"Ya sudah, kamu naik, ruangannya di sebelah kanan tepat sebelah tangga," ucap Nita menjelaskan letak ruang kerja Dion.
"Iya Mah, aku naik dulu ya." pamit Sandra, dia pun melangkahkan kakinya ke lantai atas.
Tok..tok.. Sandra mengetuk pintu ruang kerja Dion, dan tidak lama terdengar suara sahutan dari dalam.
"Masuk," sahut Dion.
"Pah," sapa Sandra, dia melihat ayahnya yang tengah sibuk dengan berkas yang ada di meja.
"Eh Sandra, putir Papah datang ternyata, dari tadi?" Dion yang tadinya sibuk dengan berkas pun kini menghampiri Sandra , Sandra pun langsung menyalimi tangan Dion.
"Enggak kok Pah, baru sampai, Papah apa kabar?" tanya Sandra.
"Papah baik," jawab Dion "kamu sehat, kan Nak?" dan dijawab anggukan oleh Sandra.
"Kamu masih bekerja sebagai DJ?" tanya Dion, dan Sandra mulai menghela napas, entah kenapa jika Dion sudah mulai membahas hal ini, perasaan Sandra menjadi tidak enak.
"Masih Pah," jawab Sandra enteng.
"San? Kapan kamu akan fokus pada kuliah kamu?" tanya Dion kesal. Dia jelas menentang pekerjaan Sandra, karena itu penuh dengan image negative.
"Selama ini kuliah ku baik-baik aja Pah, nggak keganggu sama sekali kok," jawab Sandra dengan santai.
"San, apa uang yang papah kirim kurang? Papah Gema juga memberikan kamu uang dan fasilitas yang memadai kan? Kamu hanya tinggal fokus belajar, tidak perlu memikirkan hal lain apa lagi sampai harus bekerja jadi Dj. Dan lagi, bagaimana kalau sampai rekan bisnis Papah tahu, mau ditaruh di mana muka Papah?" ucap Dion , dia sebenarnya khawatir dengan keadaan putrinya.
"Pah ,aku kerja jadi DJ itu karena aku ngerasa kesepian," Sandra kembali melakukan pembelaan, perdebatan diantara keduanya pun mulai terjadi.
"Kesepian? Kamu sendiri yang memilih untuk tinggal sendiri, kan?" Dion nampaknya mulai tersulut emosi.
"Harusnya Papah tahu kenapa aku memilih tinggal sendirian, itu semua karena Papah yang gagal menjadi kepala rumah tangga, sampai akhirnya berpisah. Apa Papah tahu rasanya menjadi orang asing dengan keluarga sendiri? Papah sudah bahagia dengan kehidupan Papah, tapi tidak dengan Sandra!" jawab Sandra.
"Sandra bisakah kamu berpikir sedikit dewasa, buang ego kamu. Kamu harus bisa terima kenyataan bahwa mamah dan Papah berpisah itu ada sebabnya, jangan terus menyalahkan Papah!" bentak Dion.
"Aku dipaksa harus berdamai dengan keadaan, dan aku dipaksa harus menerima kenyataan bahwa Mamah dan Papah berpisah, itu semua menyakitkan aku Pah, bahkan sampai saat ini, pertengkaran itu membuat aku trauma Pah! Apa Papah pernah memikirkan hal ini?" tanya Sandra, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.
"San, Mamah dan Papah sudah berusaha untuk bertahan,tapi kami memang sudah tidak sejalan!" ucap Dion, suaranya sudah naik satu oktaf, Nita yang mendengar dari bawah pun nampak mulai panik dia mencoba menghubungi Masayu.
"Aku gak minta Papah buat balikan sama Mamah, aku cuma mau Papah juga terima keputusan aku, seperti aku yang juga berusaha menerima semua ini, keputusan kalian berdua, aku mencoba untuk mengerti keadaan kalian, tapi bisa nggak kalian ngerti keadaan aku?" tanya Sandra.
"San, jangan berlagak menjadi anak yang tersakiti, kamu itu hidup dalam kecukupan, Papah masih memenuhi kewajiban Papah sebagai orang tua, apa itu masih kurang?" tanya Dion.
"Merasa menjadi paling tersakiti?" Sandra menatap Dion dengan tatapan kecewa, "Papah nggak tahu gimana jadi aku, Papah pikir uang itu segalanya? Lantas, gimana sama bahagia aku Pah? Memori indah yang Papah tanam dalam benak aku, tapi Papah cemari juga dengan memori yang menyakitkan!" setelah mengatakan itu, Sandra pun berlalu pergi, dengan linangan air mata yang membasahi pipinya.
