Kiriman Tak Dikenal

Sesampainya di kantor, aku melihat begitu banyak orang berkerumun di mejaku, tak terkecuali Tiwi yang berada di paling depan kerumunan.

“Kalian pada ngapain di mejaku?”

Tiwi menoleh dan memberikan tatapannya yang bersemangat, “Saskia!!! Ya ampun aku turut bahagia! Kamu kok gak bilang-bilang, sih?”

Kerumunan itu langsung memusatkan perhatiannya padaku dengan mata berbinar-binar. Sebenarnya aku pun masih tidak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi.

“Maksudmu apa Tiwi? Jangan-jangan... Jangan-jangan... Aku dipromosikan?!” Teriakku kencang bahagia.

“Saskia, kamu tidak lupa ‘kan kalau masa promosi sudah lewat dan harus menunggu sampai tahun depan? Kamu jangan pura-pura gak tahu, deh.”

Aku mengintip dari sela-sela kerumunan untuk memuaskan rasa penasaranku dengan apa yang ada di meja. Kemudian aku melihat sekuntum mawar merah yang berikat pita putih cantik di tangkainya. Tepat di atas buku catatan yang ada di mejaku.

Sebelum aku selesai mencerna mawar yang ada di mejaku tersebut, Saskia melompat dan memelukku girang.

“Ya, Tuhan!!!! Sejak kapan kamu punya pacar? Akhirnya setelah 8 tahun jomblo, kamu laku juga!”

“Pa... Pacar??????” Aku kaget sekaligus malu setengah mati.

“Iya, siapa lagi yang seromantis itu mengirim bunga mawar kalau bukan pacar?” Tiwi menggoda.

“Aku masih high quality jomblo, Wi! Ini bunga mawar dari siapa memangnya? Kok bisa ada di mejaku?” Tanyaku kebingungan.

Tiwi menunjuk ke kartu ucapan yang terbaring rapi di sebelah mawar merah cantik itu. Dengan segera aku membuka kartu tersebut untuk mencari tahu siapa pengirim bunga ini.

Good morning Saskia, have a beautiful day! Begitulah isi kartu ucapannya yang sangat sederhana. Sebuah ketikan komputer yang rapi tertera di atasnya, tanpa nama.

“Sas, dari siapa kok tidak ada namanya?” Lanjut Saskia.

“Aku juga tidak tahu dari siapa, Wi.”

Tiwi terdiam sejenak dan memelototiku, “Jadi kamu beneran belum punya pacar?”

Aku menggeleng sambil mendekap kartu ucapan tersebut di dadaku.

“Ah, payah! Ayo semuanya bubar, kembali ke tempat masing-masing. Saskia masih jomblo!” Seru Tiwi kepada yang lain dengan nada kecewa. Tampaknya dia sangat berharap sekali aku punya pacar.

Aku masih penasaran siapa yang memberikan bunga mawar ini. So sweet sekali. Aku saja tidak menyangka bahwa di umur yang ke-29 ini masih ada yang mengagumiku. Siapa pun itu yang memberikanku bunga ini, terima kasih karena telah memunculkan secercah harapan pada hidupku yang hampa.

***

“Mbak Saskia, tadi sudah terima bunga mawarnya?” Panggil resepsionis kantor saat aku melenggang melewatinya.

“Sudah. Tapi kamu tahu tidak siapa yang mengantar bunga itu?” Tanyaku penasaran.

“Yang mengantar sih dari kurir ya, Mbak. Kenapa Mbak?”

“Oh, tidak apa-apa. Terima kasih, ya.”

“Sebentar Mbak Sas! Ini ada paket untuk Mbak. Baru sampai sekitar lima menit lalu. Sekalian diambil saja, Mbak.”

Kemudian aku mengambil paket yang diberikan oleh resepsionis, tidak terlalu besar tapi begitu aku angkat terasa sangat enteng. “Terima kasih sekali lagi, ya.” Lanjutku sambil membawa paket tersebut ke meja.

Sesampainya di meja, aku mengamati paket yang dikirimkan kepadaku itu. Di sini juga tidak tertulis nama pengirimnya, hanya ada namaku dan alamat perusahaan tempatku bekerja. Kenapa hari ini aku mendapat kiriman dari orang tak dikenal?

Belum sempat aku membuka paket tersebut, Andre datang menghampiriku sambil membawa setumpuk berkas, “Saskia, dokumen yang kemarin kamu berikan sudah aku review semua. Ada beberapa bagian yang harus kamu revisi sebelum dapat aku serahkan ke pimpinan.”

“Apalagi yang direvisi, Dre? Ini sudah revisi yang ketiga, lho. Macam lagi skripsi saja.” Aku mengeluh pada sifat perfeksionis si Andre sontoloyo itu.

“Eits, jangan mengeluh! Untuk menjadi super team kita harus kompak! Aku sudah tulis yang harus diperbaiki di bagian-bagian yang perlu direvisi. Jadi kamu tinggal ikuti saja.”

Andre ini ya bossy-nya minta ampun. Baru juga satu minggu dipromosikan sudah semena-mena begini. Kenapa tidak sekalian dia saja yang merevisi? Keluhku dalam hati.

“Kudengar kamu dapat bunga mawar, dari siapa?” Lanjutnya dengan nada dingin.

“Ada, deh. Bukan urusanmu.”

Andre melayangkan pandangannya ke sekitar, tanda dia merasa terganggu dengan jawabanku. “Terus itu paket apa? Dapat dari siapa lagi?”

“K. E. P. O,” jawabku singkat, padat, dan jelas.

“Ya sudah, memang bukan urusanku juga. Jangan lupa revisinya aku tunggu 1 jam lagi.”

Apa? Gumamku dalam hati. Ceritanya dia ngambek, nih? Benar-benar semena-mena. Kalau bukan bosku, sudah aku smackdown dia. Tak lama, Andre pun langsung pergi meninggalkan setumpuk berkas di mejaku.

Aku berpikir untuk menahan diri membuka paket tersebut karena harus mengebut revisi yang diberikan Andre. Mudah-mudahan ada hal manis lainnya yang menungguku di paket itu.

Saking bahagianya dengan kiriman-kiriman anonim ini aku sampai lupa akan kejadian tadi pagi tentang panggilan misterius dan Austin. Memang benar, surprise adalah pelipur lara terbaik bagi seorang cewek.

***

Paket berukuran 30 cm x 30 cm itu kini sudah berada di depanku. Aku duduk di lantai kos memperhatikan setiap sudut paket misterius ini. Aku angkat, aku geser, dan aku putar untuk mencari sedikit informasi tentang pengirimnya. Namun lagi-lagi aku tidak menemukan klu apa pun.

Aku matikan sebentar smartphone-ku untuk menghindari panggilan telepon yang tak diinginkan. Konsentrasi penuh sangat penting bagi cewek yang sudah 8 tahun tidak pernah mendapatkan kiriman barang seperti ini. Aku akan menggunakan momen ini untuk merayakan kembalinya pesona Saskia dengan membuka paket yang aku asumsikan berasal dari my secret admirer.

Perlahan-lahan kulepas selotip yang menyelimuti paket misterius itu. Dengan hati-hati aku mulai membukanya. Tampaklah sebuah kotak beludru hitam yang mungil di dalamnya. Bentuknya seperti kotak perhiasan yang ada di film-film romantis. Sungguh, jika benar isinya adalah perhiasan maka aku benar-benar akan menikahi si pengirimnya. Tapi, too good to be true ya! Bermimpi boleh 'kan?

Aku mengangkat kotak mungil itu tepat di depan mukaku. Dengan perlahan aku membuka tutupnya mengharapkan sesuatu yang indah muncul dari sana.

Sebuah kilau mengkilap menyusup keluar mencengangkanku. Aku melihat dengan jelas sebuah gelang keperakan yang sangat indah. Di tengah gelang tersebut terdapat batu zamrud dengan warna hijau yang mempesona.

Siapakah orang yang begitu dermawan memberikan gelang berbatu permata ini kepadaku? Suatu hal yang mustahil untuk memberikan batu permata sekelas zamrud kepada perempuan yang biasa-biasa ini. Terlebih, aku tidak merasa dekat dengan seseorang kecuali teman-teman kantorku.

Paket misterius tanpa nama ini sungguh mencurigakan. Alih-alih senang akan isinya, aku malah dilanda ketakutan yang luar biasa. Seketika itu juga perasaan senang yang sempat aku rasakan lenyap bagai ditelan oleh kegelapan. Haruskah aku simpan kiriman misterius ini?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!