Bab 3 - Bertemu Lexy

Chicago, 29 Maret 2002...

...✫✫✫...

Bill duduk di pinggir jalan. Dia mengamati wajah-wajah orang yang berlalu di depannya. Ada banyak tunawisma di sekitaran Bill. Mungkin dia adalah satu-satunya anak berusia 13 tahun yang terlantar di sana. Tidak heran banyak orang yang mengincar. Termasuk orang besar seperti bos mafia.

Beberapa jam berlalu. Hari sudah semakin sore. Bill mulai bosan. Dia diserang rasa kantuk. Perlahan kepalanya tertunduk.

Bersamaan dengan itu, sepasang sepatu pantofel muncul di hadapan. Mata Bill sontak terbuka lebar. Dia langsung menengadah. Menyaksikan siapa sosok lelaki di hadapannya sekarang.

"Hei, kid!" sosok yang datang tidak lain adalah Ron Lauder. Bos mafia Tiger Danger. Orang yang sudah dinanti Bill sejak lama.

Bill bergegas berdiri. Dalam keadaan mata yang membulat. Dia berusaha memperhatikan wajah yang tersembunyi dibalik topi fedora itu.

"Apa yang kau lakukan sendirian di sini?" tanya Ron seraya membungkuk untuk mensejajarkan tingginya dengan tubuh Bill.

'Sial! Aku lupa menangis. Saat itu aku menangis karena tidak bisa kembali pulang,' batin Bill. Dia segera merengekkan wajahnya. Berpura-pura sedih.

"Aku tidak bisa pulang. Sepertinya keluargaku membenciku... Hiks..." Bill mengucapkan kalimat yang sama seperti dulu.

"Oh... Kasihan... Kenalkan aku Ron. Dan kau?" tanggap Ron. Ia kini berjongkok di hadapan Bill.

"Bill..." jawab Bill lirih.

"Bill, apa kau tahu dengan yang namanya mafia?" tanya Ron.

Bill mengangguk. Dia menutup wajahnya dengan dua tangan.

"Aku salah satu bos mafia yang ada di negeri ini, Bill. Aku kebetulan mencari anak-anak yang terbuang sepertimu. Karena aku tahu anak sepertimu pasti mendapat hinaan yang mungkin tidak bisa kubayangkan. Jika kau ikut denganku, aku akan pastikan kau bisa membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakitimu," tutur Ron lembut. Dia sepertinya sudah terbiasa berbicara begitu dengan anak-anak.

Bill yang masih menutupi wajahnya tersenyum. Itulah kalimat yang dia tunggu. Bill bingung kenapa dahulu dia menolak tawaran emas itu.

'Dahulu aku terlalu naif. Aku mengira kebaikan dapat membuat kehidupanku menjadi lebih baik pula. Tapi pada kenyataannya tidak. Aku justru semakin menderita,' ucap Bill dalam hati. Mengingat bagaimana dirinya di masa lalu.

Bill berhenti menutupi wajahnya. Dia menatap Ron dan berucap, "Baiklah. Aku ikut denganmu."

Ron tersenyum lebar. Dia menyuruh Bill masuk ke dalam mobil. Mereka akan pergi ke markas utama Tiger Danger yang bertempat di kota Brooklyn.

Sesampainya di markas, Bill diseret oleh dua lelaki berbadan kekar. Dia sangat kaget tiba-tiba diperlakukan begitu.

"Tuan Ron! Aku mau dibawa kemana?!" Bill membulatkan mata.

"Gabungkan dia bersama anak-anak lain!" titah Ron tak peduli. Sikapnya berubah drastis.

Karena merasa ditipu, Bill menggigit dua bawahan Ron secara bergantian. Lalu menghampiri Ron.

"Tuan Ron! Kau bilang akan melatihku menjadi lelaki yang tangguh!" Bill menuntut jawaban.

Ron menatap dengan senyuman menghina. "Kau pikir aku bersungguh-sungguh? Aku hanya perlu anak kecil untuk melengkapi jumlah yang di inginkan klienku. Mengerti?" ungkapnya.

"Jadi kau membohongiku?!" Bill mengepalkan tinju di kedua tangan.

"Dengar, Bill. Aku ini seorang bos mafia. Kau pikir aku memiliki hati seperti kupu-kupu? Aku tidak akan merasa kasihan melihat tangisanmu itu?!" Ron menendang Bill hingga terjatuh.

"Aaaarghh!!!" Bill merintih kesakitan. Dia sangat kesal. Alhasil Bill berdiri dan melayangkan bogem tepat ke alat vital Ron.

"Bos!!" seluruh bawahan Ron berteriak bersamaan. Sebagian dari mereka ada yang cemas. Serta sebagian lagi ada yang berusaha menahan tawa.

Ron reflek memegangi organ intimnya dengan dua tangan. Dia merasakan sakit tak terkira. Beberapa anak buahnya segera membantu. Namun Ron menepis. Ia mendelik ke arah Bill. Kemudian mengarahkan jari telunjuknya pada anak tersebut.

"Bawa anak ini pergi! Cepat! Aku sudah tidak sabar ingin menjualnya!" geram Ron.

Bill lantas dibawa paksa. Dia digabungkan bersama anak lain di sebuah ruangan.

Bruk!

Bill didorong dengan kasar. Dia terjatuh dalam keadaan tengkurap. Pintu segera ditutup oleh bawahan Ron.

"Sial!" umpat Bill.

"Ya, semua orang yang ada di ruangan ini bernasib sial." Suara anak perempuan menyahut.

Bill perlahan berdiri. Dia menyaksikan seorang anak perempuan yang duduk di hadapannya. Anak itu tidak sendiri, ada anak-anak lain yang sepertinya memiliki rentang usia berbeda-beda. Mereka tampak ketakutan. Kecuali anak perempuan yang tadi menanggapi umpatan Bill.

"Kau satu-satunya anak yang datang tanpa menangis." Anak perempuan yang duduk di hadapan Bill kembali bicara. Dia berkulit putih. Rambut cokelatnya tergerai panjang. Dia terlihat kotor dan acak-acakan seperti anak-anak lainnya.

"Itu karena aku sudah muak dengan penderitaan," jawab Bill. Dia duduk ke sebelah anak perempuan itu.

"Aku Lexy," ujar anak perempuan tersebut.

"Bill." Bill menjawab sambil mengedarkan pandangan ke sekitar. Berharap bisa menemukan jalan untuk melarikan diri.

"Tidak ada celah di ruangan ini. Hanya ventilasi kecil yang hanya bisa dilalui seekor semut." Lexy yang mengerti Bill sedang mencari apa, segera angkat suara.

Bill berdecak kesal. Dia mengacak-acak rambut dengan frustasi. Andai tahu semua akan begini, dirinya tentu memilih jalan kehidupan lain.

Sampai akhirnya Bill baru teringat dengan batu zamrud yang ditemukannya. Ia langsung merogoh saku celana. Akan tetapi dia tidak menemukan batu itu.

Bill berdiri. Mencoba mencari batu zamrud dengan hati-hati.

"Kau kenapa? Mau buang air kecil?" tanya Lexy. Tetapi Bill tidak menjawab.

"Itu ada ember yang berguna untuk--"

"Aku tidak mau buang air kecil!" tegas Bill dengan nada penuh penekanan. Dia kembali duduk. Bill benar-benar heran. Kemana perginya batu zamrud tersebut?

'Mungkinkah batu zamrud itu yang membawaku kembali ke masa lalu? Tapi kenapa tiba-tiba menghilang? Apa itu artinya aku tidak bisa kembali lagi?' benak Bill bertanya-tanya. 'Ah! Lagi pula aku sama sekali tidak ingin kembali,' lanjutnya sambil menggeleng.

Bill terdiam dan menyandar ke dinding. Dia melirik Lexy yang tampak sibuk bermain dengan kuku-kuku kotornya.

"Apa kau dan yang lain sudah lama di sini?" tanya Bill.

"Aku sudah dua minggu di sini. Sedangkan mereka, ada yang sudah tiga minggu, satu bulan lalu, bahkan dua bulan. Jay yang paling lama di sini," jawab Lexy seraya menunjuk anak-anak yang dimaksud.

"Dan kalian sama sekali tidak mencoba melarikan diri?"

"Sudah. Tapi tidak ada yang berhasil. Orang-orang mafia itu sangat banyak. Mereka juga kuat." Lexy menjelaskan.

"Kita harus keluar dari sini!" Bill bertekad.

"Bagaimana? Karena aku tidak mau dihukum lagi karena melakukan itu. Lihat badanku." Lexy memperlihatkan lebam dan luka yang ada di beberapa titik tubuhnya.

Bill berpikir. Sampai dia terpikirkan sesuatu. "Apa mereka akan memberi kita makanan?" tanyanya.

"Ya, mungkin sebentar lagi."

"Bagus. Kita harus gunakan kesempatan itu untuk melarikan diri!" Bill berdiri. Dia bicara kepada semua anak yang ada di ruangan. "Kita ada banyak. Aku yakin kita bisa!" serunya sambil membuat bogem di salah satu tangan.

Anak lainnya terlihat tak peduli. Mereka mengabaikan Bill yang terkesan seperti bicara omong kosong.

"Ayolah! Apa kalian tidak mau keluar dari sini?!" Bill mencoba lagi. Namun masih tidak mendapatkan reaksi.

"Mereka sudah lelah, Bill. Kami beberapa kali mencoba melarikan diri. Tapi malah berakhir tragis. Beberapa dari kami bahkan ada yang diperkosa," ucap Lexy.

Bill terdiam. Mendengar ucapan Lexy, dia jadi teringat dengan nasibnya dulu. Namun apakah Bill harus tetap diam? Tentu tidak! Dia tetap bertekad akan melakukan perlawanan. Dia tidak mau menjadi orang bodoh seperti dulu.

Pintu mendadak terbuka. Tiga orang bawahan Ron datang membawakan makanan. Mereka melemparkan nampan berisi roti ke lantai. Saat itulah Bill kembali melakukan serangan seperti apa yang dilakukannya terhadap Ron. Bill menyerang dengan gerakan cepat. Hingga para bawahan Ron tak bisa menduga.

"Aaargh!"

"Aaargh!

"Aaargh!"

Tiga bawahan Ron merasakan sakit di organ alat vital mereka masing-masing.

"Ayo!" seru Bill kepada anak-anak lain. Tetapi mereka lebih memilih berebut mengambil roti. Hanya Lexy yang berlari mengikuti Bill. Lexy bahkan melakukan serangan yang sama kepada tiga bawahan Ron. Double kill dari Bill dan Lexy bak siksaan bagi para bawahan Ron.

Terpopuler

Comments

Ann

Ann

ya begitulah hidup ga bisa ditebak

2023-03-27

0

Ann

Ann

astaghfirullah refleks ketawa 😭

2023-03-27

0

Fitriani Fitriani

Fitriani Fitriani

kirain nih novel gk ada cewek nya thor

2022-12-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!