Masih ada rasa

Di teras rumah Irwan, ayah Zovita.

Rika terlihat sedang berbincang dengan dua orang lelaki muda, yang memakai setelan kemeja.

"Bagaimana? apa yang mau kalian laporkan hari ini?" tanya Rika kepada dua lelaki itu.

"Miss, kita sudah menyelidiki Defa sesuai perintah miss, ternyata Defa bukan pelaku di balik peristiwa itu, jadi bukan Defa pelaku nya, ini hasil penyelidikan kita," ungkap salah satu lelaki itu sambil menyerahkan selembar kertas kepada Rika.

Meski usia Rika tergolong tidak lagi muda, dia ingin selalu di panggil miss, semua orang yang bekerja dengan nya hanya boleh memanggil dengan sebutan miss, karena dengan panggilan itu Rika berasa muda lagi.

"Apa kalian sudah cek dengan benar? apa kalian tidak salah?" tanya Rika lagi.

"Sudah, Miss. Kita sangat detail menyelidiki semua itu," ucap mereka.

"Baik, siapa nama kalian berdua?" tanya nya, Rika tidak mengenal nama satu-satu dari orang yang dia perintah.

"Saya Alan miss, dan ini Bagus," jawab Alan, sambil menunjuk teman nya Bagus.

Alan adalah salah satu anak buah, yang sudah bekerja pada Irwan selama 5 tahun, dia memiliki postur tubuh tinggi, rambut cepak dan kulit putih, mata nya agak sipit seperti keturunan tionghoa. Sementara Bagus dengan postur nya yang tinggi, besar, serta kulitnya agak sedikit gelap.

Di antara anak buah Irwan, bisa di katakan bahwa Alan adalah laki- laki yang paling good looking, di usia nya yang sudah kepala tiga wajah Alan masih terlihat seperti remaja.

"Kalian boleh pergi!" perintah Rika.

Alan dan Bagus pun segera meninggalkan Rika.

"Eh tunggu dulu, saya masih punya tugas untuk kalian." Rika kembali memanggil Alan dan Bagus yang hendak pergi.

Mereka menghampiri Rika.

"Siap, Miss. Tugas apa?" Alan dan Bagus menjawab secara bersamaan.

"Kalian tau Zovita? kalian juga tau kan desa tempat Zovita sekarang?" tanya Rika.

"Tau, Miss. Kita pernah di tugaskan mengantar Bapak saat nenek Zovita meninggal," jawab Alan dan Bagus kompak.

"Oke, tugas kalian adalah datang kesana, awasi Zovita, lihat gerak gerik nya, apa yang Zovita lakukan dan dengan siapa saja Zovita bertemu, laporkan setiap kegiatan nya!"

Rika memberi perintah kepada Alan dan Bagus untuk mengawasi Zovita.

"Baik siap Miss." Alan dan Bagus menjawab nya dengan tegas.

"Tapi ingat, jangan sampai Bapak tau, kalian mengerti?" pesan Rika kepada mereka agar tidak memberi tahu suami nya.

Karena Rika khawatir kalau Zovita tahu dia di awasi, dia akan semakin takut.

"Silahkan pergi! jangan ada satu pun yang terlewat," imbuh Rika.

"Siap, Miss. kita pergi."

Alan dan Bagus pun segera pergi dan langsung melaksanakan tugas yang di berikan oleh Rika.

Tiba- tiba Irwan datang.

"Kamu sudah dapat informasi tentang Defa?" Irwan bertanya kepada istri nya.

"Tentu sudah, ini hasil penyelidikan anak buah ku." Rika memberikan selembar kertas dari Alan.

Irwan melihat isi dan hasil nya.

"Tidak mungkin, apa mereka sudah cek lagi secara detail nya?" Raut Irwan berubah sangat kecewa karena ternyata bukan Defa di balik peristiwa yang di alami putri nya.

"Mereka tidak pernah teledor, Mas. Mereka berdua tidak akan melewatkan sejengkal saja, aku percaya mereka," ungkap Rika pede.

Tanpa sepatah kata pun, Irwan meninggalkan Rika dan masuk ke dalam kamar nya.

Irwan sangat kecewa, namun sedikit lega karena ternyata Defa tidak sebusuk yang dia bayangkan.

***

Di tempat Defa berada, Defa tampak sedang menikmati secangkir kopi, setelah pertunangan nya dengan Nikita berjalan lancar Defa kembali ke rumah nya di kota besar.

Seorang wanita paruh baya menghampiri nya, dan duduk di samping Defa.

Defa menoleh dan segera meletakkan ponsel yang sedang di pegang nya.

