Kebohongan
Bella mencoba untuk sadar dan mengerjapkan matanya beberapa kali. Tawaran yang ia berikan pada lelaki di hadapannya ini, haruskah ia bayar dengan harga semahal itu? Menjadi istri seorang pembunuh bayaran, bukanlah hal yang mudah. Bella tak akan sanggup memenuhinya.
“Istrimu?” Bella mencicit lirih dalam heningnya malam. Tak ada sesuatu yang selama ini mampu membuat Bella syok selain kematian Daniel dan permintaan lelaki ini.
“Jangan terkejut. Aku bukanlah pria tak laku yang menawarkan diri padamu. Kita hanya sebatas menikah untuk mencari tahu agar mempermudah aku dalam menyelidiki kasus kematian suamimu,” ucap lelaki itu.
“Yakin hanya itu?” Bella bertanya dengan berani.
“Ya.” Tanpa Bella sadari, Lelaki itu mengunci manik matanya, memancing Bella untuk tenggelam dalam pesona mata sedalam lautan yang berwarna keemasan.
“Setelah menikah, bagaimana?” Tanya Bella. Lelaki di hadapan Bella ini menatap lama Bella, mencari tahu maksud pertanyaan Bella.
“Terserah padamu. Aku membebaskan dirimu akan bagaimana. Hanya saja, apa yang akan terjadi di masa depan, tetap Tuhan yang memiliki kuasa takdir. Jika kau bersedia untuk menerima kesepakatan ini, katakan, jika tidak, mundur dan aku tidak akan menyentuh sedikit pun kasus kematian suamimu.” Disinilah, Bella mulai gamang.
“Kuberi kau waktu tiga hari untuk berpikir. Ingat satu hal, ketika kau menerima tawaranku, jangan ada satu orang pun yang tau tentang Identitasku termasuk Max dan Ramon. Aku akan menyamar menjadi orang biasa. Katakan saja, kau kembali jatuh cinta, dan kau tidak meneruskan niat mencari tahu identitas pembunuh suamimu,” sambung Night Demon.
Bella bingung harus menerima atau menolak. Tapi ia tak memiliki pilihan lain. Pembunuh mendiang suaminya adalah orang-orang picik dan tentunya memiliki kekuatan besar dalam menggerakkan sesuatu. Hanya saja, untuk tahu siapa sosoknya saja, Bella tak mampu mencari tahu.
“Baiklah. Beri aku waktu untuk berpikir. Lalu, bagaimana aku harus mencarimu nanti. Adakah nomor yang perlu aku simpan untuk menghubungimu?” Bella bertanya dengan konyolnya.
“Tidak perlu. Aku yang akan mendatangimu nanti. Kau harus ingat satu hal, jangan pernah menceritakan tawaranku pada siapa pun, Bella. Simpan sendiri pembicaraan ini untuk dirimu dan tuhan. Jangan mencoba untuk menentangku dengan melanggar perintahku jika kau masih ingin melanjutkan hidupmu,” seru lelaki itu.
Bella hanya bisa mengangguk dan memalingkan wajahnya. Ada banyak hal yang Bella pikirkan.
“Baiklah, kaki tanganku yang akan mengantarmu kembali pada Max dan Ramon,” Lelaki itu bangkit dan berlalu pergi, meninggalkan Bella yang terpana melihat langkahnya. Langkahnya ringan tanpa suara. Tak terdengar di telinga Bella sama sekali.
Sejenak Bella memastikan, bahwa lelaki itu bukan hantu dan berjalan menapakkan kakinya di atas tanah. Ya Tuhan, baru kali ini Bella menemui makhluk demikian. Entah bagaimana caranya, lelaki itu terlihat aneh di mata Bella.
“Mari nyonya Ronnie, aku akan mengantarmu kembali,” sosok lelaki tadi mengejutkan Bella dari sisi kanan. Bella tentu terperanjat kaget dan baru sadar, bahwa ada lelaki yang tadi menghampirinya.
**
“Bagaimana, nyonya? Nyonya tak apa-apa?” Max begitu mengkhawatirkan Bella. Semenjak kematian Daniel, Max tak lagi mengikuti siapa pun. Hanya pada Bella Max berniat mengabdikan diri. Di bangku belakang, Ramon juga tak kalah terkejutnya.
“Kau… Kau baik-baik saja, Bella? Ya Tuhan, andai terjadi sesuatu padamu, aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri. Mendiang sahabatku, Daniel pasti akan mengutukku dari surga sana,” desah Ramon.
Bella menghembuskan nafasnya tak nyaman. Pertemuan dengan Night Demon yang sesungguhnya, cukup membuat emosi Bella tak karuan. Bella layaknya anak kecik yang kerdil di mata lelaki itu.
“Aku memang bertemu dengan Night Demon Max, Ramon. Tapi Night Demon masih belum bisa membantuku. Ada kasus yang masih ia tangani dan belum bisa ia selesaikan.” ungkap Bella lirih.
“Jadi, kau datang percuma?” Ramon bertanya dengan nada tak sukanya. Ia yang tadinya berharap bisa terbantu dengan Night Demon yang misterius itu, nyatanya harapannya harus pupus begitu saja.
“Ya. Tapi jika nanti kasusnya selesai dan pekerjaannya perlahan selesai, ia berjanji akan datang padaku dan membantuku. Jadi tenanglah, jangan khawatir. Ini hanya perkara waktu saja kita perlu menunggu. Setelahnya, hanya takdir dan Night Demon yang tahu, bagaimana nasib pembunuh Daniel sebentar lagi,” Bella menyandarkan bahunya dengan nyaman. Matanya terpejam sejenak untuk menikmati aroma lavender bercampur jeruk yang mendominasi ruangan mobil.
Bella masih ingat benar, bahwa Night Demon memintanya untuk menyembunyikan identitas si Night Demon sendiri. Bella juga sangat ingat, bahwa ia tak boleh mengatakan bahwa dirinya akan menikah secepatnya. Namun alasan Night Demon memintanya menjadi istri, entah mengapa Bella merasa masih tak bisa menerimanya. Tapi mau bagaimana lagi? Bell harus berpikir lebih jernih untuk masa depannya.
“Oh baiklah, aku pikir kita pulang dengan tangan kosong,” Ramon kembali mendesah pasrah.
“Tidak. Semua akan baik-baik saja. Oh ya, Max. Besok sore sepulang dari kantor, antar aku ke makam Daniel. Aku merindukannya dan sangat ingin Mengunjunginya. Boleh?” tanya Bella.
Max tersenyum dan mengangguk. Dalam hati, Max bersyukur, majikannya mendapatkan wanita yang benar-benar mencintainya. Hanya saja, Daniel kalah umur dan kalah takdir.
“Oh ya, Bella, bagaimana? Siapa Night Demon sebenarnya? Dia laki-laki atau perempuan?” pertanyaan Daniel, cukup membuat Bella membuka matanya lebar-lebar. Sekujur tubuhnya mendadak menegang dan wajahnya terlihat pucat.
Bagaimana ini? Apa yang harus Bella katakan? Bella berpikir cepat. Ia tak mau Daniel berpikir yang tidak-tidak dan juga curiga. Tak ada pilihan lain bagi Bella selain membohongi Daniel dan Max.
“Dia, emmm ... dia seorang wanita.” Bella menjawab gugup. Max dan Daniel sama curiganya terhadap Bella. Mengapa Bella bisa gugup begini? “Aku sendiri tak menyangka, kupikir ia laki-laki,” sambungnya lagi.
“Oh benarkah? Kalau begitu, kenalkan padaku? Siapa tahu ia bisa aku jadikan istri dan bisa menghabisi musuh-musuh Bisnisku tanpa aku harus membayar mahal padanya,” kelakar Ramon.
Bella mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia tak tahu lagi harus bagaimana setelah ini. Berbohong bukanlah kebiasaan Bella. Namun demi mengungkap kasus kematian Daniel, Bella terpaksa melakukan sesuatu yang tak pernah ia lakukan selama ini. Ini demi Daniel, juga demi keadilan yang telah lama mati.
“Ya Tuhan. Aku hanya tak bisa bayangkan, Ramon. Bagaimana jika seandainya nanti, kau dibunuh istrimu, hanya karena kau lupa mencuci piring?” Bella balas berkelakar. Ia mencoba untuk menutupi kegugupannya. “Dan lagi, jangan pernah bermimpi untuk memiliki istri yang abnormal. Hidupmu pasti akan menuai banyak kerumitan dan memancing tragedi yang tak perlu. Kau sahabatku dan mendiang Daniel, jangan sampai terjadi sesuatu padamu nanti.”
Bella semakin tak nyaman. Kebohongan ini, semakin membuat Bella tertekan. Bella harus apa?
“Kupikir ada benarnya juga. Bagaimana jika….. Kau saja yang menjadi istriku, Bella? Seorang Ramon pasti akan membahagiakanmu,” Ramon mulai gila.
Kalimat Ramon seolah-olah mengandung keseriusan, disaksikan Max yang tersenyum kecil.
Bella semakin pucat akibat syok yang bertubi-tubi.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Nur Amanina
novel yang sangat bagus
2022-12-17
2