"Sandra!" seru Dion, tapi Sandra tetap melangkah keluar hingga dia bertemu Nita di lantai bawah.
"Sandra kamu kenapa, Nak?" tanya Nita, dia melihat wajah Sandra yang sudah basah karena air mata. Sandra hendak pergi tanpa menjawab pertanyaan Nita, tapi langsung di tahan oleh Nita."Jangan pergi Nak," tahan Nita, dia khawatir kalau Sandra mengendarai dalam keadaan marah.
"Maaf Mah, aku harus pergi," Sandra pun benar benar pergi dari rumah Dion.
Disisi lain Masayu nampak khawatir setelah mendapat telepon dari Nita. Anita memberitahukan bahwa Sandra kembali berdebat dengan Dion.
"Ada apa?" tanya Gema cemas,
"Sandra dan Dion bertengkar lagi," jawab Masayu, memang sudah bukan hal baru, bahkan Masayu tahu apa penyebab dari pertengkaran itu.
"Masalah yang sama?" tanya Gema, memang sudah menjadi hal biasa Sandra dan Dion bertengkar masalah pekerjaan Sandra.
"Iya, aku padahal sudah pernah bilang, Sandra pasti tau batasan, Sandra hanya menjadi DJ tidak melakukan hal lain, Sandra pasti butuh proses untuk menerima semua ini. Dan Dion sebagai orang tua hanya perlu percaya," ucap Masayu dengan kesal.
"Tenang lah," Gema memeluk Masayu agar lebih tenang, "nanti kita datang ke apartemen Sandra ya?" Ucap Gema dan diangguki Masayu.
.
.
Sandra kini menangis sambil mengemudikan mobilnya,selalu saja begini jika ayahnya membahas masalah pekerjaannya, Sandra sudah mengabari Rissa, Natasha dan Felly untuk datang ke Café, dia butuh teman untuk mengungkapkan perasaannya saat ini, sekaligus mereka juga membuat janji untuk bertemu setelah Sandra bertemu dengan kedua orang tuanya.
Akhirnya Sandra sampai, dia melihat sudah ada mobil Rissa yang terparkir cantik di parkiran Cafe, Sandra pun masuk ke dalam Cafe dan melihat Rissa yang tengah melambaikan tangannya ke arah Sandra.
"Hai Ris, udah nunggu lama?" tanya Sandra, dia sudah tidak menangis lagi sekarang. Tapi tetap saja wajah sendunya masih terlihat jelas.
"Belum baru aja sampai,mau pesen minum dulu?" tanya Risa menawarkan.
"Boleh deh," jawab Sanddra, Rissa pun memanggil pelayan, pada saat yang bersamaan Felly dan Natasha datang mereka pun langsung memesan minuman serta beberapa makanan.
"Jadi loe kenapa San?" tanya Felly, pasalnya saat ditelepon tadi, mereka mendengar suara Sandra yang terisak nampak tengah menangis.
"Loe berantem lagi sama bokap?" tanya Natasha.
"Iya," jawab Sandra sendu.
"Kenapa lagi? soal pekerjaan lo yang jadi DJ?" tebak Rissa, mereka memang sudah tidak asing dengan perdebatan yang terjadi dengan Sandra dan Dion.
"Gue males banget kalau bokap gue udah nanyain masalah kerjaan gue," jawab Sandra, sebenarnya dia hanya ingin kedua orang tuanya paham, dan mengerti. Bahwa ini adalah salah satu hobynya.
"Dan loe diem aja?" tanya Felly.
"Nggak, kali ini gue ngelawan , gue ungkapin semua unek-unek dalam hati gue, tapi ya gitu bokap gue ngerasa dia orang tua jadi omongan gue emang gak guna banget," jawab Sandra dengan tersenyum miris, tiba tiba ponsel Sandra berdering dan tertera nama Alby.
"Siapa?" tanya Rissa penasaran.
"Alby," jawab Sandra, dia pun mengangkat panggilan dari kekasihnya itu.
["Halo,"] ucap Sandra.
["Bisa kita bertemu?] tanya Alby to the point.
["Bisa,di cafe Saranghaeyo,"] jawab Sandra, setelah itu panggilan terputus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments