"Tidak usah dijawab, aku sudah tau jawabannya." Zahira tersenyum getir dan memalingkan wajah, dia juga melepaskan tangan Zayn dari genggamannya.

"Bu..."

"Tidak apa-apa, sekarang aku tau kenapa suamiku tidak mau menyentuhku. Aku pikir suamiku memiliki kelainan tapi ternyata kesalahan ada pada diriku sendiri. Aku tidak menarik, mana ada laki-laki yang menginginkan aku." lirih Zahira dengan mata berkaca.

"Bukan begitu Bu, maksudnya-"

"Mungkin aku memang ditakdirkan untuk hidup sendiri, tidak ada seorangpun yang menginginkan aku. Kedua orang tuaku pergi meninggalkan aku, aku kesepian, aku merasa kehilangan. Aku pikir dengan menerima perjodohan itu aku bisa menjadikan suamiku sebagai tonggak tempat bersandar, tapi ternyata dia mengkhianati pernikahan kami. Meski kami tidak saling mencintai tapi aku sedang belajar. Kini semua impianku sirna, aku harus menerima kesendirian ini seumur hidupku."

"Bu, jangan bicara seperti itu! Ibu bukannya tidak menarik, tapi suami Ibu lah yang buta. Dia tidak bisa melihat betapa sempurnanya Ibu sebagai seorang wanita."

Dengan tangan yang bergetar, Zayn memberanikan diri menyentuh pipi Zahira dan mengusapnya dengan lembut.

"Ibu cantik, Ibu wanita hebat, dia akan menyesal karena sudah menyia-nyiakan wanita seperti Ibu. Aku yakin di luar sana masih banyak laki-laki hebat yang ingin memiliki Ibu, mungkin waktunya saja yang belum tiba." ucap Zayn.

"Bagaimana dengan kamu? Kamu juga laki-laki kan? Apa kamu tidak ingin memilikiku?" cerca Zahira.

"Deg!"

Lagi-lagi jantung Zayn dibuat berguncang mendengar ucapan Zahira. Sebagai laki-laki normal dia sangat ingin memiliki wanita itu, tapi dia menyadari siapa dirinya dan dimana posisinya. Dia tidak sepadan dengan Zahira, mana mungkin batu karang bisa disandingkan dengan permata.

"Jika aku ingin pun, hal itu tidak akan mungkin terjadi. Hubungan kita hanya sebatas bos dan anak buahnya. Sekarang Ibu tidur ya, tenangkan pikirannya Ibu. Yakinlah besok pagi semuanya akan baik-baik saja!"

Zayn menjauhkan tangannya dari pipi Zahira, dia memalingkan wajah dan menghela nafas berat. Pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan Zahira tadi membuat adrenalin nya semakin terpacu. Tubuh Zayn mulai memanas menahan sesak melihat tubuh Zahira yang hanya terbungkus handuk.

"Aku pamit mandi sebentar," ucap Zayn. Dia bangkit dari duduknya dan melangkah menuju kamar mandi.

Sembari menunggu Zayn selesai mandi, Zahira turun dari ranjang dan mengambil iPhone miliknya di dalam tas. Zahira membuka aplikasi online dan memesan pakaian untuk mereka berdua. Tidak mungkin Zahira pakai handuk terus-terusan seperti itu.

Setelah selesai memilih pakaian yang dia inginkan, Zahira duduk di sofa. Dia membuka kotak p3k tadi dan membaluri lukanya dengan salep.

Tidak lama, Zayn keluar hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggang. Seketika Zahira mematung, dia tak menyangka bahwa Zayn memiliki tubuh yang sangat proporsional di usia semuda itu.

"Maaf Bu, aku tidak bermaksud lancang. Pakaianku sudah kotor dan bau, aku mau memesan pakaian sebentar." Zayn menyambar android miliknya yang tergeletak di atas meja.

"Tidak perlu, aku sudah memesan pakaian untuk kita berdua. Mungkin sebentar lagi datang," ucap Zahira yang masih setia memandangi tubuh atletis Zayn.

"Baiklah," Zayn menaruh android nya kembali. Dia sengaja duduk berjauhan dengan Zahira, dia tidak ingin khilaf jika berdekatan dengan wanita itu. Zahira seperti seorang penyihir yang sudah menaklukkan hatinya dalam sekejap mata.

"Zayn..." panggil Zahira.

"Iya Bu..." sahut Zayn.

"Apa kamu pernah jatuh cinta?" tanya Zahira.

"Tidak..." jawab Zayn jujur. Dia memang tidak pernah jatuh cinta, hari-harinya hanya bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. "Kenapa Bu?" imbuh Zayn.

"Tidak apa-apa, cuma nanya saja." jawab Zahira.

"Hmm..." Zayn manggut-manggut seakan mengerti.

"Tok Tok Tok"

Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Zahira ingin berdiri tapi Zayn mencegahnya. "Biar aku saja!"

Zayn melangkah menuju pintu dan membukanya sedikit.

"Permisi, mau antar paket atas nama Ibu Zahira." ucap seorang kurir dari balik pintu.

"Iya, berikan padaku!" Zayn mengambil alih paket itu dari tangan kang kurir. "Berapa semuanya?" tanya Zayn.

"Sudah dibayar lunas, saya hanya mengantarkannya saja. Permisi,"

Selepas kurir itu menghilang, Zayn menutup pintu dan berjalan menghampiri Zahira.

"Ini Bu..." Zayn menyodorkan paket itu ke tangan Zahira. Setelah wanita itu membukanya, dia memberikan satu stel pakaian pria lengkap dengan pakaian inti kepada Zayn.

"Berapa uang yang harus aku bayar Bu?" tanya Zayn.

"Lima juta," jawab Zahira enteng.

"Lima juta?" Zayn terperanjat dengan mata terbuka sempurna. "Pakaian apa semahal itu? Biasanya tiga ratus ribu juga dapat." keluh Zayn. Dia terperangah dan mengusap wajahnya dengan kasar.

"Itu pakaian bermerek, lihat saja sendiri kalau tidak percaya." Zahira mengulum senyum.

"Astaga, tau begini mending aku pesan sendiri saja tadi. Auto gak gajian selama dua bulan," keluh Zayn dengan air muka menggelap.

Zahira yang mendengar itu sontak tersenyum melihat raut Zayn yang menggemaskan, tidak hanya tampan tapi pria itu juga polos. Zahira suka.

"Kamu tidak perlu mengembalikan uang itu, tapi sebagai gantinya kamu harus bersedia menuruti semua yang aku mau." ucap Zahira.

"Maksud Ibu?" Zayn mengerutkan kening.

Zahira mengulas senyum. "Pertama, jangan panggil Ibu lagi!" tegas Zahira.

"Kalau bukan panggil Ibu, lalu panggil siapa dong? Kakak, atau Tante?" kata Zayn dengan polosnya.

"Zahira, panggil namaku saja!"

"Aish, masa' manggil nama sih? Gak sopan itu, aku kan lebih muda dari Ibu," protes Zayn.

"Jadi maksudmu aku ini sudah tua?" Zahira menajamkan tatapan.

"Ti-Tidak, bukan itu maksudnya. Aduh, jadi serba salah kan." Zayn terlihat gugup dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

"Ya sudah, kalau begitu panggil namaku. Kalau tidak mau, bayar uang lima juta itu sekarang juga!" ancam Zahira mengulum senyum.

"Iya iya," jawab Zayn cepat. Dia tidak mungkin membayar uang itu sekarang juga. Boro-boro lima juta, uang lima ratus ribu saja dia tidak punya.

"Za-Zahira, aku ke kamar mandi sebentar ya." Zayn malah gelagapan menyebut nama wanita itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

MIKU CHANNEL

MIKU CHANNEL

ya Ampun zahira dia msh muda, kalo kata ank2 jaman sekarang brondong, km sepertinya tertarik dgn Zayn, tdk masalah selagi dia pria baik2 dan lbh bisa menghargai mu, tp selesaikan dulu masalah mu dgn suami mu

2022-12-16

7

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 43 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!