Episode 3

Siapa dia sebenarnya?

Dalam hidup Bella, Bella tak pernah menemukan hidupnya akan serumit ini. Bertemu dan dipaksa untuk menghadapi bahaya seorang diri, adalah keadaan yang mengharuskan. Siapa sangka, karena kematian Daniel yang tragis, membuat Bella harus menahan pedih hingga melahirkan dendam membara dalam hatinya?

Janda mendiang Daniel itu memilih untuk membulatkan tekad untuk mengetahui pelaku pembunuhan suaminya setahun lalu. Tak hanya suami, bahkan putranya telah mati dibunuh dengan kejam dan tanpa perasaan. Satu yang membuat Bella tak habis pikir, mengapa harus ada bayi yang menjadi korban kejahatan mereka?

Sepanjang perjalanan, Bella menatap sekeliling. Mobil berhenti tepat di ujung jalan. Tak ada pemandangan apa pun yang terlihat, kecuali jejeran pepohonan dipinggir jalan. Kayu-kayu tua yang mungkin berusia puluhan hingga ratusan tahun, cukup menambah angker suasana. Terlebih, Night Demon memintanya untuk datang seorang diri di tengah malam.

“Aku akan mengekor dengan tuan Ramon, Nyonya. Berhati-hatilah di jalan. Jangan terima apa pun yang disuguhkan oleh Night Demon, karena ia bisa memilih untuk menghabisi musuhnya dengan banyak metode.” Max menatap penuh khawatir pada Bella. Kegamangan hatinya cukup membuat Max kehilangan kendali diri.

“Jangan khawatir, Max. Ini adalah jalan yang aku pilih. Jika aku tak kembali esok pagi, maka kau bisa melaporkan kehilanganku pada pihak berwajib. Hanya saja, untuk saat ini aku benar-benar tak ingin kehilangan kesempatan lagi. Hanya Night Demon yang bisa membantuku membalas musuh-musuh Daniel," Bella menjawab tenang.

“Hubungi saya sewaktu-waktu jika anda merasa terdesak, Nyonya. Jangan mencoba untuk memancing kemarahan Night Demon. Sekali lagi, jaga diri baik-baik.” Max hanya bisa melepas Bella dengan perasaan tak menentu.

Dengan keyakinan yang Bella tanam dalam dirinya, Bella lantas melangkahkan kakinya menjajaki jalanan setapak dengan menggunakan senter ponsel sebagai penerangan. Meski tak jauh dari tempat Bella saat ini, sebuah bangunan tua dan penghuninya sudah menunggu dirinya. Ada banyak hal Bella pikirkan, termasuk tentang nasib keselamatannya setelah bertemu Night Demon nanti.

Bella adalah pribadi yang penakut sebenarnya. Hanya saja, Bella Juga memiliki watak yang keras kepala dan tak pernah menyerah hingga titik darah penghabisan. Meski tampaknya Bella sangat rapuh, namun Bella adalah pribadi yang cukup tangguh dan tak pernah bersedia mengalah pada takdir.

Dengan langkah yang terseok dan perlahan tubuhnya yang semakin terasa lelah hingga berkeringat, Bela menyumpah serapah siapa pun itu Night Demon. Berani-beraninya dia membuat tuan putri selembut Bella harus menjelajahi hutan di gelap gulita seperti ini. Andai Bella tak butuh jasanya, Bella tak akan sudi datang.

Sebuah bangunan tua dengan kesan angker, telah menjulang tinggi saat Bella merasakan kakinya berjalan selama sekitar satu jam. Hening tak ada suara selain suara burung malam. Bella semakin merinding dan takut saja, saat tak ada siapa pun. Dengan keberanian yang hanya tersisa sekitar secuil jari, Bella memaksakan masuk, melihat sekeliling bangunan yang dipenuhi dengan tanaman semak belukar.

“Siapa pun kau penghuni bangunan ini, aku mohon tampakkan diri. Aku butuh banyak perjuangan hingga berada di titik ini.” Bella setengah berteriak dengan gemetar. Suaranya yang sedikit lantang, namun tak menyembunyikan kesan takut. Hingga dua menit lamanya, Bella masih berteman dengan hening malam.

Wanita itu hanya tak menyadari, bahwa sejak tadi, sosok tinggi menjulang dengan setelan hitam-hitam telah berdiri angkuh di sudut tembok ruangan. Seseorang yang hanya kaki tangan, namun memiliki aura yang menakutkan.

‘Aku tak akan membawamu dan memberimu kesempatan bicara, jika kau masih tak mengusir kepala pelayanmu dan juga sahabat mendiang suamimu.’

Sebuah notifikasi pesan, menerobos masuk dalam ponsel Bella.

Aura tampak dingin di udara sekitar bangunan. Tanpa Bella sadari, Bella mengusap lengannya sendiri akibat dingin yang menusuk secara tiba-tiba. Dari suasananya saja, auranya tak biasa.

‘Usir mereka pergi dan aku akan membawamu ke suatu tempat. Jika tidak kau lakukan, aku tak keberatan untuk menjadikanmu tumbal dalam hutan ini.’

Bella tersentak ketakutan.

Pesan yang masuk ke dalam ponselnya, semakin membuat Bella kian ketakutan.

“Mm-Max….. Ram… Ramon, Pergilah. Aku mohon," ucap Bella.

Beberapa gerakan diantara semak belukar dan juga Pepohonan, membuat Bella membelalakkan mata. Jadi, mereka mengawal Bella? Tau dari mana Night Demon tentang keberadaan Max dan juga Ramon?

“Pergilah, Max, Ramon. Aku mohon.” Pinta Bella memelas. Tak ada pilihan lain selain pergi dari orang-orang terdekat Bella, dan juga beberapa pengawal mendiang Daniel.

“Nyonya .... " Max muncul, dengan wajah yang masih khawatir.

“Pergilah, Max. Aku ingin disini. Jika aku tak kembali, kau bisa mencariku kemari," Bella mengatupkan kedua tangannya di depan dada sebagai isyarat memohon. “Ramon, pergilah dengan Max.”

Max berbalik pergi, disusul Ramon dengan beberapa orang bawahan mendiang Daniel dulu. Entah bagaimana caranya, Night Demon mengetahui semuanya, termasuk keberadaan siapa pun meski tak terlihat secara mata.

Tanpa suara, langkah sesosok hitam menggunakan penutup kepala menghampiri Bella, mendekat layaknya medusa yang hendak menghabisi Bella. Sontak saja jantung Bell berdegup kencang tak karuan. Wanita itu benar-benar tak bisa mengendalikan dirinya. Rasa takut yang sejak tadi sudah menjalar dalam hatinya, kian menjadi tanpa bisa ditekan.

“Sudah kubilang kau tak boleh membawa siapa pun dan di bersamai siapa pun, tapi kau memaksa dan juga kau melanggar apa yang di perintahkan. Bagaimana aku bisa percaya padamu, nyonya Bella Skylar Patricia Ronnie?” Bell hanya bisa menunduk dan juga menggenggam ponselnya dengan erat.

“Maaf …. ” Apa lagi memangnya bisa Bella lakukan selain meminta maaf?

“Ikut aku,” Suara dingin lelaki itu tersensor oleh suatu alat yang menempel pada lehernya. Suara yang sejak tadi keluar dari lelaki itu, bukanlah suara aslinya.

Bell berjalan terseok-seok melewati jalan bebatuan dan sempit di bagian belakang bangunan. Cukup jauh hingga menyebabkan kaki Bell terasa lecet. Namun meski begitu, sedikit pun Bell tak berani untuk mengeluarkan umpatan dan kalimat sarkasnya.

“Jangan pernah mengeluarkan umpatan maupun kalimat kasar padaku, nyonya Ronnie. Kau pikir aku tak tau bagaimana isi hatimu?” Sosok itu menoleh ke arah samping, berniat melongok sedikit ke arah Bell yang ada di belakangnya. Bella sendiri tidak menyangka si lelaki itu bisa membaca Pikirannya.

“Aku ... aku .... ” Bella mencicit pelan.

“Belajarlah untuk mengasah instingmu untuk melindungi dirimu sendiri dari beragam kejahatan,” ucap lelaki itu.

Lelaki itu melanjutkan langkah, tak membiarkan sedikit pun Bella bisa menimpali ucapannya.

“Jika sekali lagi kau berulah dan membatin tentang diriku yang sudah memberimu banyak kelonggaran, maka jangan pernah salahkan aku jika aku menghabisimu dengan mudah dalam hutan ini. Kau tau, tak seorang pun yang bisa menyelamatkan dirimu dari buruanku dan tuanku Night Demon, termasuk Ramon dan Max sekali pun,” tambah lelaki itu.

Bella mematung tak percaya. Sosok lelaki ini, siapa dia sebenarnya? Jadi, dia bukan Night Demon yang sebenarnya? Bella tertipu

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!