Raga sendari tadi menunggu Caca yang tak kunjung datang. Ia melirik jam tangan yang melingkar ditangannya, jam pertama sebentar lagi akan dimulai, tetapi cewek itu belum sama sekali menampakan wujudnya.
"Mana sih tuh bocah, kebiasaan banget deh kesiangan," monolognya.
Meskipun Raga adalah ketua geng motor, ia sangat menjunjung kedisiplinan, jarang sekali yang namanya Raga terlambat sekolah, apalagi membolos. Kecuali teman-teman kampretnya yang memaksa dan merengek-rengek untuk dirinya ikut membolos.
Raga menepuk jidatnya, ia seperti manusia purba yang sama sekali tidak mengetahui apa itu teknologi. Padahal, sekarang jamannya sudah modern, kita bisa dengan mudahnya menghubungi seseorang tanpa perlu mengirim surat.
Ia merogoh sakunya untuk mengambil handphone disana menghubungi nomor Caca. Sudah beberapa kali telponnya tidak diangkat, sampai kesebelas kalinya, Raga berhasil menghubungi manusia itu.
"Dimana Lo?" Sentaknya.
"Ha?" Terdengar gumaman di seberang sana membuat Raga yakin bahwa gadis yang sedang di teleponnya masih tidur dan terpaksa mengangkat karena dirinya terus-terusan menghubunginya.
Raga berdecak, ia sudah mengira itu, "Gue Raga, bangun lo! Gak liat sekarang jam berapa? Apa perlu gue beliin jam?hm?" Ucap Raga tajam, menyindir.
Hal itu membuat Caca yang sebrang sana melotot kaget, ia cengengesan sambil menggaruk-garuk tangannya, "Eh Ga hehe, gue kesiangan. Habisnya gue begadang nungguin maling, kok gak sampe rumah terus, padahal udah gue tungguin cik."
Raja menghela nafas, ketika mendengar alasan tak masuk akal yang diberikan Caca kepadanya. Menunggu maling?Emang ada manusia yang menunggu maling untuk mampir ke rumahnya? Dasar gila!
"Bacot, lima belas menit lo harus udah nyampe disini, kalau gak? Gue patahkan kaki lo!!" Tegasnya mutlak tak bisa diganggu gugat.
"Tapi gak—"
Tut.
Raga mematikan sambungannya secara sepihak, dia juga yakin gadis itu sedang menyumpah serapahi dirinya. Sudah tahu dirinya tidak suka ada anggotanya yang tidak disiplin, bisa-bisanya Caca baru bangun jam segini dan membuat amarahnya memuncak.
Terlepas dari rasa kesalnya, Raga pun merasa lega, ketika teman perempuan satu-satunya itu tidak kenapa-kenapa, ia sempat merasa khawatir sekaligus cemas, takut terjadi hal yang tidak-tidak kepada cewek itu.
Sedangkan disisi lain, seorang cewek tengah mengendarai motornya seperti kesetanan. Siapa lagi kalau bukan Caca. Ia melakukan itu hanya karena Raga menyuruhnya harus sampai di sekolah dalam waktu 15 menit, ia tidak bisa menolak, kalau kakinya tidak mau menjadi korban.
Caca menguap, ia memang masih mengantuk. Untuk mandi saja rasanya tidak ada waktu yang ia lakukan hanya menggosok gigi dan mencuci muka. Wajar saja cewek itu masih mengantuk, karena tak terkena segarnya air di pagi hari ketika mandi, apalagi ketika angin sepoi-sepoi yang membuatnya semakin mengantuk.
"Huaaaaaaaaaa!!"
Caca menepuk-nepuk mulutnya sambil tutup mata, ia tak menyadari ada orang yang tengah menyebrang jalan disana.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!"
Mendengar suara orang yang berteriak Caca spontan membuka matanya, matanya melotot sempurna, ketika ada orang akan tertabrak oleh dirinya. Bella dengan cepat-cepat membanting stirnya.
Brukkkk!
"Awsss ... Pembatas jalan sialan, kenapa lo ada disini coba, gue kan jadi jatuh, mana sakit lagi," ringisnya memarahi pembatas jalan, padahal sudah jelaskan siapa yang salah? Caca melirik orang hampir ditabraknya, orang itu masih mematung dengan keterkagetannya.
"Eh lo! Bantuin gue kenapa? Kejepit nih kaki gue!" Bentak Bella membuat lelaki yang hampir ditabraknya cepat-cepat mengangkat motor itu.
"Lo gak papa?" Tanya cowok itu.
Caca menggeleng, lalu bangun dengan cara berpegangan pada motornya, "Gak papa kok gak papa, cuman nabrak pembatas jalan, terus kakinya kejepit sama motor, gak papa kok gak papa!" Kesal Bella.
