Bab 4. Bumi Perkemahan

Sudah beberapa menit bus melaju, berangkat dari titik awal mula keberangkatan yang berlokasi di kampus tadi.

Di dalam bus, “Vin, aku seneng banget deh bisa camping bareng kamu. liburan bareng kamu. Duduk juga berdua dekat sama kamu kayak gini,” tutur Tiara sambil merebahkan kepalanya di bahu Kelvin. “Kamu seneng nggak?” sambung Tiara.

Apa yang harus dilakukan Kelvin, kikuk sekali rasanya. Diberi sikap mesra oleh Tiara sementara tepat di depannya yang hanya berjarak beberapa senti juga ada Vania. “Iya, aku seneng kok,” balas Kelvin sekedarnya, hanya dengan senyum manis saja yang merupakan ciri khasnya dirinya.

Sepanjang perjalanan, selama empat jam, aku harus kayak gini?? Oh, God. Sesak hatiku ini mau di kemanakan..., keluh pedih batin Vania, yang mendengar percakapan kecil Tiara kepada Kelvin.

Dan begitulah.. selama di perjalanan, Vania mencoba merelakskan dirinya hanya dengan mendengarkan musik memakai headset. Ia sengaja memutar lagu dari smart phone miliknya dengan volume suara yang lumayan keras dengan tujuan untuk meminimalisir kecemburuan yang akan ia alami melihat kedekatan Tiara dan Kelvin selama di dalam bus itu. Ia berharap agar ia terlelap saja, agar sekalian ia tidak melihat atau mendengar apapun tentang Tiara dan Kelvin yang ujung-ujungnya akan menyayat hati.

***

Karena padatnya arus lalu lintas, dua bus berwarna biru milik kampus yang membawa mahasiswa tersebut tiba di bumi perkemahan pukul 15.30 wib. Para mahasiswa pun segera turun dari bus. Kemudian sesuai komando dari ketua kelompok, mahasiswa berkumpul untuk mendengarkan rencana kerja dan kegiatan awal yang harus mereka lakukan sesampainya di bumi perkemahan tersebut, apalagi kalau bukan mendirikan tenda, mencari sumber air, dan membuat serta mencari kebutuhan-kebutuhan lain selama berkemah yang terdapat di sekitar lokasi camp. Ini keseruan saat berkemah, kerja sama!

Kurang lebih setengah jam sudah mereka menerima arahan dari ketua kelompok tentang apa-apa saja yang harus mereka lakukan di sana, dan apa-apa saja hal yang  tidak boleh mereka lakukan selama menjelajahi daerah tersebut, antara lain yaitu tidak ada yang boleh keluar dari area perkemahan tanpa seizin kelompok atau ketua kelompok.

Usai mendengarkan arahan dari sang ketua kelompok, masing-masing mahasiswa sesuai dengan kelompoknya mulai bergegas mencari lokasi yang strategis dan baik untuk segera mendirikan tenda.

“Dis, Van.. ini tendanya ada di tas aku. Ayo kita pasang di sini aja!” seru Tiara kepada kedua sahabatnya sambil mengeluarkan seperangkat tenda dari dalam tasnya yang sangat besar.

“Oke, Ra! Sini aku bantu,” balas Vania.

Mereka mulai bekerja sama mendirikan tenda. Ketiganya begitu asyik sampai lupa apa yang harus mereka kerjakan selain mendirikan tenda.

"Oh iya, aku cari air dulu ya... kita bagi tugas aja, biar cepat selesai," sambung Gadis tak kalah semangat dari kedua sahabatnya tadi, sambil berlalu pergi membawa sebuah ember kosong untuk di isi air guna keperluan mereka memasak selama di perkemahan.

“Oh.. ya udah kalo gitu, aku lapor ke ketua dulu ya, kalau lokasi kita ada di sini.” lanjut Tiara lagi, pun sambil berlalu pergi juga. Tinggallah Vania sendiri.

Saat Vania sedang sibuk dengan tendanya, Kelvin dengan diam-diam menghampiri, “Mau aku bantuin nggak?” tanya Kelvin.

Dengan setengah terkejut, Vania yang sedang berjongkok untuk memasang penahan pada tendanya, mendongak ke atas, ke arah datangnya suara, ”Oh, kamu Vin... nggak usah, aku bisa sendiri kok."

Kelvin tahu ia menyinggung pasal kedekatannya dengan Tiara saat di dalam bus selama perjalanan pergi tadi. “Kamu marah ya?” tanya Kelvin memastikan.

“Ya enggak lah. Buat apa aku marah. Aku kan cuma yang kedua di hati kamu. Yang pacar kamu kan Tiara,” berbicara tanpa memandang wajah Kelvin sedikit pun dan bertingkah seolah ia sangat sibuk sekali dengan pekerjaannya dan tidak ingin bertemu dengan Kelvin sedikit pun. Atau sebenarnya ia benar-benar sudah sangat patah hatinya...

Gadis dan Tiara sudah bersahabat sejak lama, jauh sebelum Vania berteman dengan mereka. Walaupun persahabatannya dengan Tiara masih terhitung belum terlalu lama, tapi Vania menyadari benar bahwa Tiara adalah sosok sahabat yang sangat baik untuknya. Namun terkadang Vania kalah oleh hati dan perasaannya sendiri, atas harapan yang diberikan Kelvin padanya, ia juga mencintai Kelvin. Oleh karena itu, terkadang rasa bersalahnya pada Tiara dan juga rasa hati yang sangat menyesak itu sangat sulit ia kendalikan.

Sementara Kelvin yang berdiri tepat di samping Vania yang sedari tadi sibuk dengan tendanya itu, semakin bingung harus bersikap bagaimana dengan ke ketusan Vania ini kepadanya.

Di saat keduanya saling diam saja, Tiara datang dari kejauhan dengan senyum cerianya melihat sang kekasih berada dekat dengan tenda mereka, “Hai, Vin! Kamu ngapain ke sini? Mau ketemu aku ya?” tutur polos Tiara sambil bergelayut manja pada lengan Kelvin.

“Iya, aku mau lihat kalian bisa atau enggak pasangin tendanya, aku pengen bantuin...” ucap Kelvin ramah kepada Tiara. Sedikit risih rasanya dengan perlakuan Tiara yang seperti itu kepadanya tepat di depan mata kepala Vania. Sementara Vania hanya diam saja dengan tetap menjaga senyum di wajahnya karena tak ingin sahabatnya, Tiara, curiga dengan apa yang terjadi di antara dirinya dan Kelvin.

Vania, yang sudah tidak bisa lagi menahan gerah hatinya melihat kedekatan antara Tiara dan Kelvin memutuskan untuk beranjak pergi dari tempat itu.

“Ra, aku pergi nyusulin Gadis dulu ya. Dia lama banget,"  ucap Vania kepada Tiara sambil berlalu pergi, tanpa memandang ke arah Kelvin sedikit pun.

“Oh, iya.. Van. Hati-hati ya kalian, udah mulai gelap. Cepat balik,” teriak Tiara dari kejauhan karena Vania sudah sangat jauh berlalu dari hadapannya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!