Penemuan

Abigail dibuat pusing oleh laporan pembantu rumahnya bahwa istrinya sudah 2 jam pergi dan belum kembali ke rumah. Sang istri pergi membawa buah hati mereka dan belum ada kabar apa-apa setelahnya. Ia mencoba menelepon tapi HP-nya dimatikan. Pergi ke mana dia?

Pria itu telah menelepon mertuanya dan Alena tidak pergi ke sana. Lalu, ia harus cari di mana? Apakah Alena punya pria lain selain dirinya? Ah ....

Pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. Setelah makan siang, pria itu tak lagi bisa fokus dengan pekerjaannya sejak di telepon pembantu rumah tangganya itu.

Sebuah dering telepon mengagetkan pria itu secara tiba-tiba. Jantungnya berdetak cepat ketika ia menyadari orang yang meneleponnya berasal dari nomor yang tidak dikenal. Ya Allah, ya rabb, ia merasa punya firasat buruk. Ia mengangkat telepon itu.

Saat sebuah kepastian dipertanyakan, ia menjawab, "iya." Lalu meluncurlah sebuah informasi yang sangat mengejutkan hingga sampai-sampai ia tak sanggup mendengarnya.

HP itu begitu saja meluncur jatuh dari tangannya saat ia merasa tak tahu harus berbuat apa. Mimpikah ini? Ia mencubit tangan dan sakit terasa nyata. Juga sakit didada ini karena serasa hidupnya belum juga berhenti dari masalah.

-----------+++---------

Marina bingung. Sudah sedari tadi ia duduk di sana tapi ibu si bayi belum juga muncul. Bayi itu sempat terbangun dan menangis tapi ia bisa membuat bayi itu kembali tidur dalam pelukan karena kebetulan ada susu botol yang hampir dingin yang melancarkan bayi itu tidur kembali, tapi untuk berapa lama? Untung saja bayi itu tidak rewel dalam gendongannya. Ia kemudian meletakkan bayi itu dalam keranjang.

Dengan pihak kafe Marina sudah coba berbicara. Mereka bisa saja membantu melapor pada polisi tapi tetap tidak bisa dititipi bayi itu karena bukan tanggung jawabnya. Hari mulai menjelang malam dan Marina bingung harus berbuat apa. Bila ia melapor ke polisi, ia harus tinggal di sana sedang ia tidak punya banyak uang untuk menginap. Terpaksa ia membawa bayi itu pulang ke Jakarta bersamanya.

Padahal ia sempat melihat CCTV yang diperlihatkan orang kafe tentang ciri-ciri wanita itu tapi ia punya kesulitan sendiri untuk mencari wanita itu karena ia sendiri dalam pelarian. Ia memeluk keranjang itu dalam bus dan berharap masalahnya cepat selesai.

------------+++----------

Abigail keluar dari kamar mayat dengan dengkul lemas. Hampir saja ia jatuh terduduk bila ia tidak berpegangan pada dinding di sampingnya. Matanya yang tengah berkaca-kaca langsung menjatuhkan air mata pertamanya saat ia mendengar ibu mertuanya menangis menyayat hati.

Ke mana dirinya saat istrinya membutuhkannya? Namun sungguh ia tak mengira, wanita yang begitu garang dan berapi-api saat bertengkar dengannya ternyata wanita yang sangat rapuh.

Saking rapuhnya, wanita itu melempar dirinya dari atap gedung lantai 10. Apa yang dipikirkan Alena saat itu? Kenapa pikirannya begitu singkat hingga ingin mengakhiri hidupnya secepat itu?

Abigail merasa dirinya gagal. Gagal menjadi manusia dan gagal menjadi suami untuk istrinya yang tengah depresi hingga wanita itu harus menghadapinya sendirian. Kenapa ia tidak melihat tanda-tanda ini sebelumnya, kenapa ia tidak bisa sensitif dengan keinginan istrinya?

Oya, dia sibuk. Sibuk dengan pekerjaannya hingga perasaan istri sendiri ia abaikan.

Ia juga menderita tapi kenapa semua kesalahan seakan menunjuk ke arahnya. Ini tidak adil, ini tidak adil!

"Pak, sabar ya, Pak. Untuk anak Bapak, masih kita cari keberadaannya." Seorang pria berpakaian polisi menepuk bahunya.

"Apa?" Abigail mengusap kasar wajahnya dengan segera dan menyeka dengan tangan, kedua air matanya. Kenapa aku sampai lupa dengan juniorku? Di mana bayi itu? Di mana bayiku? Pria itu berusaha berdiri tegak. "Bagaimana jadinya, Pak?"

