Terpaksa Berpisah Akibat Sebuah Sumpah
Pasar yang ada di salah satu kota I, sedang di isolasi karena terdapat temuan bom.
Petugas penjinak bom memasang garis polisi. Melarang siapa saja yang akan masuk atau mendekati bom.
Sebuah bom di temukan berada di dalam drum beras yang ada di atas motor.
Bom di temukan oleh salah seorang pedagang yang curiga karena melihat benda asing bersama dengan motor terparkir sejak pagi tanpa ada orang yang mengambilnya.
Penemuan bom itupun tidak luput dari sorotan kamera wartawan yang kebetulan akan mendokumentasikan kegiatan di pasar tersebut.
"Saya Jani berada di lokasi tempat dimana bom ditemukan, menurut laporan yang saya terima, petugas penjinak bom sedang berusaha untuk menjinakkan bom. Apakah kali ini pria yang mendapatkan julukan orang yang tidak bisa mati akan mampu menjinakkan bom yang ditinggalkan secara misterius ini?"
"Saya Jani, dari Bomba stasiun. Melaporkan dari tempat kejadian."
Rekan Jani menutup kamera dan kembali fokus pada para tentara yang berusaha menjinakkan bom.
"Jani, kamu berhasil kali ini akan ada televisi yang membeli berita acara kita?" tanya Fir.
"Tentu saja, berita tentang tentara penjinakkan selalu di minati."
Fir dan Jani kemudian kembali fokus pada tentara penjinak bom dan beberapa orang lainnya yang tengah khawatir karena bom tidak kunjung di jinakkan.
Salah seorang tentara penjinak bom sedang mencoba untuk memeriksa bom tersebut, namun hingga satu jam mencoba tidak menemukan hasil apapun. Hingga salah satu rekan sesama tentara penjinak bom, memanggilnya.
"Roy, get out of there. the king of the bombs has come."
(Roy, keluar dari sana, Raja Bom sudah tiba)" teriak Luki.
Roy bangun dari posisi jongkok, dan melihat seorang pria berjenggot dan berkumis tipis sedang melaju dengan kecepatan sedang dengan motor dinas milik tentara penjinak bom.
Setelah memarkirkan motornya, tentara yang berpangkat mayor itu, segera berjalan mendekati Roy.
"Baju pengaman anda, Pak." Salah seorang tentara penjinak bom menghampirinya dan memberikan baju pelindung anti Bom.
Mayor yang bernama Zay Aditya itu, mengkode dengan tangan yang artinya dia tidak akan menggunakan baju pelindung itu.
"Apa ini?" tanya Zay pada Roy.
"Jenis Bom yang masih belum bisa untuk di deteksi pak, alat pendeteksi bom tidak bisa menemukan bom semacam apa yang ada di dalam sini."
"Pergilah."
"Yes, Sir (siap, pak)"
Roy kemudian berjalan menghampiri dua rekannya. Luki dan Fan, orang yang sebelumnya memberikan baju pelindung anti bom kepada mayor Zay namun di tolak.
"Sir is it true about the news that major Zay never wears a protective suit when defusing a bomb?"
"Pak apakah benar berita bahwa mayor Zay tidak pernah memakai baju pelindung saat menjinakkan bom?" tanya Fan sambil melihat mayor Zay mulai mencari dan membuka drum beras untuk mematikan bom.
"Yeah, didn't you hear that he is also called the one who can't die?"
(Ya, tidakkah kamu mendengar bahwa dia juga disebut orang yang tidak bisa mati?)
"Yes, I heard that. But aren't we all humans going to die one day?"
(Ya, aku dengar itu. Tapi bukankah kita semua manusia akan mati suatu hari nanti?)
"Of course, neither me nor you and major Zay. we will die for sure. But up to this moment I still haven't found the fear of death in major Zay's eyes. God still gives long life to major Zay."
(Tentu saja, baik aku maupun kamu dan Mayor Zay. Kami pasti akan mati. Tapi sampai saat ini aku masih belum menemukan ketakutan akan kematian di mata Mayor Zay. Tuhan masih memberikan umur panjang kepada mayor Zay.)
Pandangan Luki dan Fan kembali fokus pada Mayor Zay yang terlihat berkonsentrasi penuh untuk mencari kabel yang bisa menghentikan bom tersebut.
"Jika. ini berhasil, Mayor Zay akan kembali mencetak rekor keberhasilannya dalam menjinakkan Bom," ucap Fan.
"Bener, dan ini adalah bom ke 98 dalam lima tahun terakhir," imbuh Luki.
Mayor Zay berhasil menemukan sumber bom dan menjinakkannya. Kemudian memberikan bom itu kepada Roy.
"Here it is, the bomb makers have hidden this device in a black case and then patched it with lead so that our bomb detector can't detect what kind of bomb it is."
"Ini dia, pembuat Bom itu telah menyembunyikan alat ini di dalam wadah hitam kemudian menambal nya dengan timah sehingga alat pendeteksi bom kita tidak dapat mendeteksi bom jenis apa ini." Ucap mayor Zay sambil memberikan bom yang sudah di jinakkan kepada Roy.
"Luki, open the market (buka pasarnya)." Ucap mayor Zay sambil mengenakan kacamata hitam dan sarung tangan nya.
"Yes, sir."
"Ramzi, buka pasarnya." Teriak Luki sambil melambaikan tangan ke arah Ramzi yang bertugas menjaga garis polisi.
Semua pedagang maupun pembeli yang ada di pasar itu, akhirnya bisa bernafas dengan lega setelah bom berhasil di jinakkan.
"Akhirnya bom itu berhasil di jinakkan."
"Ayo, semua kita kembali pada aktivitas seperti biasa."
"Bener."
"Semoga Mayor Zay panjang umur."
Omongan para netizen pasar membuat Jani dan Fir menyadari bahwa mereka sudah melewatkan sesuatu.
Benar saja, saat Jani melihat ke lokasi bom. Mayor Zay sudah tidak ada di tempat, padahal keduanya berencana untuk mewawancarai Mayor Zay.
"Hah, kita gagal lagi. Ini sudah kali ke lima dalam satu bulan kita selalu gagal untuk bertemu langsung dengan mayor Zay," keluh Jani.
"Hah, Kalau ini sih sudah dipastikan dokumentasi yang kita buat tidak akan diterima di stasiun TV manapun."
"Haa...." Jani dia menyeret kakinya dengan lemas menuju motor dan segera pergi dari sana.
Sementara itu, mayor Zay pergi meninggalkan pasar untuk menenangkan diri. Sudah menjadi kebiasaan saat mayor Zay berhasil menjinakkan bom, dia akan pergi ke tempat yang sejuk dan sepi untuk menenangkan diri.
Dengan mengendarai motor nya, mayor Zay terus mengingat tentang sesuatu yang amat dalam. Entah itu sebuah kerinduan atau kekecewaan.
Lirikan matamu yang nakal..
Keriangan terpancar dari matamu.
Rambut panjangmu yang terurai)
Aku tidak akan melupakanmu
Selama aku masih bernyawa, selama aku masih bernyawa.
Kau lepaskan genggaman tanganmu
Kau berpaling dari bayang-bayang ku
Kau tidak menoleh kembali untuk melihat
Aku tidak akan memaafkanmu.
Selama aku masih bernyawa, selama aku masih bernyawa.
Kau menari ditengah derasnya hujan.
Kau menumpahkan semua amarahmu.
Sikapmu yang kekanak-kanakkan.
Aku akan mencintaimu.
Selama aku masih bernyawa, selama aku masih bernyawa.
Janji sumpahmu palsu belaka.
Kau membuatku marah dan patah hati.
Kau selalu berdoa.
Aku akan membencimu.
Selama aku masih bernyawa, selama aku masih bernyawa.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Cloud
wah, novel baru tentang tentara penjinak bom akhirnya rilis🥸
2022-12-20
0