☘️☘️☘️
Plak!!
"Maafkan saya Pak! Saya tak bermaksud untuk mencelakai anak Bapak, saya tak sengaja," lirih pria itu sambil berlutut memohon pada ayah korban.
"Maaf kau bilang? Apa kau tidak lihat anak ku terbaring lemas di tempat tidur, dan itu semua gara-gara kamu, dan kamu dengan gampangnya meminta maaf, hah!!" ucap ayah korban dengan nada sedikit membentak.
"Saya bersumpah Pak! Saya benar-benar tak sengaja menabrak anak Bapak, tapi saya akan bertanggung jawab atas semua kesalahan yang saya perbuat, asalkan Bapak tidak melaporkan saya ke polisi."
"Tidak bisa! Kamu harus dapat hukuman, saya akan melaporkan kamu ke polisi."
"Siapa yang berani ingin melaporkan anak saya ke polisi?" tiba-tiba seseorang pria terlihat gagah dengan style-an jas serba abu tersebut. Dia menghampiri mereka berdua yang sedang berbicara serius.
"Tuan/Papa!!" mereka berdua menoleh ke arah sumber suara dan begitu kagetnya mereka mendengar satu sama lain mengenal pria yang baru saja datang tersebut, terutama ayah si korban.
"Kau akan memenjarakan anak ku? Sebelum kau mempenjara kan anak ku, aku yang terlebih dulu mempenjara kan dirimu."
Mendengar itu, pria yang memanggil orang yang baru datang dengan sebutan "papa" itu menjadi kaget. Dia tak tau apa maksud papanya mengancam ayah si korban.
Ayah si korban menjadi bungkam. Dia ingin sekali mempenjara kan orang yang menabrak anaknya, tapi dia juga tak mau jika dirinya juga dipenjara.
"Sesuai perjanjian kau harus lunaskan hutang mu yang banyak itu kepada ku hari ini, jika tidak kau akan ku masukkan ke penjara," ancam pria yang disebut 'tuan' tersebut.
"Saya mohon Tuan, beri saya kesempatan untuk melunasi hutang-hutang saya," ayah korban tersebut bertekuk lutut dihadapan kedua pria tersebut dengan wajah begitu memelas.
"Kamu tenang saja, aku tak akan mempenjara kan dirimu dan akan menganggap semua hutang-hutang mu lunas, asalkan putraku tidak kau laporkan ke polisi."
Awalnya ayah korban diam, tapi dia juga tak mau dipenjara akhirnya dia menyetujui persyaratan yang diajukan oleh pria itu.
"Baik s-saya setuju!" ucap ayah korban dengan berat hati.
***
(Sebelum pernikahan)
"Yumna..." panggil pak Bayu dari arah ruang tamu.
"Iya Pak!" Yumna tergopoh-gopoh menuju ke ruang tamu dengan panggilan bapaknya yang memanggil namanya.
"Buatkan minuman, ada tamu datang!" titah pak Bayu.
"Iya Pak!"
Yumna pergi membuatkan tamu bapaknya itu minuman, sebelum pergi dia melihat sosok pria muda yang bertamu ke rumahnya.
Bukan pertama kali ini dia datang bertamu ke rumah, sudah beberapa kali dia datang dan Yumna tak tau apa tujuannya untuk datang ke rumah.
Tak lama kemudian Yumna kembali ke ruang tamu untuk membawakan tamu bapaknya minuman serta cemilan, sebelum sampai ke ruang itu Yumna mendengar samar-samar tentang pernikahan, tapi dia masa bodoh dengan itu.
"Ini minumnya!" Yumna menaruhkan minumannya di atas meja serta cemilan yang ia bawa.
Tak sengaja Yumna melirik pria yang sering bertamu ke rumahnya belakangan ini. Hingga di mana mereka saling tatap-tatapan beberapa detik.
