Bab 4

Nadia berdesah frustasi memandang kediaman milik Devan yang tidaklah terlalu mewah. Rumah modern dengan tampilan aestetic berukuran 8 x 20 meter dan sisa tanah yang lumayan luas untuk taman dan kolam renang. Biasanya Nadia giat bekerja dengan penuh semangat, kini rasanya begitu berat untuk melakukannya.

Tadi pagi hanya menyapu, mengepel dan membersihkan halaman, kini sudah jadwalnya untuk mencuci pakaian dan memasak menu makan malam. Menyuci? Jujur, untuk saat ini ia enggan sekali menyentuh bagian dari tubuh pria itu. Nadia begitu jijik, sentuhan tubuh mereka kembali terngiang-ngiang di kepalanya.

"Aku harus bicara dengannya! terserah mau apa, aku nggak mau lagi menyuci pakaiannya! Bahkan alat makan yang dia kenakan, nggak akan mau aku cuci!" sumpah Nadia

Nadia bergegas masuk ke dalam rumah. Tampaknya Devan belum pulang, mungkin saja tengah mengunjungi tempat usahanya untuk sekedar memperhatikan langsung keadaan di sana

Setiba di kamar, Nadia menghempaskan tubuhnya diatas ranjang. Menatap langit-langit kamar, ia teringat pada keluarganya di Ciwidey, kampung halaman Nadia. Nadia begitu merindukan mereka, ingin sekali pulang dan memeluk tubuh ringkih ibu dan bapaknya. Ingin mencurahkan hati namun tidak mungkin. Nadia bersikeras untuk merahasiakan kejadian naas yang telah ia alami.

"Maafkan Nadia yang nggak bisa menjaga diri di sini, Bu, Pak. maafkan Nadia sudah mengecewakan kalian," tangis Nadia menguar menyesali apa yang telah menimpa dirinya

"Maafkan, Nadia, mungkin Nadia tidak akan mau menikah dengan siapapun karna tubuh Nadia sudah nggak pantas lagi. hiks hiks hiks!" seketika tangisnya pecah. Dirinya sudah tidak berguna lagi, pria mana saja yang menyukainya pasti akan merasakan patah hati karna Nadia ingin menolaknya. Tak ada yang perlu dibanggakan dari tubuhnya, semuanya telah hilang dan lenyap, tak tersisa untuk jodohnya kelak

**

Sudah pukul lima sore, Devan baru saja pulang dari kegiatannya seharian ini. Rumah terlihat sangat sepi, lengang seolah tak ada napas kehidupan yang terdengar. Sejenak ia menoleh pada kamar Nadia, apa Nadia berada di kamarnya? entahlah.

Devan bergegas melangkahkan kaki menuju tangga, mencapai kamar pribadinya dilantai dua. panggilan alam mendesaknya untuk melangkah lebih cepat. Kebiasaan, kalau sudah waktunya keluar pasti langsung merasakan sesak yang amat dahsyat.

Menaruh tas laptop dan beberapa buku di atas kasur, Devan buru-buru berlari ke kamar mandi ingin menyelesaikan hajatnya.

Ditengah lamunannya duduk dicloset, tanpa sengaja pandangannya mengarah ke keranjang pakaian. Sudah bertumpuk, dan Devan tahu hari ini jadwal Nadia menyuci pakaiannya

Seketika Devan berdesah menghembuskan napasnya dengan payah. Ia mengerti, Nadia pasti enggan memasuki kamar pribadinya.

Usai menyelesaikan hajat, Devan mengangkut keranjang pakaian kotor berniat membawanya ke ruang laundry agar Nadia tidak perlu lagi memasuki kamarnya jika gadis itu memang keberatan untuk melangkah.

Menuju ruang laundry yang letaknya disebelah dapur, Devan terpaku melihat gadis itu mulai sibuk dengan alat tempurnya.

Devan mendekat, ingin menyapa.

"Nadia," panggilnya

Nadia menoleh ke belakang, mengelak melihat wujud maupun rupanya.

"Saya taruh baju di ruang laundry, ya," beritahu Devan

Nadia tercenung mendengarnya. Devan tahu dirinya tidak menyuci pakaian hari ini. Lantas, ia membalikkan badan menatap lelaki tersebut

"Saya tidak akan menyuci pakaian anda lagi. Lebih baik anda bawa ke laundry atau cuci sendiri. Terserah mau marah, jika memang harus dipotong gaji saya, tidak masalah. Ah, satu lagi, tiap anda selesai makan, tolong langsung dicuci. Karna saya tidak mau menyentuh apapun yang telah anda sentuh." peringat Nadia

Devan menyipitkan mata sejenak, apa sebegitu jijik dan bencinya terhadap diri ini? Devan tahu dirinya sudah bersikap kurang ajar, bahkan melebihi itu. Tapi, itu ia lakukan tanpa sadar. Saat itu hanya wajah sang kekasih yang memenuhi penglihatannya.

