Di Suasana sore yang cerah ini, Raga dan teman-temannya sedang berdiam diri di sebuah markas geng Alverage. Yap, mereka semua adalah anggota dari geng motor bernama Alverage dan Raga sendiri lah yang menjadi ketua dari geng motor tersebut.
Sulit untuk dipercaya memang, tapi memang itu kenyataanya. Geng Alverage adalah geng yang cukup disegani dan ditakuti, makanya tidak ada yang berani menghujat Caca dan yang lainnya meskipun terkadang sifatnya bisa merugikan siapapun. Itu karena mereka takut dan segan terhadap segerombol anak anaknya, bukan karena takut akan nama gengnya.
"Gue lapar ..." gumam Dodi tiba-tiba, tidak lupa bibirnya yang mengerucut sok imut.
Bima yang melihat itu bergidik ngeri, "Jangan sok imut lo Dod, kalau lapar ya makan. Jangan curhat, apa lagi monyong-monyongin bibir," ucap Bima, Ia mundur beberapa langkah untuk menjauhi Dodi.
"Siapa yang curhat sih? Gue lagi bermonolog, bukan curhat sama lo!" Ketus Dodi.
Melihat Dodi yang kelaparan, membuat Caca merasa kasihan akan hal itu, "Yaudah elah, gue juga lapar. Beli makanan yuk!" Ajaknya sambil menepuk bahu Dodi membuat mata lelaki itu berbinar.
Dodi dengan sigap berdiri, lalu merangkul bahu Caca. "Gini nih punya temen perhatian, gak kayak si Bima. Bima yang bisanya cuman ngomel plus gak modal buat beliin temennya makanan," sindir Dodi, sembari menatap Bima seolah menyindir.
"Tapi lo yang bayarin yah!" Mendengar kata yang keluar dari mulut Caca, Dodi cepat-cepat melepaskan rangkulannya secara kasar.
Baru saja Ia memuji cewek itu, tetapi ternyata ekspektasinya terlalu tinggi. Caca sama saja dengan Bima yang sukanya gratisan.
"Gak ada yang bener punya temen," Dodi meringkuk, sembari memegang perutnya. Dramatis sekali memang.
"Elah, pelit amat lo Dod, gue yatim piatu lho. Sebatang kara, gue belom jajan dari tadi gara-gara gak punya duit,o gak kasihan gitu sama gue?" Kata Caca ikut duduk disamping Dodi yang sedang meringkuk.
"Heh manusia, lo sebatang kara juga cucunya libertà. Lo bahkan bisa beli semua mall di Jakarta, gak usah merendah deh lo!" Timbrung Bima.
Bima kesal, temannya yang satu ini seolah-olah dirinya memang fakir miskin yang tidak punya apapun, meskipun Caca yatim piatu, dia adalah cucu dari seorang libertà. Konglomerat terkaya di Indonesia.
"Itu kan kakek gue yang kaya, gue nggak," Caca mengambil dompet di saku rok abu-abunya, tidak lupa mengeluarkan dan menunjukkan isi dompetnya pada Bima.
"Noh, isinya cuman ada 12 rebu. Sepuluh ribu buat bensin, dua ribu buat jajan cilok, ini yang Lo sebut dengan kaya?"
"Ya-ya tetep aja lo kaya!" Jawab Bima.
Melihat anggotanya bertengkar hanya karena sebuah makanan, Raga memutar bola matanya malas, selalu saja seperti ini, "Udah-udah, lo semua mau makan apa? Biar gue yang beli di anter sama Caca, sekaligus gue yang bayar," ucapan yang berhasil lolos dari mulut Raga itu membuat semua orang kecuali Azlam bersorak gembira.
"Ini nih yang gue cari Bray!" Senang Caca. Ia menyeret tubuh Raga untuk cepat-cepat keluar dari markas.
Baru saja mereka menginjak kakinya di luar, markasnya sudah diserbu ratusan orang yang datang.
"KELUAR LO SEMUA!"
Itu suara Kevin, ketua geng dari geng yang bernama Libra. Rival geng Alverage dari tiga tahun ke belakang. Entah karena alasan apa, geng Libra selalu mencari gara-gara duluan dan berakhir mereka menjadi musuh sampai sekarang.
Semua anggota yang sedang berada di dalam ruangan, otomatis keluar ketika mendengar teriakan dari musuhnya itu.
"Yahh ... Padahal kan lagi laper," lesu Caca, Bima dan Dodi berbicara serempak. Dan tanpa mereka sadari, mereka bertiga mengelus perut mereka secara berbarengan, kompak sekali bukan?
"Cacing anaknya mamah, cancel dulu makannya. Kita harus lawan mereka dulu okay?" Ucap Caca masih mengusap-usap perutnya membuat keempat lelaki itu bergidik ngeri.
"Stres!" Celetuk Azlam yang sedari tadi diam, membuat Caca langsung memegang dadanya.
"Mendingan gak usah ngomong deh Lo! sekalinya ngomong bikin hati gue tersayat-sayat, sakit hati eneng bang," lebay Caca.
Ia menepuk-nepuk dadanya, menambah kesan dramatis yang di tampilkan.
