Kesepakatan
Di dalam sebuah hutan yang gelap ini, lelaki itu bahkan bisa berjalan tegak tanpa terseok-seok. Entah apa yang lelaki itu gunakan, yang jelas saat ini, Bella benar-benar dibuat takjub. Bahkan beberapa kali lelaki itu menunggu Bella yang tertinggal sedikit jauh di belakang. Ada rasa tak nyaman sebenarnya, tapi tekad Bella terlalu kuat hingga ia harus benar-benar melewati apa pun yang jadi rintangannya.
Sedikit pun Bela tak mau membatin apa pun untuk pria di hadapannya ini. Ia tak mau berakhir tragis digantung dalam hutan dan dijadikan makanan binatang buas. Seorang psikopat tentunya selalu punya metode untuk menghabisi korbannya. Untuk membuat hatinya senang, tentunya lelaki itu akan menyiksa korbannya agar merasakan kesakitan yang lebih lama.
“Apakah… Apakah masih jauh?” Bella menatap takut-takut pada lelaki di hadapannya. “Kakiku, kakiku terluka.” Tambahnya lagi yang merasakan perih di bagian sudut mata kaki. Mungkin kakinya terkena dedaunan yang tajam hingga terluka.
“Tidak. Mungkin sekitar dua puluh kilo lagi,” Jawab lelaki itu dengan mudahnya.
“Apa?” Bella memekik akibat syok. Bisa dipastikan, Bella akan jantungan dibuatnya.
“Sekali lagi kau berteriak padaku, akan aku pastikan kau akan bungkam selamanya,” ucap lelaki itu. Berhasil. Satu ancaman berhasil membuat Bella pasrah dan ia tak akan mengeluh lagi. Di saat yang bersamaan, Bella melihat sebuah cahaya samar-samar di tengah hutan. Sebuah bangunan yang tak bisa dikatakan kecil, namun beberapa sudutnya tertutup semak belukar.
Bella mengerjapkan matanya sembari menatap ke sekeliling. Lihat saja, selain seorang pembunuh, lelaki ini rupanya juga seorang pembohong, alias penipu ulung. Ingin rasanya Bella segera menimpuk kepalanya menggunakan batu, sayangnya, Bella akan mati dalam waktu singkat jika itu Bella lakukan.
“Ayo masuk. Tak perlu takut. Tak akan ada sesuatu yang menyakitimu jika kau tak berbuat hal yang bodoh," ucap lelaki itu, dengan Bella mengekor di belakang lelaki itu tanpa suara.
Dalam ruangan, terasa sunyi senyap. Bella merasakan sebuah kenyamanan ketika ia masuk ke dalam. Bangunan ini tak begitu besar, namun cukup membuat Bella Rileks dan terbuai. Suasananya pun cukup nyaman, sangat kontras dengan pemiliknya yang seorang pembunuh bayaran.
“Nyonya Patricia Ronnie, aku akan membawamu pada Night Demon yang sesungguhnya. Aku bukanlah Night Demon, karena aku hanyalah sebatas kaki tangan satu-satunya. Aku peringatkan agar kau tak memancing onar dan membuat kekacauan. Kau tahu, bukan, konsekuensi dari setiap kesalahan? Berhadapan dengan Night Demon adalah nyawa yang menjadi taruhannya. Ayo,” ujar lelaki yang mengaku sebagai kaki tangan Night Demon.
Bella hanya bisa mengangguk paham. Lelaki itu menuntun Bell kembali menuju ke ruangan lain di bawah tanah, inilah kiranya, Bella harus terjebak dalam ruangan ini dan bisa mati kapan saja.
Nyaris tiga puluh menit Bella menunggu, rasa kantuk perlahan ia rasakan karena malam telah larut. Tanpa Bella sadari, matanya terpejam sedikit dengan kepala yang mulai terantuk meja. Saat itu pula, Bella terkejut dan refleks membuka mata. Dan seketika, matanya membelalak lebar.
Di seberang kursinya, sosok laki-laki tinggi tegap tengah duduk menghadap ke arah dirinya. Lelaki itu memakai Hoodie dengan penutup kepala yang terpasang sempurna. Sebuah masker hitam menutupi sebagian wajahnya, hingga hanya terlihat dahi, alis dan matanya saja.
Tatapan mata lelaki itu, menguarkan aura membunuh yang kuat.
Langkah kaki laki-laki itu tak terdengar sama sekali. Sejak tadi, Bella bahkan tak mendapati suara apa pun. Hanya hening mendominasi di dalam ruangan yang berukuran tak begitu besar Itu.
Bella ....
Layaknya tikus kecil di hadapan Night Demon yang bak singa jantan yang liar. Bella memucat dalam waktu singkat. Jadi, inilah sosok Night Demon yang sesungguhnya? Bella pikir, sosok yang sejak tadi menuntunnya, adalah Night Demon. Nyatanya, lelaki berhoodie inilah Night Demon yang sesungguhnya.
“Nyonya Bell Skylar Patricia Ronnie?” Suara lelaki di depannya khas dan dalam. Masker yang menjadi penghambat suara, sedikit menambah kesan dalam yang mengerikan.
Hanya dari suara, Bella berhasil dibuat merinding. Aura dingin dan nada bicaranya yang mencekam, cukup membuat jari-jari Bella saling mencengkeram tanpa sadar. Inilah akhirnya, ia harus berhadapan langsung dengan seorang pembunuh bayaran yang harusnya tak ia temui.
“Iy…. Iya, aku Bella,” jawab Bella tergagap. Tubuhnya gemetar ketakutan. Kulitnya yang memang seputih pualam, mendadak menjadi semakin putih pucat. Dalam hati, Bella merutuk reaksi tubuhnya yang ketakutan.
“Nyonya mendiang Daniel Ronnie, pebisnis legend yang mati di usia muda, akibat pembunuhan sadis dan hingga kini pembunuhnya tak juga ditemukan. Itukah tujuan yang membawamu nekat mendatangiku?” Ujar lelaki itu, membuat Bella terkejut bukan main.
Wanita itu sangat syok saat tahu, lelaki di hadapannya itu mengetahui segalanya tentang masalah yang ia hadapi. Selain pembunuh bayaran, apakah si Night Demon juga sang cenayang?
“Ya, kau benar. Aa-aku, aku datang padamu dengan sebuah tujuan untuk sebuah keadilan bagi suamiku. