Sementara di kota yang berbeda, ternyata Defa tengah melangsungkan pertunangan dengan seorang wanita yang tak asing, dia adalah Nikita teman kuliah Zovita dulu, cukup dekat.
Nikita adalah seorang model, juga lebih di kenal selebgram atau artis dunia maya oleh teman-teman nya, Nikita ternyata selama ini memendam perasaan terhadap Defa, dan ternyata selama menjalin hubungan dengan Zovita.
Defa juga sering pergi bersama Nikita, di tengah duka yang di alami Zovita, Defa malah tidak ada simpati sama sekali.
Kabar pertunangan Defa dan Nikita di dengar oleh Ayah Zovita yaitu Irwan suryadarma, seorang politisi yang tengah jadi perbincangan publik karena kasus yang di alami putri nya.
Rika tak kalah geram mendengar kabar tersebut.
"Sudah ku duga, Defa itu tidak beres, dari pertemuan pertama saja aku sudah menebak kalau dia bukan lelaki baik-baik," ucap Rika, Ibu tiri Zovita yang sedang ber santai ria di taman bersama suami nya, Ayah Zovita.
"Defa seharusnya tidak gegabah, dia pikir kita akan tinggal diam dengan dia memperlakukan Zovita seperti ini," timpal Ayah Zovita.
"Lihat saja nanti, dia pasti menyesal," lanjut nya.
"Ini perkara kecil, serahkan saja padaku, kamu hanya perlu duduk manis menyaksikan kehancuran nya." Rika meyakinkan suaminya, bibir nya tersenyum namun raut wajah nya menunjukan dendam yang sangat dalam.
"Kamu juga selidiki, siapa dalang di balik peristiwa yang di alami Zovita, jangan-jangan ada hubungan nya sama si Defa itu," ujar Irwan yang mencurigai Defa.
"Tapi pelaku nya kan sudah menyerahkan diri." Rika mencoba meyakinkan Irwan, karena Rika merasa Defa tidak ada di balik kejadian itu.
"Aku yakin dia bukan pelaku sebenarnya, mungkin saja dia di bayar." Irwan semakin meyakinkan Rika kalau pelaku yang ada di penjara saat ini bukan pelaku sebenarnya.
"Oke aku akan selidiki," ucap Rika pede.
Rika bak detektif yang sangat lihai dalam menyelidiki sesuatu, tidak ada yang bisa luput dari pengawasan nya, karena Rika punya anak buah yang di andalkan.
"Pokok nya siapapun yang mencari masalah sama Irwan suryadarma tak akan tenang hidup nya," ungkap Rika dengan gaya khas nya yang sombong.
"Iya gara-gara kasus ini semua media jadi membicarakan ku," kata Irwan kesal.
"Tapi, Mas. Dengan begini nama kamu jadi naik, orang biasa akan semakin tau siapa itu Irwan, iya kan?" timpal Rika membuat Irwan semakin yakin bahwa karir politik nya akan bagus meskipun Irwan kecewa dengan yang di alami putri nya.
***
Zovita yang kini menikmati udara pedesaan, sejuk dan sangat jauh dari keramaian sudah semakin merasa tenang, rasa trauma yang membuat dia tidak ingin bertemu dengan banyak orang, dia hanya mengurung diri di dalam kamar nya.
Kesibukan Zovita kini hanya menulis, menumpahkan semua nya di sebuah tulisan di laptop nya, kadang menggambar pemandangan di balik kaca jendela kamar nya.
Hanya bi Wati yang menemani Zovita di rumah itu, bi Wati yang menyiapkan segala kebutuhan Zovita, karena bi Wati di percaya oleh keluarga almarhum Ibu nya untuk mengurus rumah peninggalan nenek Zovita.
Wati sering mengajak Zovita untuk keluar rumah, tapi Zovita selalu menolak. Zovita takut ada orang yang tahu kisah nya, Zovita takut dengan pandangan orang terhadap nya.
Bahkan untuk melihat ponsel nya saja, Zovita belum berani padahal mungkin banyak pesan yang menanyakan keberadaan dirinya, teman kerja nya, teman kuliah nya. Atau mungkin media sosial nya penuh dengan nama nya, dia semakin takut jika ada orang yang mengetahui dirinya dari media sosial.
Rika, Ibu tirinya sesekali mengunjungi Zovita karena dia khawatir dengan kesehatan mental nya, makanya dia sering mendatangkan seorang psikolog atau psikiater untuk Zovita. Zovita hanya mengkonsumsi obat penenang yang di resepkan oleh psikiater nya, saat rasa trauma itu muncul.
Rika juga sering mengirim pesan untuk me motivasi Zovita agar segera bangkit dari keterpurukan nya.
Zovita tersadar dari lamunan nya, ketika kedua mata nya tiba-tiba di tutup oleh tangan seseorang. Zovita takut dan sontak berteriak.
"Aaaaaaa."
Zovita segera melepaskan kedua tangan itu, menghindar dan terus berteriak.
"Aduh maaf, Vita, membuat mu kaget."
Dia segera meminta maaf karena membuat Zovita kaget, dia ternyata Sofie anak bi Wati juga teman masa kecil Zovita dulu, saat sering mengunjungi nenek nya sewaktu masih hidup.
"Ya ampun Sofie, kamu ini apa- apaan sih, tuh jadi kaget kan Zovita nya."
Bi Wati tiba- tiba muncul dari luar.
"Maaf ya vita, aku tidak bermaksud membuat kamu kaget." Sofie meminta maaf.
"I- iya tidak apa-apa," timpal Zovita dengan bibir yang masih gemetar karena mengingat kenangan buruk itu.
"Aku hanya mau ajak kamu keluar, karena kamu di kamar terus seharian, kamu tidak jenuh vita? ayo kita keluar!" ajak Sofie membujuk Zovita yang masih terduduk lesu di tempat tidur nya.
"Tidak! Aku mau di kamar saja, lebih baik kamu keluar aku mau tidur."
Zovita menolak dan segera menyuruh Sofie agar segera keluar dari kamar nya.
Sofie tercengang, tidak di sangka Zovita kini sangat berbeda dengan Zovita yang dia kenal waktu kecil, dia merasa Zovita sekarang sangat sombong.
Sofie pun keluar dari kamar Zovita, di susul langkah kaki bi Wati di belakang nya.
Sofie satu persatu menuruni anak tangga, banyak sekali pertanyaan yang timbul di kepala Sofie, namun Sofie belum sempat bertanya karena hari sudah mulai sore, Sofie tau apa yang di alami Zovita, oleh sebab itu dia ingin menghibur Zovita, tapi selalu tak behasil, Zovita seperti nya belum bisa sembuh dari rasa trauma nya.
"Mah, Sofie pamit pulang ya udah sore,"
pamit Sofie kepada Ibu nya.
"Iya Sof, besok saja kesini lagi ya," ucap bi Wati sembari mengelus punggung putri nya.
"Kasian ya mah Zovita, sepertinya dia masih takut, aku gak tau juga kalau di posisi Zovita aku kuat tidak," imbuh Sofie sambil menyalami tangan Ibu nya.
Bi Wati hanya tersenyum melihat putri nya berlalu.
Di keluarga Zovita, bi Wati sudah melayani keluarga nenek Zovita lebih dari sepuluh tahun, ketika bi Wati menyandang status janda dan tengah mengandung Sofie. Keluarga nenek Zovita menerima bi Wati seperti keluarga, sepeninggal nenek Zovita, bi Wati hanya datang sekali seminggu sekadar membersihkan rumah peninggalan nenek Zovita.
Kini, saat Zovita tinggal di rumah itu untuk sementara bi Wati menemani Zovita, agar Zovita tidak kesepian. Dia berharap Zovita segera sembuh dari trauma nya dan bisa menjalani hidup normal kembali.
Tok tok tok
"Vita, bi Wati sudah menyiapkan makanan di meja makan ya."
Bi Wati mengetuk pintu kamar Zovita dan memanggil nya untuk makan.
Tak ada sahutan dari dalam kamar, namun bi Wati sudah tahu jika Zovita tak akan menyahut, dia akan keluar sendiri dari kamar nya dan makan.
Begitu hari- hari berlalu, seperti itu lah kehidupan yang di rasakan Zovita kini.
Di rumah nenek hanya bersama bi Wati.
______
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments