Keingintahuan Leo

Pagi yang indah membuat pikiran jadi tenang dan tentram dengan cuaca yang sangat mendukung. Matahari secara perlahan mulai menampakan wujudnya, kubuka tirai gorden yang ada di kamarku dengan perlahan aku menghirup oksigen pagi yang begitu menenangkan. Hari ini adalah hari minggu, rencananya aku dan rina aku melakukan jogging bersama di taman.

Aku sudah siap dengan pakaian olahraga ku dan juga hijab instan yang kukenakan. Ku sapa setiap pelayan yang sedang berlalu lalang mengerjakan setiap pekerjaan mereka masing-masing.

Kulihat kakek yang sedang membaca koran di taman samping mansion. Aku menyapanya dan menciumi pipinya yang sudah terlihat kurus dan berkeriput.

"Pagi kek." Sapaku dengan tersenyum manis kearahnya.

"Pagi sayang. Mau jogging ya, pakai skuter aja nyampek tamannya biar enggak capek." Ucapnya memberi saran.

"Ide bagus sih kek, yaudah aku berangkat ya kek." Jawab diba.

Aku pun mengambil skuter, dan mulai membelah jalanan komplek menuju taman. Disana ternyata rina sudah lebih dulu sampai dan melambaikan tangannya ke arah kuh.

"Diba aku disini." Teriak rina dari kejauhan.

Akupun segera menuju ketempat rina berada, namun di saat aku sedang menjalankan skuter ku. Aku tertabrak dengan pengendara skuter lainnya dan alhasil kamu sama-sama terjatuh.

"Aduh bisa main skuter enggak sih." Omelku kesal karena terjatuh dari skuter milikku.

"Maaf maaf aku enggak sengaja, ada yang sakit enggak." Tanya laki-laki yang menabrakku.

Ku angkat wajahku untuk melihat siapa laki-laki tersebut, ternyata dia adalah Leo teman kampusku. Aku jadi salah tingkah dan sedikit gerogi, tapi aku berusaha untuk menetralkan perasaan ku. Rina berlari ke arahku dan membantu ku untuk berdiri.

"Ya ampun Diba, kenapa bisa jatuh begini." Ucap rina yang berusaha untuk membantu ku berdiri.

"Kecelakaan kecil rin, udah engga papa kok." jawabku.

Leo merasa bersalah dan meminta maaf, jadinya dia ingin mentraktir kami untuk makan bubur yang ada di taman. Awalnya sih aku menolak karena merasa risih juga enggak enak hati, tapi karena dia yang terus memaksa dan rina langsung mengiyakannya. Jadi deh kami makan bertiga, leo tidak banyak ngomong kepribadiannya hampir sama denganku hanya saja dia sangat suka mencuri curi pandang ke arahku.

"Diba, besok ada kegiatan di kampus kamu mau ikut gak." Tanya rina.

"Emm kegiatan gimana maksudnya." tanya diba heran. Leo terus saja memperhatikan interaksi antara rina dan juga adiba.

"Itu loh kegiatan akademik maha siswa dan maha siswi, katanya sih besok acaranya." Jelas rina.

"Acaranya besok, berarti udah telat dong rin ngedaftarinnya gimana sih kamu." Adiba geleng-geleng kepala.

Rina melongo dan kemudian cengengesan.

"Hehe aku telat infonya diba."

"Yee nyengir lagi. Udah mau zuhur ini balik yok." Ajak diba, dia seakan lupa jika di antara mereka ada seorang laki-laki yang sedari tadi menyimak tanpa ikut nimbrung.

"Eh perasaan tadi kita bersama leo, mana ya dia." Ucap rina baru nggeh dengan keberadaan leo.

"Gue disini." Jawab leo dengan mengangkat tangannya ke atas dan kepala menunduk.

"Btw, makasih loh ya traktirannya kita mau pulang." Ucap rina.

Adiba hanya diam melihat mereka berbicara.

"Buru buru amat. Emang mau kemana, masih jam 12 loh ini." Ucap leo sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

"Dasar lu, kita mau mandi terus shalat zuhur. Emangnya lu males." Ucap rina tanpa memfilter ucapannya.

Leo lupa jika mereka berbeda keyakinan, dia juga bingung harus menjawab apa selain mengiyakan dan mengizinkan mereka untuk pergi.

Walaupun dirinya bukan beragama islam, tapi leo cukup paham sama yang namanya shalat. Cuma karena sedari lahir dirinya berasal dari keluarga yang punya keyakinan yang berbeda. Jadi leo sudah terbiasa dengan semua itu, walaupun hati nuraninya sangat penasaran dengan agama islam. Tapi dia tidak berani bertanya kepada orang tuanya, ataupun kerabatnya.

Adiba menunduk saat melewati leo, dan dia segera pergi bersama rina meninggalkan taman.

"Bye diba, sampai ketemu besok." Rina melambaikan tangannya saat berpisah menuju rumah mereka Masing-masing.

Adiba pun membalas lambaian tangan rina, dan kembali menaiki sekuter nya untuk pulang.

Sedangkan di taman, leo duduk dengan memangku kedua lututnya. Dirinya begitu sangat mengagumi seorang adiba, entah perasaan dari mana itu datangnya. Yang jelas hatinya selalu hangat dan berdesir saat menatap wajahnya adiba.

Ingin sekali dia melihat wajah adiba secara dekat, namun selalu terhalang. Karena adiba selalu menunduk di saat berhadapan dengannya. Dia sampai merasa bingung sendiri, apakah dirinya begitu buruk dan jelek sehingga adiba tidak berani menatapnya.

"Hufft baru kali ini gue jadi serba salah, adiba heuh sangat menarik." Gumam leo sambil tersenyum sendiri saat membayangkan betapa pendiam nya gadis cantik yang bernama adiba.

Sebelum pulang, dia memasuki sebuah gereja yang berada dekat dengan taman. Leo melihat lihat perbedaan mesjid dengan gerejanya, dia semakin memasuki kedalam. Tepat di depan sebuah patung yang biasa di sembah, dia jadi bingung dan kembali berpikir.

"Patung kan beda mati, tapi kami selalu menyembahnya lalu seperti apa wujud Tuhan orang islam." Tanyanya dalam hati.

Sambil melihat lihat leo mengambil sebuah buku yang terletak di samping patung tersebut. Dia pun mulai membuka dan penasaran akan isinya.

Di buku tersebut tertera beberapa pertanyaan dari orang yang seiman dengannya. Ada yang menanyakan berapakah Tuhan mereka, dan siapakah Tuhan yang seharusnya mereka sembah.

Dan di buku tersebut juga ada jawaban yang telah di tulis oleh seorang pendeta.

'Tritunggal atau trinitas bukanlah suatu keberanian yang di peroleh melalui akal budi atau di buat oleh manusia, melainkan suatu kebenaran yang di ketahuilah melalui pernyataan dan perwahyuan. Sebagaimana yang Tuhan ungkapkan mengenai dirinya di dalam Alkitab. Sekalipun kata 'Tritunggal' atau 'Trinitas' itu sendiri. Tidak ada di dalam alkitab, namun itu adalah istilah yang di gunakan oleh Gereja selama ribuan tahun untuk menjelaskan bagaimana Tuhan menyatakan dirinya kepada manusia. Atas apa yang terungkap dalam Alkitab pada Konsili di 'Nicea' tahun 325. Pemahaman akan Tritunggal di bukukan. Argumentasi yang menyatakan bahwa ajaran Tritunggal tidaklah alkitabiah semata-mata karena tidak ada tertulis demikian di Alkitab. Justru tidak alkitabiah. Ratusan ayat dalam Alkitab menunjukkan bahwa Tuhan yang kita sembah dalam nama Yesus Kristus adalah Tuhan yang Tritunggal. Yang harus kita mengerti adalah bahwa Tuhan yang kita sembah adalah suatu realita yang melampaui keberadaan kita. Kita hanya dapat memahami Tritunggal sejauh mana Tuhan mengungkapkan hal tersebut. Kita dapat memahami ke Tritunggalan Tuhan sampai titik tertentu saja-----Tidak 100% -----dan selanjutnya adalah menerimanya dengan iman.'

Leo membolak-balikan buku tersebut dengan bingung. Kata kata dalam buku tersebut sangat membuatnya bingung dan dia tidak tau harus menyimak nya seperti apa. Ternyata ajaran mereka sangat sulit dan dia semakin tau perbedaannya.

Karena tidak ingin berlama-lama disana, dia pun beranjak pulang dengan hati yang gelisah.

***Cerita ini hanya fiktif belaka, saya hanya ingin membuat sebuah cerita. Bukan untuk membeda bedakan, mohon maaf bila ada kesalahan. Jujur saya tidak punya maksud lain, semoga tidak ada yang merasa salah paham dalam memahaminya 🙏🙏😊😇

#Bersambung***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!