Saat bi Wati sedang menyapu halaman, dia di kagetkan oleh kedatangan Sofie, anak nya.
Sofie seperti orang yang ketakutan, tergesa-gesa menghampiri Ibu nya.
"Mah, kok dari kemarin aku pas lewat sini kaya ada orang yang mencurigakan sih."
Sofie memberi tahu bi Wati dengan pandangan yang sesekali melihat ke luar jendela.
"Maksud kamu? siapa yang mencurigakan? laki-laki atau perempuan? dan mau apa?" tanya bi Wati pernasaran.
"Kok mamah malah tanya aku, aku malah mau tanya mamah kirain mamah kenal, seorang lelaki mah dan lumayan ganteng he he." Sofie cengengesan, tersipu malu.
"Dimana orang nya? kenapa kamu tidak menegur langsung mau apa gitu?" timpal bi Wati.
"Mereka naik mobil, tiba- tiba berhenti di samping rumah lalu jalan lagi, tapi aku udah dua kali mergokin, kalau mau tegur aku tidak berani mah, takut orang jahat," ujar Sofie menjelaskan panjang kali lebar kepada bi Wati.
"Siapa ya kira- kira? apa orang jahat ? atau mungkin suruhan bapak Irwan ya?" Bi Wati mencoba menebak sendiri.
Bi Wati mengeluarkan ponsel dari saku nya, terlihat seperti sedang mengetik sesuatu.
Sofie pun segera pergi ke kamar Zovita, kali ini lebih berhati - hati karena Sofie takut Zovita akan kesal lagi padanya.
Tok tok tok.
Zovita sama sekali tak menghiraukan ketukan pintu kamar nya, karena sudah menebak itu pasti Sofie, dan Zovita tak ingin berbicara lebih baik kepada Sofie.
Rasa nya dia tidak bisa percaya kepada siapapun lagi sekarang, bahkan dia tak mau berbicara dengan ayah nya setiap ayah nya menelepon tak pernah di angkat.
Mungkin itu yang membuat Rika, ibu tiri nya mau mengawasi apa yang Zovita lakukan sehari hari.
"Sofie, sudahlah jangan ganggu Zovita dulu, dia butuh waktu." Bi Wati datang menghampiri Sofie yang masih mematung di depan pintu kamar Zovita.
"Apa mamah tidak pernah mengobrol sama Zovita? setidaknya dia butuh tempat cerita kan? aku siap kok, tapi ya sudahlah memang belum waktu nya mungkin."
Sofie cukup bijaksana menanggapi nya.
Sofie pun berlalu.
***
Di balik jendela, Zovita menatap keluar, dia melihat seekor kucing yang sangat cantik, warna nya putih dan mata nya biru, dia tertarik lalu dengan cepat berlari keluar mengejar kucing itu.
Zovita berlari tanpa sadar bahwa dia telah keluar dari pintu rumah nya dan menuju jalan raya, dimana kucing itu semakin kencang lari nya.
Braaaaakkkk!
Ada sebuah mobil yang nyaris menabrak nya, Zovita histeris namun kaki nya hanya sedikit saja menyentuh mobil berwarna hitam yang tengah melaju kencang.
Di balik mobil itu ternyata Alan, anak buah suruhan Rika yang di tugaskan untuk mengawasi Zovita.
Dengan kaca mata hitam nya Alan segera turun dari mobil nya, dia tahu itu Zovita.
Zovita masih dengan kedua tangan nya yang menutupi wajah nya, perlahan Alan menghampiri Zovita ingin basa basi.
"Maaf, Apa kau tidak apa -apa? apa ada yang terluka nona?" Alan bertanya seolah dia tak mengenal wanita di depan nya.
Zovita membuka kedua tangan nya dan segera menatap wajah lelaki di hadapan nya, dia menatap sejenak lelaki di hadapan nya itu, asing, belum pernah melihat lelaki itu.
Zovita nampak ketakutan, perlahan mundur.
"Tidak, aku baik- baik saja," ucap Zovita yang segera meraih kucing berwarna putih di samping mobil itu.
Zovita menggendong kucing itu dan membawa nya masuk tanpa menghiraukan lelaki itu.
Alan menatap Zovita, tersenyum dan bergegas masuk ke dalam mobil nya.
Bi Wati menyaksikan itu di depan teras, mengamati apa yang terjadi di jalan itu dan Alan yang berada di dalam mobil membuka jendela mobil nya, kemudian membalas tatapan bi Wati dengan senyuman tipis.
Bi Wati merasa belum pernah melihat nya di desa itu, dan terus bertanya siapa lelaki itu? dia seperti orang kota, penampilan nya yang rapi dan ber kemeja pasti bukan orang sini pikir bi Wati.
"Vita, kamu tidak apa- apa? ada yang terluka?" tanya bi Wati khawatir.
"Tidak, Bi. Aku baik- baik saja hanya sedikit kaget," jawab Zovita.
"Syukurlah, kamu mau merawat kucing itu? sini biar bi Wati bersihkan." Bi Wati memberi penawaran kepada Zovita.
"Iya bi, boleh kah?" tanya Zovita kegirangan.
"Tentu saja boleh," ucap bi Wati sambil tersenyum sumringah karena melihat Zovita senang.
"Biar aku bersihkan sendiri saja bi, aku bisa kok." Zovita segera membawa kucing itu ke dalam kamar nya.
Tapi bi Wati masih bingung kenapa di desa ini ada kucing putih cantik seperti itu? seperti kucing keturunan persia, setau bi Wati kucing di sini hanya ada kucing- kucing biasa.
Apa mungkin itu kucing peliharaan yang hilang atau di buang sama pemiliknya? bi Wati masih bertanya tanya.
Bi Wati menyusul Zovita ke dalam kamar dan memberikan sebuah kain kecil.
"Ini buat lap handuk buat kucing nya, kalau butuh apa- apa buat kucing ini bilang bibi saja," ujar bi Wati yang begitu perhatian.
"Terima kasih ya bi, aku akan merawat kucing ini karena aku sangat suka sekali kucing, apalagi dia sangat cantik." Zovita tersenyum dan baru kali ini dia kembali dengan senyuman manis nya yang kemarin hilang dari wajahnya.
"Kalau kamu senang bi Wati juga akan ikut senang vita, semoga kucing ini bisa menjadi teman kamu ya." Bi Wati pun tersenyum dan berlalu meninggalkan Zovita dan kucing nya di kamar.
Hati bi Wati sangat bahagia karena akhirnya Zovita kembali tersenyum, meski senyuman itu hanya dari seekor kucing kecil.
Semoga ini awal Zovita bisa melupakan rasa sakit nya itu.
Sejak kehadiran kucing cantik di rumah itu, Zovita merasa seperti ada teman baru, dia terus bermain bersama kucing itu sampai ke halaman rumah nya, yang selama ini hanya mengurung diri di kamar kini Zovita bisa menikmati udara pagi siang dan sore di luar.
Tentu saja bi Wati ikut bahagia.
Tanpa sadar di balik halaman rumah yang luas itu, di seberang jalan, ada lelaki yang sedang tersenyum puas dan lega menyaksikan pemandangan itu, lelaki dengan kemeja dan kaca mata hitam nya itu seperti ikut bahagia dan terus mengawasi Zovita.
Dia, ternyata Alan.
Alan kemudian mengeluarkan ponsel nya dan mengetik sebuah pesan untuk seseorang.
Akhirnya... Zovita bisa bermain di luar rumah, dan sekarang mulai tersenyum.
Kemudian ada pesan balasan.
Kerja bagus, lanjutkan tugas mu!
Alan membalas kembali.
Siap Miss.
Ternyata ini bagian dari tugas Alan yang di berikan oleh Rika, Alan merasa bahwa misi nya berhasil.
Namun ada yang aneh dari yang di rasakan Alan, dia sangat bahagia sekali melihat wanita yang terus menerus dia awasi itu tersenyum, padahal wanita itu bukan siapa- siapa dia.
Alan berulang kali tersenyum setiap kali memandangi Zovita bermain bersama kucing nya, mungkin karena selama ini Alan selalu melihat Zovita yang selalu murung dan sedih.
Atau mungkin hanya kasian, entahlah yang pasti Alan sangat menikmati tugas yang di berikan Rika.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments