Hasrat Menciummu!

Kampus menetapkan masa magang selama enam bulan. Pada dua bulan pertama, Gaidzan bergabung dengan divisi pembelanjaan kemudian pada dua bulan berikutnya ke divisi produksi dan kini pada akhir magangnya memilih masuk ke divisi pemasaran yang tengah dilema sejak kasus yang menimpa Ellys Morgan.

Paket produk kecantikan terbaru yang telah diproduksi kini mendapatkan jalan buntu pada proses pemasarannya. Pasalnya, proposal pemasaran produk yang sudah disetujui pada rapat sebelumnya tidak mungkin dilanjutkan.

"Kecantikan yang terlalu sempurna adalah sebuah kutukan. Bagaimana pendapatmu, Gaidzan?" oceh Adalrich menggeser kursinya ke meja Gaidzan.

"Tidak ada komentar," jawab Gaidzan dingin. Matanya masih fokus pada layar komputer kerjanya.

"Ck ck ck, ketampanan yang sempurna juga bisa menjadi dosa sebuah negara."

"Diamlah! Kembali ke divisimu." Gaidzan dalam keadaan buruk untuk sebuah gurauan yang dibuat oleh temannya.

"Gaidzan," panggil Adalrich kembali seraya berbisik, tak mengindahkan ucapan Gaidzan yang mengusirnya dengan dingin.

"Hm?" jawab Gaidzan acuh.

"Apakah koneksimu benar-benar tidak mengetahui keberadaan Ellys Morgan?" tanya Adalrich penasaran, suaranya rendah seperti berbisik, takut orang disekitarnya mendengar percakapan mereka.

"Apakah menurutmu ayahku akan diam saja membiarkan profit perusahaannya turun drastis seperti ini? Tentu dia sudah mengerahkan segala usahanya."

"Sangat aneh, gadis itu benar-benar misterius. Apakah menurutmu, keluarga Zahn Yvo berada dibalik semua ini?"

"Ya, aku juga sempat memikirkannya. Bagaimanapun, mereka adalah kompetitor yang menginginkan kejatuhan perusahaan."

"Mereka melakukan trik rendahan," ucap Adalrich menahan emosi.

"Mereka akan mendapatkan akibatnya jika mereka benar-benar berada dibalik kejadian ini," ucap Gaidzan penuh penekanan, terdengar menakutkan.

"Kapan kamu berhenti menjadi penonton?"

"Akan ada masanya. Mari kita lihat perkembangan kasusnya dulu," jawab Gaidzan.

"Gaidzan!" Panggil Goth kembalinya dari ruang Kepala Divisi, tangannya melambai malas dengan wajah yang tidak begitu senang.

"Aku akan kembali ke divisiku, lebih baik terkubur disana dengan hormat dari pada berada disini," ucap Adalrich lalu segera berlari seperti menghindari seekor anjing.

"Ya, Pak?" jawab Gaidzan menghampiri.

"Ini sudah yang ketiga kalinya aku kena omelan atasan. Apakah kamu sengaja membuat laporan buruk untukku?" oceh Goth kesal melempar dokumen ke dada Gaidzan dengan kuat dan menahannya disana, membuat Gaidzan agak terhuyung ke belakang karena tidak mewaspadai tindakan seniornya itu.

"..." Wajah Gaidzan jatuh ke lantai, pandangannya menatap tajam seakan mampu untuk melubangi keramiknya. Perasaannya yang buruk semakin memburuk karena seseorang yang ada di depannya.

"Uh! Aku kira kemampuanmu hanya cukup segini saja. Karena sebentar lagi kamu akan selesai magang, aku akan memberikanmu kesempatan untuk membawa presentasi mewakili devisi pemasaran I. Sebelumnya perbaiki laporan itu, jangan membuat devisi pemasaran I malu!" ungkap Goth. Dia tersenyum puas diakhir kalimatnya. Dia jelas sangat tidak menyukai Gaidzan, pria yang menurutnya selalu menggoda gadis-gadis di perusahaan dengan modal wajahnya yang sedikit diatas rata-rata itu. Setelah selesai mengatakan apa yang ingin dia katakan, Goth berbalik pergi dengan senyuman licik.

Gaidzan tahu dengan sangat baik jenis orang-orang yang seperti itu. Orang-orang yang memanfaatkan orang lain yang memiliki kedudukan lebih rendah darinya, kemudian menjadikannya kambing hitam untuk melindungi diri sendiri. Terlalu banyak parasit yang berinang di perusahaan yang akan diwariskan kelak padanya, suatu saat dia harus membasminya hingga ke akar-akarnya. Tidak ada salahnya untuk memulai dengan satu orang itu, bukan?

Rapat diadakan usai makan siang, semua divisi hadir untuk membuat laporan. Goth menunjuk Gaidzan untuk ikut dalam rapat dengan memasang topeng seorang senior yang membimbing juniornya dengan baik. Hingga akhirnya, ketika Gaidzan mempresentasikan proposalnya, CEO tersenyum puas dengan sambutan tepuk tangan dari semua orang yang rapat.

"Sangat bagus! Aku kira, kamu akan me dapatkan tawaran sebagai pekerja tetap oleh perusahaan setelah kamu lulus nanti!" ucap kepala divisi puas. Pria paruh baya itu sudah melihat potensi Gaidzan sejak awal bergabung dengan divisi pemasaran, dia juga mendapatkan informasi dari divisi sebelumnya tetang kinerjanya selama magang. Mendengar pujian itu, Gaidzan hanya memberikan senyuman tanpa keangkuhan.

"Terimakasih, Kepala Divisi. Semua ini berkat bimbingan dari bapak sendiri," ucap Gaidzan merendahkan hati, perkataannya semakin membuat Kepala Divisi berpuas hati.

"Tentu, tentu! Hahaha."

Kepala Divisi tertawa bahagia, dirangkulnya pundak Gaidzan dengan susah payah karena tubuhnya yang tertinggal jauh dari kata tinggi yang sama, lalu berbalik meninggalkan Gaidzan dengan perasaan senang.

Goth hanya berdiri dari kejauhan, ada kemarahan di matanya. Harga dirinya seperti dipermainkan dengan mudahnya. Gaidzan melirik dari ekor matanya, tak memperdulikan sama sekali. Tak lama kemudian, sikap acuh dengan aura dinginnya tiba-tiba beralih dengan sebuah kejutan di matanya ketika melihat ke lantai bawah.

Sekelompok mahasiswa dengan almamater yang berbeda, tengah berbaris rapi di lobby untuk mendengarkan beberapa arahan. Rupanya, perusahaan memberikan kesempatan lagi bagi para mahasiswa untuk melakukan peninjauan sebelum memutuskan untuk memasukkan formulir magang mereka. Walaupun pada akhirnya, perusahaanlah yang memegang keputusan terakhir apakah mereka diterima atau tidak.

Yang menarik perhatian Gaidzan saat ini adalah gadis yang tengah berdiri pada baris terdepan—Ellys. Rasa sakit di hatinya tiba-tiba seakan hilang, yang tersisa hanya rasa rindu yang semakin tidak terkendali.

Tak berselang lama, kelompok barisan itu terbagi menjadi lima kelompok lalu tersebar mengikuti pemandu masing-masing divisi.

"Wah! Perusahaan GHH benar-benar luar biasa!" ucap Carrelsa takjub melihat desain interior dari lobby yang sangat luas, terlihat mewah dengan beberapa sofa dan meja.

"Yah, aku setuju," jawab Ellys. Matanya fokus melihat pekerja yang tengah menurunkan baliho iklan produk kecantikan. Baliho itu cukup besar, semua orang akan dapat langsung melihat pesona Ellys Morgan ketika baru memasuki gedung.

"Aku dengar, Ellys Morgan telah memutuskan kontrak dengan GHH. Walaupun GHH mencoba membujuknya, tapi Ellys Morgan lebih memilih untuk membayar pinalti yang gosipnya cukup besar," jelas Carrelsa ketika melihat temannya menatap baliho itu.

"Aku rasa GHH sudah mendapatkan penggantinya," ucap Ellys.

"Yah, walaupun GHH sudah mendapatkan penggantinya. Aku rasa, tidak akan sebaik gadis itu!" tutur Carrelsa antusias, mendengar kalimat temannya membuatnya tersenyum tipis.

"Ck ck ck," seseorang mendecak tidak puas dari arah belakang. "Nama yang sama tidak menjamin rupa yang sama," lanjut Frayda.

"Apakah kamu punya masalah dengan kami?" ucap Carrelsa kesal. Gadis itu selalu saja menguping pembicaraan mereka dan selalu memberikan tanggapan yang tidak mengenakkan. Disty yang hanya terdiam di samping temannya, walaupun tidak bersuara namun wajahnya terlihat puas dengan kalimat yang diucapkan oleh temannya itu.

"Bagaimana ya, aku hanya merasa terganggu dengan pandanganku saja!" jawab Frayda memberikan cemoohan. Beberapa mahasiswa yang berada disekitarnya terdengar menahan tawa, menganggap pertengkaran kecil itu sebagai candaan yang cukup lucu.

Mengingat tempat mereka sekarang, Carrelsa berusaha menahan amarahnya. Sedangkan Ellys, wajahnya datar tanpa emosi.

"Tidak apa-apa, Carrelsa. Jangan dipedulikan. Okey?" ucap Ellys tersadar dari lamunannya beberapa saat lalu mengelus punggung tangan temannya, membuat dada Carrelsa semakin terasa sesak.

Bukan sekali dua kali hal serupa terjadi, perlakuan orang-orang yang selalu membandingkannya dengan seorang aktris yang rupawan, memiliki nama yang sama seolah menjadi sebuah dosa baginya. Namun pada akhirnya, itulah konsekuensi dari apa yang telah dia dramakan sejak dulu.

Baliho itu perlahan jatuh lalu tergulung rapi dan dibawa pergi. Ada kesedihan bercampur kekesalan dimatanya, tertutupi kaca mata tebal.

Ketika langkahnya menaiki tangga mengikuti mahasiswa lain yang didepannya, ia melihat pria tanpan dengan sorot mata yang dalam padanya.

"Ellys, lihat! Senior yang aku ceritakan kemarin ada di sana!" Bisik Carrelsa antusias. Hatinya begitu senang hingga melupakan kekesalannya kepada Disty beberapa saat yang lalu.

"Lihat! Dia melihat ke arah kita, bukan?" ucap Friday kepada Disty dengan senangnya.

"..." Ellys hanya terdiam, hatinya ragu untuk beberapa saat. Tatapan itu, jelas tertuju padanya.

"Siapa pria yang ada disana? Wah, dia terlihat begitu tampan!" terdengar beberapa bisikan serupa dari mahasiswa kampus lain.

"Dia adalah mahasiswa kebanggaan kampus kami," jawab gadis lainnya dari kampus yang sama.

"Perhatian," ucap seseorang yang menjadi pemandu mereka saat ini, "kita saat ini sedang berada di divisi Pemasaran. Perusahaan GHH memiliki lima divisi yaitu divisi pembelanjaan, divisi produksi, divisi pemasaran, divisi personalia dan divisi keuangan. Jika kalian magang pada perusahaan ini, kalian dapat menentukan sendiri tentang divisi mana kalian ingin ditempatkan," jelasnya lebih lanjut.

"Apakah kami bisa memilih lebih dari satu divisi?" tanya seorang mahasiswa dari kampus lainnya.

"Tentu! Nah, kebetulan sekali," ucap sang pemandu ketika mendapati Gaidzan berdiri tak jauh dari sana, "Gaidzan, tolong kesini!" lanjutnya.

"Ya, Pak."

Gaidzan menghampiri dengan mata yang tak pernah lepas dari Ellys, namun gadis itu terus saja menghindari tatapannya, membuatnya sedikit gusar. Ketika Gaidzan berdiri di samping pemandu, semangat barisan itu naik, membuat pemandu tersenyum tak berdaya.

Ketampanan mengalahkan segalanya.

"Gaidzan, ceritakan sedikit pengalamanmu di sini!" ucap sang pemandu.

"Hallo," ucap Gaidzan mengawali pembicaraan. "Aku adalah mahasiswa dari kampus HI University. Kalian dapat memilih divisi mana saja yang kalian ingin ditempatkan, kalian tentu dapat memahami pengalaman apa yang ingin kalian cari sesuai dengan jurusan kalian sendiri." jelasnya.

"Lalu, jurusan apa dan divisi apa senior ambil?" tanya seorang mahasiswa dibarisan yang sama dengan Ellys. Tepat berdiri dibelakangnya.

"Administrasi Bisnis. Pada dua bulan pertama, aku bergabung dengan divisi pembelanjaan kemudian pada dua bulan berikutnya ke divisi produksi dan kini divisi pemasaran. Memilih banyak divisi memang memberikan pengalaman yang banyak namun kalian juga harus fokus pada bidang kalian masing-masing," jelasnya. Diakhir kalimatnya pun, mata Gaidzan terus saja menatap mata Ellys lengan lekat.

"Terimakasih, Gaidzan. Kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu," ucap sang pemandu lalu mengarahkan para mahasiswa melihat beberapa fasilitas yang disediakan untuk divisi pemasaran.

Perusahaan GHH benar-benar luar biasa, bukan hanya sekadar nama besar yang terkenal hingga pasar internasional namun kesejahteraan karyawannya juga diprioritaskan seperti ruang istirahat dengan fasilitas sofa santai hingga ayunan santai, dapur dengan makanan panas maupun dingin yang bisa diambil karyawan secara gratis dan ruang terbuka yang bisa digunakan untuk bekerja secara santai. Tentu saja fasilitas tersebut dimiliki oleh masing-masing divisi.

"Senior," panggil Desty menghampiri ketika pemandu meninggalkan mereka sebentar, ia tersenyum cerah kepada Gaidzan dan bahkan membuat pria-pria di sekelilingnya terpesona.

"Ada apa?" ucap Gaidzan. Deretan mata itu menangkap keserasian diantara Gaidzan dan Desty. Mereka terlihat seperti kenalan yang baru bertemu kembali. Tapi, mata gadis itu terlihat jelas akan kekaguman dan ketertarikannya pada Gaidzan.

"Bagaimana magangmu?" tanya Desty penuh perhatian.

"Berjalan lancar," jawab Gaidzan seadanya.

"Aku akan magang di sini. Bagaimana pendapatmu?" tanya Desty kembali.

"Perusahaan ini cukup baik namun jangan menutup mata pada perusahaan lainnya. Kamu perlu meninjau dengan teliti sebelum menyerahkan formulirmu."

"Ya, kamu benar. Aku akan mengikuti saran darimu," ucap Desty senang.

"Ellys, bagaimana menurutmu?"

Terdengar percakapan sederhana yang tak jauh dari tempat Gaidzan berdiri, mendengar nama itu membuat Gaidzan menajamkan telinganya ke arah lain walaupun mata dan bibir masih menjawab basa basi seorang gadis yang tak menarik minatnya.

"Entahlah, aku masih mempertimbangkan beberapa faktor lainnya," jawab Ellys kepada Carrelsa.

"Mn, kamu harus memikirkan semuanya. Benar! Benar! Tapi, aku sudah jatuh hati dengan perusahaan ini. Aku harap, aku bisa diterima magang disini dan mendapatkan kontrak pegawai tetap!" ucap Carrelsa antusias dengan suara rendah, berusaha menjaga ketenangan orang-orang di sekitarnya.

"Aku mendoakan yang terbaik untuk masa depanmu."

"Ah? Kenapa kamu terdengar seperti ibukku?"

"Apakah kamu ini adalah anakku yang hilang?"

"Diam! Aku tidak sedang bercanda, Ellys. Terkadang, pemikiranmu itu jauh ke depan layaknya orang dewasa."

"Ada apa, Gaidzan?" tanya Desty ragu.

Apakah Gaidzan tersenyum tadi? Pikir Desty.

Mendengar pertanyaan Desty, membuat Gaidzan tersentak. Lalu segera menaikkan bahunya dengan malas untuk mengatakan tidak ada apa-apa.

Setelah satu jam berkeliling, lima kelompok itupun berkumpul kembali. Mereka diarahkan pergi ke kantin umum perusahaan untuk makan siang bersama. Untuk pergi ke kantin umum, mereka harus naik ke lantai tiga dengan memilih menggunakan eskalator, kemudian melewati koridor ruang penyimpanan.

"Hai," ucap Gaidzan menyambut keterkejutan Ellys pada matanya. Gaidzan telah menarik gadis itu diam-diam dari barisan memasuki salah satu ruang penyimpanan pada koridor panjang itu.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Ellys terkejut. Posisi antara mereka berdua saat ini sama sekali tidak nyaman.

"Uussst...," bisik Gaidzan. Seseorang tengah mendekat, Gaidzan dengan cepat memegang gagang pintu dengan kuat, tangan satunya lagi menahan sisi lainnya agar Ellys tidak kabur, dia hampir memeluknya. Ellys yang terpojok antara pintu dan Gaidzan tidak bisa mengatakan apapun ketika mengetahui seseorang akan menangkap mereka disana seperti seorang pencuri.

"Apakah pintu ini rusak lagi?" gumam seseorang dibalik pintu setelah berusaha menekan gagang pintu dengan sedikit usaha.

Ditengah rasa ketidaknyamanannya, jantungnya terdengar mulai berdebar kencang. Apakah debaran itu karena perasaan takut ketahuan ataukah karena pria tampan yang tengah memandangnya dengan begitu lekat.

Suasananya begitu hening, hanya terdengar suara nafas dan degup jantung yang memburu.

"Hallo, sepertinya pintu penyimpanan 404 rusak lagi. Bisakah teknisi datang ke sini untuk memeriksanya?" ucap seseorang diluar.

"Saat ini semua teknisi sedang beristirahat, tunggulah 30 mnit lagi," jawab seseorang dibalik telepon.

"Baiklah! Aku akan kembali dan mengeceknya dalam waktu 30 menit," ucap seseorang dibalik pintu. Terdengar suara telepon terputus disusul suara langkah kaki yang semakin mengecil ke kejauhan.

"Bisakah kita keluar? Mereka akan kembali lagi nanti," ucap Ellys. Tatapannya tak berani ia arahkan ke mata Gaidzan, hanya tertunduk menatap gagang pintu yang masih tertahan kuat disana. Ellys berusaha tidak menggerakkan tubuhnya satu inci pun agar tidak menyentuh lengan yang menahannya disamping ataupun menyentuh tubuh Gaidzan yang hampir memeluknya.

"..."

Tidak ada jawaban namun Ellys melihat gagang pintu itu dilepas, dia kira Gaidzan akan membiarkannya keluar seperti perkataannya. Tapi, lengan kuat itu berpindah lebih dekat untuk menahannya di kedua belah sisi. Mereka sedekat itu, nafaspun terasa membelai wajah. Namun, Gaidzan tak menyentuhnya sedikitpun.

Selama 22 tahun kehidupannya, Gaidzan tak pernah merasakan gejolak batin seperti ini. Kontrol diri dengan hasrat yang begitu membara untuk menyentuhnya saling berpacu. Wajah Ellys tepat dibawah matanya, walaupun Ellys terbilang tinggi diantara gadis lainnya namun tak dapat mengalahkan tinggi pria itu. Matanya lekat melihat inci demi inci; mata, telinga, hidung, bibir...

Tidak! Saat ini mereka adalah teman. Dan lebih buruknya lagi, wanitanya mungkin sedang terikat hubungan dengan pria lain.

"Gaidzan?" panggil Ellys rendah.

"Khem. Jadi, kamu akan memasukkan formulir magangmu di sini?" tanya Gaidzan.

Suara serak dan berat itu, terdengar begitu sensual. Untuk pertama kalinya Ellys mendengar suara Gaidzan sedekat itu sejak 4 tahun lalu, tidak terdengar asing.

"Sebenarnya temanku yang menyeretku untuk ikut," jawab Ellys, belum berani menaikkan pandangannya menatap Gaidzan. Jika bukan karena Carrelsa, dia tidak akan sampai terperangkap oleh Gaidzan seperti ini. Rasanya, ingin sekali untuk mengeluarkan beberapa kutukan untuknya!

"Ellys," panggil Gaidzan lirih.

Panggilan itu terdengar pilu, membuat Ellys menaikkan pandangannya tanpa sadar menatap Gaidzan. Tatapan pria itu begitu teduh, ada ketidakberdayaan di matanya. Seperti menyimpan seribu cerita yang tak terungkap. Asing namun terasa dekat.

"Hm?" gumam Ellys.

"Bukankah kita teman? Kenapa kamu masih merasa takut," ucap Gaidzan lirih.

"Maka bersikaplah layaknya teman, Gaidzan." ucap Ellys. Posisi saat ini tidak mencerminkan pertemanan sama sekali!

"Ya. Aku sedang berusaha," ucap Gaidzan sedikit menambah rasa humor dalam kalimatnya.

"..." Ellys terdiam dengan sorot mata yang mengancam ke Gaidzan. Itu bukan candaan!

Gaidzan mencoba bertahan dari godaan di depannya. Seperti candu, gadis itu seperti obat yang mengurangi rasa nyeri di hatinya, merangsang hasrat yang tertahan begitu lama.

Gaidzan kemudian mundur, melepaskan kedua lengannya yang bertumpu pada daun pintu. Pada akhirnya, kontrol dirinya menang dengan susah payah atas hasrat yang begitu besar. Hasrat menyentuhnya, merenggut lalu menciumnya.

Pintu itupun terbuka.

Gaidzan membuka pintu dan membiarkan Ellys keluar.

"Setelah belok kanan, Kantin Umum akan langsung terlihat," ucap Gaidzan memberikan arah lalu gadis itu pergi setelah mengucapkan salam seperti salam antara Senior dan Junior.

"Apakah kamu yang memanggil teknisi?" tanya seseorang menghampiri.

"Oh ya, pintunya sudah tidak apa-apa. Terimakasih atas kerja kerasmu," ucap Gaidzan sopan.

Terpopuler

Comments

Rindu Rembulan

Rindu Rembulan

Berikan ulasan yaa 🥰

2022-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!