Di sana jantung Yumna berdetak cepat ketika melihat ketampanan pria yang sedang ia tatap itu.
"MasyaAllah sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini," batin Yumna yang terpana dengan ketampanan pria itu.
Hingga akhirnya Yumna tersadar dari lamunannya lalu pergi secepat mungkin dari sana. Dia memegang dadanya yang terasa sesak.
"Astagfirullah'halazim!" Yumna mengelus-elus dadanya yang masih terasa berdebar cepat.
"Lagi apa Nak?" tiba-tiba buk Ayu memegang pundak anaknya sontak membuat Yumna kaget.
"Astaghfirullah'halazim Ibu! Yumna kira siapa tadi," gerutu Yumna kembali memegang dadanya.
"Memangnya kamu pikir siapa?"
"Nggak ada sih, Yumna hanya kaget saja."
"Tamunya masih ada?" tanya buk Ayu.
"Masih, tadi Yumna baru selesai memberikannya minuman padanya. Memangnya siapa itu Buk? Sepertinya Yumna sering melihat dia mengunjungi rumah."
"Kamu duduk dulu, Ibu mau menanyakan sesuatu padamu."
Terlihat raut wajah buk Ayu terlihat serius, Yumna pun duduk di kursi ruang makan. Sekarang ibu dan anak itu berhadapan satu sama lain dengan wajah serius.
"Ibu mau tanya, apa kamu punya pacar atau orang yang kamu suka?"
"Kenapa Ibu bertanya tiba-tiba seperti itu?"
"Ibu hanya ingin memastikan saja."
"Kalau pacar nggak ada Buk, tapi kalau orang yang Yumna suka sepertinya juga belum ada."
"Lalu dengan Haikal bagaimana?"
"Haikal?" Yumna bingung kenapa ibunya bertanya tentang Haikal temannya.
"Bukannya kamu dekat dengannya? Dan terlihat dia juga suka sama kamu."
"Yumna hanya menganggapnya sebagai teman saja, nggak lebih. Memangnya kenapa Ibu bertanya seperti ini?"
"Tidak ada, Ibu hanya ingin tau saja."
"Bagaimana pendapat mu dengan pria yang bertamu itu?" tiba-tiba saja buk Ayu menanyakan hal aneh seperti itu pada anaknya.
"Yumna tak mengenal pria itu, jadi Yumna tak bisa berpendapat tentang dirinya."
"Kalau garis besarnya? Maksud Ibu bagaimana menurut mu tentang dirinya yang kamu lihat saat ini?"
"Hem!" Yumna sedikit berpikir.
"Dia tampan dan terlihat sopan," jawab Yumna dengan seadanya.
"Sebenarnya pria itu ke sini ingin melamar mu sebagai istrinya."
Deg!
"Apa?" Yumna begitu kaget dengan pernyataan ibunya yang secara tiba-tiba.
"Dia sudah dari beberapa bulan lalu meminta izin pada Bapak mu untuk melamar mu sebagai istrinya, tapi Bapak mu selalu menolaknya. Tapi entah sekarang apa Bapak mu kembali menolaknya atau tidak, dia tidak pernah pantang menyerah untuk mendapatkan restu Bapak mu."
"Bagaimana bisa dia ingat melamar Yumna? Sedangkan kita tak pernah saling bertemu dan berkenalan, bagaimana bisa dia mau menjadikan Yumna sebagai istrinya," Yumna tak habis pikir dengan pria yang ingin menjadikannya istri itu.
"Katanya dia sering memperhatikan mu pergi dan pulang mengajar dari sekolah. Cara mu menyapa, senyuman ramah mu dan sopan santun membuatnya tertarik dan ingin melamar mu."
"Bagaimana bisa dia memerhatikan kan Yumna?" Yumna tambah bingung.
"Dia tinggal di desa sebelah, desa tempat kamu mengajar."
Tapi Yumna berpikir keras kenapa dia tak pernah menemukan orang itu di desa sebelah. Padahal dia juga akrab di desa sana tapi wajahnya begitu asing dan tak pernah melihatnya berkeliaran di desa sana.
***
Malam pun tiba, Keluarga kecil pak Bayu berkumpul untuk makan malam bersama-sama seperti biasa.
"Yumna..." panggil pak Bayu setelah makan malam mereka selesai.
"Iya Pak!"
"Apa Ibu mu sudah memberitahu mu tentang lamaran itu?"
"Sudah Pak."
"Bagaimana tanggapan mu tentang itu?"
"Tanggapan yang bagaimana Pak? Yumna tak mengerti," Yumna sedikit kalu menghadapi bapaknya tentang masalah itu.
"Tadi dia kembali memohon untuk melamar mu kembali, Bapak belum memberikan keputusan karena keputusan hanya ada di tangan kamu saat ini."
"Yumna belum mengenal pria itu, bagaimana aku bisa menerimanya jika belum tau tentang dirinya."
"Namanya Ezra, dia sudah menceritakan tentang dirinya, dia anak yatim-piatu. Dia tinggal di desa sebelah dan bekerja di salah satu cabang perusahaan Rahardian Grup di kota kita."
"Jadi orang tuanya sudah tidak ada? sebab itu dia melamar kan dirinya sendiri untuk melamar Yumna?" gumam Yumna dalam hati. Dia salut dengan keberanian pria itu untuk melamarnya.
"Katanya dia kagum dengan mu, dia begitu yakin kamu perempuan yang tepat untuk dijadikan pendamping hidupnya. Ya walaupun dia masih mengontrak rumah tapi setidaknya dia mempunyai pekerjaan tetap."
"Apa Bapak setuju dengan pria itu?" Yumna balik bertanya pada bapaknya.
"Lho! kok balik nanya sama Bapak? Seharusnya Bapak yang nanya seperti itu, kalau Bapak sih setuju-setuju saja karena terlihat anaknya baik dan bertanggung jawab."
"Yumna pikir-pikir dulu, ini masalah besar jadi Yumna tak mau gegabah dalam mengambil keputusan."
Keputusan Yumna saat ini diterima oleh kedua orang tuanya, mereka juga tak mau memaksakan anaknya untuk menikah secepatnya. Terserah pada Yumna saja.
***
Ketika pulang mengajar, Yumna melangkahkan kakinya menuju ke rumah, dengan trik matahari yang begitu memuncak pada siang hari ini membuat Yumna mereka begitu lelah. Angkot maupun ojek sama sekali tak ada melintas di sepanjang jalan membuat Yumna terpaksa pulang dengan berjalan kaki.
Tit... tit... tit...
Suara klakson motor menghentikan langkah kaki Yumna untuk melangkah. Dia melirik ke sampingnya, terlihat motor berhenti di sampingnya dengan pengendara yang sudah tak asing bagi Yumna.
"Mau aku antar?" tanya pemilik motor yang berhenti di samping Yumna.
"Tidak usah Mas, saya jalan saja," tolak Yumna.
"Nggak usah nolak, saya ngerti kok kamu nggak enak karena lamaran saya. Lamaran itu jangan kamu pikirkan, lebih baik saya antarkan kamu ke rumah."
"Saya bisa jalan kaki, lagian rumah saya nggak jauh dari sini."
"Jangan nolak seperti itu, saya ikhlas bantu kamu. Dan juga cuaca hari ini sangat panas."
Dengan terpaksa Yumna mau diantar oleh Ezra pria yang sudah beberapa kali ingin melamarnya sebagai istrinya itu. Di sepanjang perjalanan mereka hanya diam saja tanpa ada pembicaraan di atas motor hingga sampai di depan rumah Yumna.
See you again ^_^
Jangan lupa like, komen dan vote ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Kurnaesih
hadir Thor 💖👍👍
2023-03-21
0