Dosenku, Majikanku

Dosenku, Majikanku

Bab 1

Ting tong! Ting tong!

Bell berbunyi terdengar sampai kamar tidur Nadia yang masih belum bisa terlelap memikirkan majikannya. sontak Nadia bangkit, terbirit-birit keluar kamar melangkah kaki dengan cepat menuju pintu utama kediaman ini.

Pintu ia buka ditengah derasnya hujan yang melanda ibukota beserta petir yang menggelegar kuat. Nadia terpaku menatap majikannya terkulai lemas menyandar pada pintu yang tertutup.

Tubuhnya yang basah, memamerkan bentuk otot-otot tubuh yang dilapisi kemeja ketat itu. Wajahnya yang dipenuhi air hujan, membuat kulit putih itu terlihat amat pucat. Lantas, Nadia bergegas memapah majikannya, Devan, yang sepertinya tengah mabuk. Jelas terlihat dari matanya yang sayu dan tubuhnya yang lemah.

"Pak, kenapa anda baru pulang jam segini? anda mabuk, ya?" cecar Nadia

Devan tidak menjawab. Ia asyik memperhatikan gadis 20 tahun ini dengan tatapan yang aneh. Indra penglihatannya menyisir tubuh Nadia dari pangkal rambut panjang yang tergerai bebas, kemudian menatap wajahnya yang nyaris sempurna tanpa ada benalu di sana. Pipi yang chubby, hidung mancung, bibir mungil merah ranum, seketika Devan menelan salivanya dengan kasar.

Lalu pandangannya menyapu tubuh Nadia, gadis ini mengenakan baju tidur yang sopan tanpa memperlihatkan benda-benda kenyal didalamnya. Namun, entah mengapa pandangan ini menatapnya lain, seolah tubuh itu memperlihatkan belahan dadanya.

Oh, ****! Sesuatu didalam sana mulai menegang.

Nadia sadar tengah diperhatikan, namun ia tidak terlalu menggubrisnya. Tujuannya hanya satu, berhasil membopong tubuh kekar ini hingga ke lantai atas. akhirnya berhasil, Nadia menaruh tubuh sang majikan ke atas ranjang berukuran king size ini. Buru-buru ia mengambil handuk, dengan telaten Nadia mengusak rambut Devan yang basah lalu mengeringkan wajahnya.

Tiba-tiba kegiatannya terhenti kala Devan merebut kembali handuk itu. Mencampakkannya ke sembarang arah, menjatuhkan tubuh Nadia ke dalam pangkuannya. Nadia terperanjat shock, kedua matanya membola dengan jantung berpacu berkali-kali lebih cepat.

Devan mengurung tubuhnya dalam pelukan ini, tak dapat berontak sekalipun kecuali kaki. Nadia ingin dilepaskan, namun bibir ini dengan lancangnya disumpal oleh milik lelaki itu

"Le--

Belum selesai menyudahi kalimatnya, Nadia terperanjat kala bibir mereka bertemu. Devan menciumnya, ******* bibirnya dengan rakus hingga memaksa pertahanan Nadia harus dibuka.

Ada apa dengan majikannya ini? Apa mabuknya benar-benar berat sampai tidak sadar sudah menodainya? Nadia ingin menangis, tak tertahankan air mata ini mengucur deras membasahi pipinya.

Tak sampai disitu, Devan yang telah diliputi kabut hasrat langsung membaringkan Nadia hingga melucuti seluruh brnang yang membaluti tubuhnya. Nadia memberontak, ia menggelengkan kepala dan berteriak ingin menyadarkan ulah sang majikan.

"Pak, sadar! Saya ini pembantumu, jangan perkosa saya!" lirihnya

Siapa yang peduli, Devan sama sekali tidak menggubrisnya. Entah setan apa yang bersemayam didalam tubuh pria ini hingga tidak sadar akan apa yang ia lakukan.

Tapi, siapa tahu saja dia sadar, bukan?

Nadia menangis semakin menjadi kala merasakan denyut menyesakkan saat sebuah rudal menghantam pertahanannya. Nadia meringis ngilu, kedua kakinya bergetar. Sakit tak tertahan, rasanya perih dihantam sekasar itu.

**

Pagi telah tiba, kicauan burung sahut menyahut di angkasa. Matahari mulai menunjukkan peradabannya dimuka bumi. sepasang kelopak mata mengerjap-ngerjap perlahan hingga dapat melihat keadaan disekitarnya.

Menelisik ruangan yang tak pernah ia tempati ini, seketika memori beberapa waktu lalu mengingatkannya. Nadia membulatkan bola matanya, mulutnya ikut ternganga membayangkan kejadiaan naas tadi malam.

"Oh, tidak!"

Sontak saja Nadia mengintip tubuhnya dibalik selimut. Tubuh telanjangnya berhasil membuat air mata ini kembali mengucur. Ia menatap sengit pada pria disampingnya yang masih terlelap tanpa mengemban masalah. Seketika rasa benci memenuhi dadanya, bisa-bisanya Devan memperkosanya saat itu.

Tangisnya berlanjut didalam kamar mandi, membiarkan pancuran air menghantam kulit kepalanya. Nadia terduduk dilantai, menekuk kedua kakinya sembari membuang air kristal yang berharga.

"Ibu, Bapak, huhuhuhu," lirihnya menangisi diri yang sudah tidak suci lagi. Dengan kasar Nadia menggosok-gosok kulit tubuhnya penuh rasa jijik. Jijik karena sudah ternodai, tidak suci lagi. Padahal selama bekerja dengan sang majikan, pria itu tidak pernah bersikap kurang ajar padanya.

Apa alkohol benar-benar tidak menyisakan akal sehat sedikit saja? Sampai orang yang mengonsumsinya tidak sadar telah melakukan hal tersebut.

☆☆

Terpopuler

Comments

pingkygirl

pingkygirl

😍😍😍

2022-12-14

0

siti chabibah

siti chabibah

mampir thor, tp kenapa yg kemaren ngak di selesaikan dulu thor, kan nanggung kita bacanya. moga yg ini bisa sampai end

2022-12-14

0

Esti Restianti

Esti Restianti

lanjut

2022-12-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!