"Jadi bagaimana keputusan kamu? Saya bisa bertanggung jawab untuk menikahimu karna masalah itu," tanya Devan

Nadia memiringkan bibirnya. Memilih untuk terikat dengan lelaki ini? tentu saja tidak.

"Saya tidak mungkin menikah dengan anda. Hidup saya akan bertambah runyam jika harus terikat dengan orang yang bukan saya cintai, begitu pula sebaliknya."

"Lagian banyak kok perempuan diluar sana yang sudah tidak perawan, malah hidup lebih bebas nggak ada beban."

"Permintaan saya cuma tadi doang, tidak akan menyuci pakaian anda maupun seprai kasur anda. Bahkan tidak untuk beres-beres kamar anda. Lakukan saja sendiri atau panggil assisten rumah tangga orang tua anda. jangan lupa juga soal alat makan anda. Itu aja!" tegasnya dengan yakin

Tanpa meminta tanggapan sang majikan, Nadia kembali berbalik badan menatap alat tempurnya yang menganggur sejenak. Nadia mulai menyiapkan santapan makan malam mereka tanpa ingin mengulur waktu.

Devan menghembuskan napas dengan kasar. Rasa benci wanita itu terlihat sudah mendarah daging. Devan mengerti untuk saat ini wajar Nadia bersikap seperti itu. Semoga saja seiring berjalannya waktu, Nadia memaafkannya.

Devan kembali mengangkat keranjang kain kotor, melangkahkan kaki menuju ruang laundry. Jika memang itu permintaan Nadia, baiklah, akan ia turuti.

Terdengar mesin cuci diputar disela kesibukan Nadia di dapur. sejurus kemudian, ekor matanya menangkap sosok Devan keluar dari ruangan tersebut. Nadia mana peduli, ia tetap bersikap dingin pasca kejadian itu.

Biasanya ada sedikit obrolan dengan Devan disela kegiatannya. Entah itu sekedar bercerita hal konyol, maupun perihal kegiatan mereka seharian itu. Sudah seperti teman sendiri, bahkan Devan menganggapnya bak seorang adik yang patut dihormati.

Kini rasa sesal itu memenuhi dadanya, mengapa dirinya sampai tidak bisa menahan hasrat dan amarah saat malam itu. Apalagi melakukannya pada wanita yang salah.

**

Hari demi hari telah berlalu, suasana rumah tidak sehangat dulu. Tidak ada yang bisa diajak bercerita, dan itu sungguh membuatnya bosan dengan keadaan seperti ini terus menerus.

Sudah dua minggu lebih Nadia mendiaminya. Keluar kamar hanya untuk bekerja dan ke kampus.

Ceklek!

Decitan pintu yang dibuka terdengar dari arah kamar milik Nadia. Devan yang tengah asyik menonton televisi seketika menoleh ke arah kamar. Sosok wanita itu muncul dengan penampilan rapinya. Mengenakan celana jeans dan blouse, riasan wajah flawless yang membuatnya semakin terlihat cantik.

Devan mengernyit, mau kemana wanita ini?

"Mau kemana?" tanya Devan

"Pergi. sebelum jam sepuluh saya udah pulang kok, kayak biasanya." imbuh Nadia

"Tugas dari saya udah siap? sekalian harus mendalami materi. Besok ulangan!" Devan mengingatkannya

"Sudah. saya pamit dulu, teman-teman udah nunggu," pwmit Nadia. Nadia bergegas melamgkah ke pintu utama, malam ini ia dan kedua sahabatnya akan hangout ke mall ingin menonton bioskop yang segera menayangkan film keluaran terbaru.

Melihat gadis itu sudah pergi, Devan segera mematikan televisi. Ia bergegas berlari menuju lantai atas ingin mengambil kunci mobil. Tampaknya, mengikuti gadis itu ada serunya juga.

☆☆

Terpopuler

Comments

@alfaton🤴

@alfaton🤴

mana lanjutannya Thor

2022-12-25

0

Hanizar Nana

Hanizar Nana

lanjutkan Thor ini bagus ceritanya.cuma kok Nadia segitu nya.kan tugas dia bersih" semuanya dirumah

2022-12-24

1

Nur Laily

Nur Laily

Thor lanjut

2022-12-21

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!