"Lebay Lo!" Serempak Dodi dan Bima menoyor kepala Caca membuat gadis itu hampir terjengkang ke belakang. Jika tidak ditahan oleh Raga yang berada di dekatnya, Caca mungkin jatuh di depan banyaknya musuh.
"Bisa serius?" Ucapan tajam Raga berhasil membuat mereka semua kicep.
Raga menghela nafas pelan, kenapa anggota intinya hanya alzam saja yang benar? kenapa yang lainnya otaknya pada miring semua? Raga berjalan ke arah Kevin dengan berwibawa, tidak lupa satu tangannya yang di masukan ke dalam celana. Itu semakin membuat aura pemimpin dalam dirinya mencuat keluar.
"Ngapain lo kesini?" Ucapan yang bernada berat dan datar itu terlontar begitu saja, ketika Kevin sudah berada di depannya.
Kevin tersenyum miring, lalu berjalan mendekat ke arah Caca. "Gak ada, cuman mau nyamperin si cantik aja kok,gak lebih," ucapan singkat yang keluar dari mulut Kevin berhasil membuat emosi Raga tersulut. Ia tak suka ada yang membawa-bawa nama Caca.
"Ngapain lo mau nyamperin cewek gue? Jauh-jauh lo!" Raga mendorong bahu Kevin yang akan mendekat ke arah Caca kuat, membuat badan Kevin sedikit terhuyung ke belakang.
Kevin terkekeh, lalu kembali mendekat ke arah Caca. "Cewek Lo? Gak salah denger gue?"
"Gue gak akan rebut cewek Lo kok, kecuali dia sendiri yang mau sama gue. Gue cuman mau nyampein sesuatu aja buat si cantik," Kevin membungkukkan badannya, lalu membisikan sesuatu ke arah telinga Caca.
"Orang yang terlihat bersalah belum tentu salah, begitupun sebaliknya. Orang yang terlihat benar, belum tentu sepenuhnya benar. Dan satu lagi, lo bakal nyesel masuk geng Alverage apalagi kenal sama ketua lo itu atau yang sekarang udah jadi cowok lo?" Setelah membisikkan kata itu, Kevin berjalan kembali menuju motornya.
Tapi sebelum Kevin benar-benar pergi, Caca mencekal tangannya, "Apa maksud lo?" Tanya Caca.
"Gunakan otak lo buat mikir, cabut!" Setelah mengatakan itu, Kevin benar-benar pergi.
**
Setelah kedatangan geng Libra ke markas Alverage, membuat Caca yang biasanya berisik menjadi pendiam, Ia terus saja menguras otaknya untuk memikirkan apa maksud dari ucapan Kevin kepadanya.
"Apa sih yang di bisikin sama Kevin?sampe ngebuat seorang Caca jadi pendiam kek gini?" Heran Bima sambil mengusap-usap dagunya.
"Gue minta rumusnya ah, supaya nih markas nggak berisik sama ocehan unfaedah lo!" Caca tak merespon ucapan Bima yang lebih tidak BERFAEDAH. Ia lebih baik memikirkan ucapan apa yang di maksudkan oleh Kevin kepadanya tadi.
"Dia ngomong apa?" Tanya Raga, membuat Caca menoleh lalu mengangguk. Lebih baik Ia menceritakan semuanya pada raga.
"Tadi Kevin bilang gini sama gue 'Orang yang terlihat bersalah belum tentu salah, begitupun sebaliknya. Orang yang terlihat benar, belum tentu sepenuhnya benar. Dan satu lagi, lo bakal nyesel masuk geng Alverage apalagi kenal sama ketua lo itu atau yang sekarang udah jadi cowok Lo?' Apa maksudnya coba? gue bingung, apa yang salah sama geng ini? Apa yang salah sama lo?" Penjelasan Caca membuat semuanya terdiam, memikirkan apa yang dipikirkan gadis itu barusan.
"Jangan mudah percaya sama orang, apalagi itu musuh kita sendiri. Kevin cuma adu domba kita, supaya lo jadi benci sama gue. Jadi gak usah dipikirin apa yang di maksud Kevin, paham?" Jelas Raga membuat Caca mengangguk lalu tersenyum pada lelaki itu.
"Iya juga yah, kenapa harus di pikirin coba? Tapi tetep aja, gue ngerasa ada ucapan tersirat disana, apa ada hubungannya sama pembunuhan kakak gue?" Tanya Caca.
"Udah gue bilang, jangan dipikirin!" Tegas Raga.
"Tau lo, hak usah dipikirin kenapa? Emang lo mau geng kita terpecah belah?" Tanya Dodi membuat Caca spontan menggeleng.
"Makanya, gak usah di pikirin!"
"Iya-iya!" Balas Caca.
'Kenapa kok gue mikirnya omongan Kevin tuh ada benarnya? Terus kayak milikin kata tersirat gitu,' Batin Caca lalu menggeleng, mencoba melupakan ucapan Kevin yang statusnya adalah musuh gengnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
glanter
👍👍👍👍
2023-01-02
1
Machan
emang dia stres.
baru tau ya🤣🤣🤣
2022-12-14
1
Machan
gua juga suka yang gratisan, bang😜😜
2022-12-14
1