"Apa kamu masih memikirkan Zovita? seperti nya kamu masih penasaran dengan keberadaan nya?" tanya wanita paruh baya yang ternyata Ibu nya Defa.

"Tidak, Mah. Aku hanya penasaran saja bagaimana dia sekarang? setelah peristiwa yang dia alami, pasti dia tidak mudah melewati ini," ucap nya, Defa masih memikirkan nasib zovita.

"Biarkan saja, ini juga karma buat Ayah nya yang sombong itu, dengan peristiwa itu si Irwan jadi perhatian sama putri nya, kamu lihat sendiri kan bagaimana sombong nya Irwan sampai tidak ingat dari mana dia berasal." Ibu Defa seperti tak suka kepada ayah Zovita.

"Tapi, Mah. Zovita itu anak baik, tidak seperti ayah nya," timpal Defa membela wanita yang pernah jadi kekasih nya.

"Beruntung kamu gagal menikahi Zovita, mamah hanya resfect kepada Ibu nya Zovita, setuju kamu menikah sama Zovita karena Ibu nya adalah orang baik dan pekerja keras, tapi mamah paling gak suka sama si Irwan."

Ibu Defa semakin kesal dan menjelaskan kepada anaknya.

"Makanya mamah tidak mau kamu menikah dengan Zovita, satu, karena mamah malu dengan kondisi Zovita juga, nanti apa kata orang kalau kamu jadi menikahi dia," sambung nya.

Defa menghela nafas panjang, seakan tak ada kata yang mau dia ucapkan lagi.

"Dan yang kedua, mamah tidak mau berhubungan sama si Irwan, orang licik dia, lagi pula Nikita dari keluarga baik- baik punya karir yang cemerlang dan dermawan orang nya, kamu pantas sama dia." Ibu Defa kembali mejelaskan kepada Defa.

Padahal dari lubuk hati yang paling dalam, Defa sangat mencintai Zovita, sulit rasanya melupakan orang yang pernah mengisi hati nya, namun di sisi lain juga dia kesal dengan kondisi Zovita, dia masih takut dengan omongan dan cemoohan orang. Defa juga malu dengan keluarga nya.

"Sudah lah Defa, mulai lah membuka hati mu untuk Nikita, mamah yakin kamu akan cepat mencintai Nikita karena Nikita sangat cantik."

Ibu Defa meraih tangan putra nya untuk meyakinkan bahwa Defa pasti akan mencintai Nikita dan melupakan Zovita.

"Butuh waktu mah, mencintai seseorang itu tidak seperti membalikkan telapak tangan, aku akan mencoba membuka hati untuk bisa mencintai Nikita dan segera melupakan Zovita," jawab Defa.

Ibu Defa tersenyum sumringah, dia sangat senang dengan pernyataan putra nya.

"Tapi, Mah, Defa ingin sekali saja melihat Zovita, hanya ingin melihat kondisi nya, dan ucapkan salam perpisahan," pinta Defa kepada Ibu nya agar mengijinkan Defa untuk bertemu Zovita.

"Tidak! Defa. Jangan! kamu tidak usah aneh-aneh deh nanti saja kalau kamu sudah menikah dengan Nikita kamu melihat Zovita," ujar Ibu nya tidak mau Defa bertemu Zovita.

"Mah, mamah pernah bilang sama Defa kalau kita itu harus punya etika dan adab kan?" celetuk Defa.

"Defa merasa, memutuskan hubungan dengan seseorang seperti ini caranya itu tidak baik, tidak benar. Kita bisa dengan cara yang baik kan mah karena memulai dengan baik pula." Defa terus membujuk Ibu nya.

"Ini tentang etika mah!" sambung Defa.

Ibu Defa menatap wajah putra nya, menghela nafas panjang, raut wajah nya terharu karena melihat Defa sangat berpikir dewasa.

Dia tak menyangka Defa sangat bijaksana.

"Baiklah, tapi kamu jangan pergi sendiri ajak Nikita, bilang sama Zovita kalau kamu akan segera menikahi Nikita." Ibu Defa mengijinkan Defa pergi tapi harus mengajak Nikita.

Defa kaget dan heran, kalau mengajak Nikita sama saja bak tahanan yang mau menyerahkan diri.

Defa terdiam sesaat, berdiri mengambil ponsel di meja nya, pergi meninggalkan Ibu nya sendirian.

"Aku pikir- pikir dulu mah," ucap Defa sambil berlalu pergi dari pandangan Ibu nya.

Ibu Defa berdiri dan segera mengejar Defa ke dalam rumah.

______

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!