"Di tempat TKP telah ditelusuri tapi tak ada tanda ditemukan bayi itu di manapun. Jadi untuk hal ini masih menjadi teka-teki bagi kami untuk menemukannya. Sejauh ini yang saya dengar, banyak saksi yang mengatakan bahwa wanita itu datang sendirian. Dia juga tidak membawa apapun jadi besar kemungkinan istri Bapak telah menitipkan bayi itu pada seseorang, tapi itu hanya harapan saja, karena mungkin saja ia meninggalkannya di suatu tempat."

"Di suatu tempat? Maksudmu, istriku membuang anak kami, begitu?!!" Abigail tersulut emosi.

Seorang polisi lain datang menenangkan pria bule itu. "Aku yakin istri Bapak tidak begitu, percayalah." Polisi itu menahan lengan pria itu agar tidak terjadi perkelahian. Polisi itu juga melirik teman polisinya dengan memberi kode agar jangan bicara sembarangan.

Abigail menyandarkan punggungnya pada dinding di sampingnya. Pikirannya kacau. Ia tak tahu apa dulu yang harus diurusnya kini, mengurus pemakaman istrinya atau mencari anaknya?

"Bapak urus saja pemakaman istri Bapak dulu, biar pencarian anak Bapak kami bantu."

Pria bule itu melirik pada polisi itu.

"Pemakamannya kami bantu juga, Pak. Jangan khawatir."

"Terima kasih."

---------+++--------

Marina menekan bel. Tak lama, terdengar suara sendal yang bergerak ke pintu. Seseorang membuka pintu. "Marina?" Seorang wanita berjilbab instan menyambutnya.

"Mbak Sila, tolong bantu aku ya?" ucap Marina memelas.

"Bantu apa?"

"Bantu ini, Mbak." Marina memperlihatkan isi keranjang besar yang dibawanya.

"Bayi?" Wanita itu menatap bayi yang sedang tidur dengan pulasnya di dalam keranjang yang di bawa Marina. Sila tahu, pasti ada cerita dibalik ini sehingga mengajak Marina masuk ke dalam apartemennya.

Sila mendengarkan semua cerita wanita itu tentang bagaimana ia mendapatkan bayi tanpa diduga ini. Ia mendengarkan seraya menggendong bayi itu, tapi ia mencium sesuatu bau yang tak mengenakkan dari tubuh bayi itu. "Mmh, pampers-nya mesti diganti ini."

Wanita itu mencoba menyibak kain penutup keranjang dan terlihatlah barang-barang keperluan bayi itu di bawahnya. Pampers, tisu basah, sekaleng susu, bedak, sisir dan beberapa pakaian bayi.

"Oh, ini lumayan lengkap. Ibu bayi sudah mempersiapkannya. Ayo, kita bersihkan dulu bayinya." Sila meletakkan bayi itu di atas sebuah meja dan mengganti pampers bayi itu di sana dan Marina memperhatikannya. Sesekali Sila memberi tahu apa-apa yang harus dilakukan bila punya bayi yang masih kecil seperti itu.

Sila sudah terampil, tentu saja, karena dia punya anak kecil juga dan sekarang bersama suaminya di kamar sedang menemani untuk tidur karena Marina datang ke apartemen mereka sudah malam.

Suami Sila pun keluar dari kamarnya dan mendapati istrinya sedang mengobrol dengan Marina, tetangga apartemen mereka. "Oh, ada Marina. Tumben malam?"

"Ini lho, Pa. Marina, dititipi bayi sama seseorang."

"Seseorang siapa?"

Sila kemudian bercerita pada suaminya.

"Mmh, begitu. Sudah lapor polisi?"

Di saat bersamaan, pintu apartemen terbuka, seorang pemuda masuk dan terkejut melihat semua orang ada di sana. Termasuk Marina. "Marina?"

"Anka, kenapa baru pulang? Tugas lagi di kampus?" tanya Sila.

"Enggak, di rumah teman kerjain tugasnya." Pemuda itu tersenyum melihat kedatangan Marina.

___________________________________________

Halo reader. Masih semangat baca 'kan? Ikuti terus cerita ini ya? Jangan lupa vote, like dan komen, juga hadiah penyemangat author. Ini visual Abigail Morgan, pria kaya yang frustasi kehilangan anak dan istrinya. Salam, ingflora💋

Terpopuler

Comments

Buna_Qaya

Buna_Qaya

kalem kak si Abi nya

2023-03-10

1

francess

francess

siap kakak

2023-02-22

1

listiyarifien alfatih

listiyarifien alfatih

visualnya nggak kalah cakep sama iwabe.
jadi pengen seret ke KUA semua.
eeh..🙊

btw, aku mampir, tolong nggak usah repot² ya kakak, cukup di sediain, air hangat campur teh + gula, roti sobek nem potong, sama senyuman manis dari ayank.
ooalah.. oleng🐒🙈

2023-01-24

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!