Apakah cowok di depannya itu tidak melihat baret-baret yang ada di kaki dan tangannya? Bahkan kakinya pun sampai ke jepit motor, terus dia masih nanya gak papa?
"Maaf," cicit laki laki itu sambil memainkan jarinya.
Terlihat seperti pria polos.
Dahi Bella mengerut, "Ngapain minta maaf? Malah gue yang minta maaf sama lo, karena gak hati-hati bawa motor, untungnya gak jadi nabrak, kalau nggak? Berabe gue," ucap Bella sambil menepuk-nepuk bajunya yang kotor.
"Eh, kita satu sekolah yah? Kok gue gak pernah liat lo? Kenapa lo telat?" Lanjutnya, ketika melihat seragam yang dikenakannya dengan cowok itu sama.
"I-iya," gugup cowok itu sambil membenarkan kacamatanya yang melorot ke bawah.
"Yaudah, ayo berangkat bareng," ajak Caca langsung menaiki motornya.
"Tapi—"
"Gak ada tapi-tapian, naik! Atau mau lo aja yang nyetirnya?" Mendengar pertanyaan Caca membuat laki-laki itu spontan menggeleng cepat, "Enggak!"
"Yaudah cepetan naik!" Titahnya lagi.
"Eh, gue ada satu pertanyaan lagi nih," tanya Caca ketika cowok itu sudah duduk di belakang jok motornya.
"Apa?" Balas cowok itu.
"Perasaan lo cowok deh, kenapa jerit pas gue tabrak? Kenapa gak langsung lari aja atau gak bilang apa gitu selain jerit," heran Bella.
"Repleks aja tadi hehehe."
**
Bel istirahat berbunyi, membuat caca langsung turun dari rooftop menuju kantin. Soal cowok tadi, Caca lupa menanyakan namanya. Setelah mereka masuk lewat gerbang belakang, cowok itu langsung pamit begitu saja.
"ASSALAMU'ALAIKUM YA AHLI KUBUR!!" Caca menggebrak meja teman-temannya, lalu duduk tanpa dosa sambil menyeruput minuman siapa saja yang ada disana.
"Kebiasaan banget teriak-teriak," Kata Bima sambil memutar bola matanya.
"Jawab dulu salamnya teman-teman, apakah kalian tau menjawab salam itu kewajiban?" Ucap Caca yang mendadak menjadi ustadzah.
Cewek itu berjengit kaget, ketika bukan teman sebangkunya saja yang menjawab salam, tetapi seisi kantin.
"WAALAIKUMSALAM!" Teriak mereka semua.
"Kompak bener dah, jantung adik sampai mau loncat," kata Caca sembari memegang dadanya.
"Jam sepuluh, perasaan gue nyuruh lo dateng jam delapan seperempat dah, kenapa baru datang?" Pertanyaan bernada dingin yang berasal dari Raga membuat cewek itu cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.
"Mau kaki yang sebelah mana?" Tanyanya lagi.
Caca bergidik ngeri, Raga tidak pernah main-main soal ucapnya, "Lo jahat tahu gak? Nyuruh gue buru-buru, mana gue belom mandi lagi, liat nih!" Caca membuka jaketnya yang sempat dipakainya di rooftop, tadinya dia tidak mau memberi tau mereka,tapi pertanyaan yang dilontarkan Raga, membuat dirinya harus berkata jujur dari pada kakinya kena sasaran kan?
"Nih, tangan gue baret-baret, lutut gue, kaki gue yang mulus ini, nih kaki gue biru gara-gara kejepit motor, lo masih mau marahin dan patahin kaki gue? Gak punya hati si lo!" Caca menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis.
Mata mereka semua melotot kaget, ketika mendapati baret yang sudah sudah hampir kering, tapi terlihat masih kotor, seperti belum dibersihkan, "Lo belum obatin?" Tanya mereka serempak, termasuk Alzam pun ikut berbicara.
"Belum sempat hehehe," cengirnya, membuat semua orang memutar bola matanya malas.
"Sakit gak?" Tanya Bima sambil menekan luka biru yang ada di kaki Caca dengan tidak ada akhlaknya.
"Eh anjing, jangan ditekan goblok!" Umpat Caca sambil menangkis tangan Bima.
"Eh?" Kaget Caca ketika tubuhnya di gendong ala bridal style secara tiba-tiba oleh Raga.
"Diem, jangan banyak gerak," peringat cowok itu membuat Caca refleks mengalungkan tangannya.
"Emmm, sweet banget sih bapak Raga." Goda Caca sambil menaik-turunkan alisnya.
"Mau gue jatuhin disini?" Tanyanya tajam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Machan
klo loncat, iket lagi aja dik🤣🤣🤣
2022-12-14
0
Author yang kece dong
replek 😁🤣
2022-12-13
1