Mau pergi kemana mbak Lola. Tumben sama suami," ucap Bu Inem tetangga sebelah saat melihat Lola yang baru saja keluar dari rumah bersama sang suami. Kebetulan wanita itu sedang menyapu pekarangan rumahnya.
" Ini Bu, mau belanja bulanan," balas Lola ramah, tak lupa dengan senyum yang terpatri di bibirnya.
" Oh emang suaminya gak syuting film?" Tanya wanita itu teringat kalau Lola pernah menyebutkan akhir-akhir ini suaminya sedang mengerjakan projek film terbaru. Selain itu juga melihat Arvi, jam segini jelas adalah hal yang sangat jarang sekali ia dan tetangga lain lihat.
" Lagi libur Bu, dia udah janji mau nemenin saya seharian," jawab Lola. Dia tahu kalau Arvi pasti canggung untuk sekedar menjawab pertanyaan basa basi seperti tersebut. Ya bisa di bilang suaminya itu bisa cerewet saat bersamanya saja.
"Wah gak nyangka mas Arvi bisa seromantis itu sama istri. Padahal kelihatan nya seperti suami-suami cuek gitu ya?"
Lola tertawa ringan sebelum beralih menatap Arvi yang kelihatan bosan mendengar obrolan itu. Tangannya bergerak untuk memeluk lengan suaminya itu erat. " Cuek-cuek gini aslinya sayang kok, Bu. Diluarnya aja begini kalo lagi berdua mah beda lagi, Bucin."
" Sebelas dua belas ternyata sama suami saya. Di luar cuek tapi pas lagi berdua Bucin. Apalagi kalau udah diranjang behh hilang sudah aura wibawanya." Curhat bu Inem membuat Lola lantas terkekeh mendengarnya.
" Sayang ayo pergi." Ucap Arvi yang sudah mulai tak nyaman dengan pembicaraan Bu Inem.
" Kalau gitu saya pamit dulu ya, Bu. Daripada nanti kesorean."
" Iya mbak Lola hati-hati dijalan!"
Lola mengangguk. Dapat dilihat Arvi, mengulas senyum tipis saat matanya tanpa sengaja bersirobok dengan Bu Inem yang mesem-mesem menatapnya. Membuat Lola lagi-lagi terkekeh pelan sebelum masuk kedalam mobil.
" Apa ibu-ibu selalu begitu?" Tanya Arvi usai memastikan Lola memakai sabuk pengaman.
" Selalu begitu apa?" Lola balik bertanya.
" Membicarakan suaminya dibelakang."
Lola lagi-lagi tertawa. " Mas mayoritas pembicaraan ibu-ibu itu kalo nggak ngegosipin orang lain ya pasti ngomongin suaminya."
" Berarti kalo Mas gak ada dirumah kamu juga seperti itu."
" Ooo jelas dong. Masa aku kalah sama ibu-ibu yang lain." Balas Lola yang secara tak langsung ia mengakui kalau dia adalah bagian dari ibu-ibu.
Arvi yang penasaran lantas bertanya, " Ngomongin apa emang?"
" Kepo ya?" Kekeh Lola sambil menusuk-nusukkan jadinya kepipi Arvi. " Ya jelas aku ikut banggain suamiku. Banyak yang ngira kalau sikap mas ke aku itu sama cuek nya kalau lagi berhadapan sama mereka. Mereka ngira aku menikah itu karena terpaksa bukan karena cinta gitu."
" Sembarangan." Seru Arvi tak terima.
" Ya jelas aku cinta banget lah sama kamu."
Lola sontak menyemburkan tawa mendengar nya. " Mereka bisa berpikir begitu karena gak pernah lihat saling romantisan." Ujarnya. Ya setiap kali berangkat kerja dan kebetulan ada ibu-ibu yang menatap mereka. Arvi memang tak pernah mengecup kening dan bibir Lola seperti biasanya. Bukan apa-apa dia hanya merasa malu jika melakukannya sambil dilihat orang lain. Membuat orang-orang jadi berasumsi kalau mereka pasangan suami istri yang kurang harmonis.
" Memang harus banget keromantisan itu dipamerin ke orang-orang ?"
Lola mengangkat bahu acuh. " Gak harus sih tapi kan namanya ibu-ibu pasti suka mengambil kesimpulan sendiri."
" Kamu paham banget ya, sayang." Kekeh Arvi.
" Iya dong, tapi aku gak pernah bongkar hal-hal yang privasi kita ke mereka kok," balas Lola memberi tahu.
" Maksudnya?"
" Kayak Bu Inem tadi. Dia sering cerita kalau suaminya akhir-akhir ini udah gak sanggup beronde-ronde. Dan dia suka kesel kalau ditinggal tidur duluan.
" Are you serious? Kenapa harus ceritain hal semacam itu ke orang-orang?" Arvi sekilas menatap istrinya itu tidak percaya.
" Mas gak usah kaget. Itu hal yang biasa kok dikalangan ibu-ibu. Aku sering dengerin mereka yang selalu ngeluh tentang suaminya masing-masing. Semacam love hate Relationship gitu tapi gak lucu." Lola terkekeh geli saat mengingat-ingat obrolan yang sering ia dengar dari tetangganya yang kebanyakan ibu-ibu itu. Yang kadang mengalahi pengantin baru, tapi tak jarang bertengkar seperti Tom Jerry.
" Eh." Lola yang baru tersadar lantas membelalakkan mata dengan mulut terbuka.
" Kenapa?" Tanya Arvi heran.
" Harusnya itu rahasia. Rahasia yang gak boleh disebarkan kesiapa pun selain perkumpulan ibu-ibu. Kenapa Lola tadi jadi ceritain ke mas."
Peraturan mendengarkan gosip dikomplek tersebut adalah tidak boleh menyebarkan apapun yang mereka dengar ke orang lain. Itu rahasia! Dan Lola bersumpah untuk tidak menceritakannya pada siapapun.
" Inget ya bagi siapa yang menyebarkan gosip perkumpulan ini ke orang lain, saya sumpahin pantatnya kremian."
Ucapan Bu Inem mulai terngiang-ngiang didalam benak, Lola. Ya Tuhan! Apakah sekarang ia harus meminum obat cacing untuk mengantisipasi agar tidak terjadi?
******
Punya suami royal memang menyenangkan. Apalagi jika dia mengutamakan pasangannya sebelum dirinya sendiri.
" Pembalut mu udah?" Tanya Arvi pada Lola yang kini kelihatan kebingungan harus membeli apa karena kebetulan catatan belanjanya tertinggal dirumah.
" Kayaknya masih ada deh, Mas." Ujar Lola sambil mengingat-ingat.
" Kemarin mas lihat cuma tinggal satu di lemari. Beli lah lagi aja! Yang ini kan?"
Arvi memasukkan satu pack besar pembalut dengan merek tertentu kedalam troli setelah Lola menganggukkan kepalanya. Bisa dibilang ia memang selalu memakai merek pembalut yang sama sejak pertama kali mendapatkan haid. Jadi tidak heran suaminya itu sampai hapal merek pembalut yang ia gunakan. Jangankan merek pembalut, Arvi juga selalu tahu jadwal Lola mendapatkan tamu bulanannya tersebut.
" Apalagi sabun? Shampoo ?"
" Oh iya!" Karena Arvi mengingat kan Lola pun mulai berjalan ke rak lainnya untuk mengambil beberapa peralatan mandi. Tak hanya untuknya tapi juga untuk sang suami.
Setelah itu mereka pun mulai berjalan menuju rak yang menyediakan bahan masakan. Mulai dari minyak goreng, bumbu dapur, ayam fillet, nugget, kentang, sosis, tuna, sarden, sudah ia masukkan kedalam troli. Lola jarang pergi berbelanja sendiri di supermarket seperti ini untuk keperluan bulanan. Selain karena ribet dan dia tidak punya tenaga yang cukup kuat untuk mendorong troli yang terlalu penuh, Arvi juga tidak mengizinkan Lola untuk pergi sendiri. Dia takut istrinya itu kelelahan. Beda lagi kalau Lola ingin keluar sekedar untuk kesalon atau bertemu teman, pria itu pasti akan langsung mengizinkannya dengan catatan jangan sampai lupa waktu.
" Mas gak capek?" Tanya Lola sambil menatap kearah suaminya itu.
" Gimana bisa capek kalau lihat kamu antusias begini."
Lola mengembangkan senyum. Bagi sebagian orang mungkin ditemani suami saat belanja bulanan itu adalah hal biasa, tapi bagi Lola, yang notabene punya suami super duper sibuk ini jelas adalah hal yang sangat ia nanti-nantikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments