Raga tengah bersiap-siap, rencananya malam ini ia akan mengajak Caca ke pasar malam untuk sekedar bermain wahana atau berbelanja pernak-pernik.
Ia mengambil handphone di atas nakas, lalu menghubungi cewek itu.
"Halo Ca, kita ke pasar malem yuk malam ini, lima belas menit lagi gue jemput," ucapnya antusias ketika sambungan teleponnya sudah tersambung.
"Oh yaudah, gue siap-siap dulu."
Mendengar suara lemah di seberang telpon sana, membuat Raga khawatir, ada apa dengan cewek itu? Tumben sekali, berbicara dengan suara intonasi lemah seperti itu.
"Lo kenapa? Sakit?" Tanya Raga dengan nada yang tidak santai, ya memang karena sekhawatir itu.
"Kagak, gue cuman bangun tidur aja," balasnya
Raga Menghela nafas lega, ia kira terjadi sesuatu pada Caca. "Bikin panik aja lo, cepetan siap-siap, gue jemput lima belas menit lagi!"
"Heem."
Tut!
"Manusia nggak ada akhlak, gue belum selesai ngomong dah dimatiin aja tuh telpon!" Kesalnya segera menuruni tangga dan mengambil kunci motornya lalu bergegas pergi.
**
Raga sudah berada di dalam rumah Caca, menunggu gadis itu selesai berdandan. Padahal ekspektasinya ia dan Caca langsung berangkat saja, bukan menunggu dulu gadis itu selesai dandan, lama sekali.
"CA CEPETAN, LAMA BANGET SIH!" Teriaknya menggelar sampai ke penjuru rumah.
"Mana sih tuh orang, kok nggak nyaut? Masa iya gak kedengaran," kesalnya.
Raga berdiri dari kursi dan berjalan menaiki tangga menuju kamar gadis itu.
"ASTAGHFIRULLAH!" Raga berseru kaget, ketika menemukan Caca yang sedang tertidur dengan santainya.
Raga berlari menghampiri kasur cewek itu dan bersedekap dada, "Ck ck ck, pantesan lama, malah tidur nih bocah!" Decaknya marah.
Tanpa berlama-lama lagi, ia langsung menarik kaki gadis itu,membuat dia terjatuh dan merintih kesakitan.
"Awsss … Sakit tahu gak?" cemberut Caca ketika melihat siapa sang pelaku yang menarik kakinya.
"Lagian lo? Siapa suruh tidur, gue udah nungguin lama, lo malah tidur, ngeselin banget lo jadi manusia."
"Nyenyenye," cibir Caca sambil terbirit-birit ke kamar mandi, sebelum mendapat amukan dari lelaki di depannya itu.
Raga memejamkan matanya, lalu …
"AWAS LO YA ANAK MONYET !" Umpatnya lalu merebahkan dirinya di kasur.
Ceklek..
Setelah sekian lama, akhirnya Caca membuka pintu toiletnya dengan keadaan yang sudah berpakaian dan berdandan.
Caca menggeleng-gelengkan kepalanya, ketika mendapati raga yang tengah tertidur dengan keadaan tengkurap, "Cih, ngeburu-buruin gue, dianya malah tidur, dasar sinting!" Decih Caca.
Caca menggoyang-goyangkan tangannya, bersiap-siap akan memukul pantat lelaki di depannya kini.
PLAK!
Caca tersenyum senang ketika Raga langsung bangun dan mengusap-ngusap pantatnya sambil meringis kesakitan.
"Lo apaansi, pantat gue sakit nih!" Marah Raga yang masih mengusap-usap pantatnya.
"Lagian lo, nyuruh gue cepet-cepet, sedangkan lo sendiri malah enak-enak tidur, tahu gitu meningan gue tidur aja!"
"Eh Surti! Lo yang lama, mandi aja sampai setengah jam, makanya gue jadi ketiduran!"
"Ya wajar aja lah, gue mandi pake baju sama dandan setengah jam, emang lo mau bawa gue ke pasar malam bentukannya kek gembel? Hah!" Tanyanya masih tak mau kalah.
"Iya wajar, wajib dihajar maksudnya," balasnya santai, masih menatap Caca dengan tatapan mengintimidasi.
"Tahu ah, gue mau tidur lagi. Udah gak mood," Caca yang kepalang kesal hendak berjalan menuju kasurnya, tetapi suara Raga kembali berbunyi, membuat Caca kembali menghentikan langkahnya.
"Lo tidur, gue tidurin lo!" ucap Raga dengan nada mengancam.
Caca tersenyum menggoda, "Yaudah, tidurin dong," jawab Caca dengan nada menggodanya.
Raga berjalan mendekat ke arah Caca sambil tersenyum miring, membuat nyali gadis itu menciut seketika, "Canda Ga, canda."
Caca cepat mendorong raga keluar dari kamar, bisa gawat kan? Tiba-tiba terjadi hal yang tidak diinginkan.
**
Mereka berdua sudah sampai di pasar malam, membuat mata Caca seketika berbinar, ia langsung saja menarik tangan Raga untuk masuk ke dalam sana.
"Ga, main itu yuk!" Ajak Caca menunjuk wahana ombak banyu.
"Gak, tar lo jatoh," balasnya
Caca cemberut, lalu matanya kembali berbinar, ketika melihat bianglala, "Ga, main bianglala yuk! Gak akan jatuh kok," pintanya mencoba membujuk Raga.
"Gak, nanti stop diatas. Bahaya,lo kan gak bisa diem, bisa-bisa kita jatuh," tolak Raga untuk kedua kalinya
Caca menghela nafas, ia tidak akan menyerah begitu saja untuk membujuk cowok di sampingnya ini, "Yaudah, kita main istana balon aja gimana?"
Raga menggeleng, "Lo gak liat? Istana balon itu isinya bocil doang?Lo gak malu gitu?"
Dan masih banyak lagi, Caca mengajak Raga untuk bermain wahana ini itu, tetapi tentu saja ditolak oleh Raga. Sungguh, Caca ingin mencekik lelaki itu, kenapa mengajaknya ke pasar malam, kalau naik wahana saja tidak diperbolehkan.
"Lo mau arum manis?" tanya Raga membuat Caca memutar bola matanya malas.
"Gak!" Tolaknya singkat, lalu duduk di kursi yang disediakan disana.
Raga menghampiri Caca dan duduk disamping cewek itu, "Lo kenapa?" Tanyanya watados yang berarti wajah tanpa dosa.
"Li kinipi? Gue kesel tahu gak? Lo ngajakin gue kesini, tapi gue mau naik ini itu gak lo bolehin, gimana gak kesel coba? Terus lo ngajakin kesini buat apa? Ngeliatin orang main, sedangkan gue diem aja?" Ketus Caca sambil bersedekap dada.
Raga tersenyum lalu mengacak rambut gadis itu gemas, "Yaudah deh, lo mau maen apa? Tapi—" Raga sengaja menggantung ucapannya, ingin lebih lama lagi melihat muka Caca yang cemberut, menurutnya sangat menggemaskan.
"Tapi apa ishh, lama banget ngomongnya."
Raga tersenyum lalu menunjuk pipinya, "Cium dulu."
"Dih, gak mau!"
"Yaudah, gak jadi aja," Raga berdiri hendak meninggalkan tempat itu, membuat Caca dengan terpaksa menarik tangan lelaki itu, supaya dirinya kembali duduk.
Cup!
Caca mencium pipi kanan Raga, membuat Raga menoleh dan mematung. Sungguh, dirinya hanya bercanda saja, ia akan tetap membawa Caca bermain wahana. Hanya saja, ia ingin lebih lama melihat wajah Caca yang cemberut.
"Ayo ihh, sudah dicium juga," ajak Caca menarik-narik tangan Raga, membuat lelaki itu pasrah dibawa kemana saja gadis itu pergi.
Caca membawa Raga masuk ke dalam wahana bianglala, tetapi lelaki itu masih diam mematung, membuat Caca mengernyitkan dahinya bingung.
"Ga kenapa?" Tanyanya, tapi tak mendapatkan respon apapun dari Raga.
"Gak woi! Lo kenapa?" Caca mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah Raga, tetapi lelaki itu tetap saja diam tak merespon.
Sudah jengah dengan sikap Raga yang tak tahu kenapa, akhirnya Caca menepuk agak keras pipi Raga, membuat lelaki itu mengerejap dan memegang pipinya.
"Ais! Lo kenapa sih? Sakit tahu!" Kesal Raga, masih mengusap-ngusap pipinya.
"Lo yang kenapa? Gue panggil-panggil gak nyaut-nyaut, diem aja kek patung," jawab Caca dengan nada kesalnya.
Mendengar perkataan Caca seperti itu, membuatnya mengingat kejadian dimana Caca mencium pipinya, Raga tersenyum bahkan pipinya pun memerah tomat gara-gara mengingat kejadian tadi.
Raga tiba-tiba melotot, ketika baru menyadari bahwa dirinya tengah menaiki wahana bianglala.
"CACA KENAPA LO BAWA GUE KESINI SIH!" Teriak Raga.
Sejujurnya Raga mempunyai trauma menaiki wahana seperti ini, karena dulu ibunya pernah membawa dirinya menaiki bianglala dan mati lampu selama empat jam, jadinya dia berdiam diri di atas selama empat jam dan dari sana ia benci semua wahana, padahal yang dia naiki dulu hanyalah bianglala. Hemm, sedikit trauma masa lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Machan
perasaan, kerjanya treak mulu. kagak bengkok tuh tenggorokan🤣😜
2022-12-14
1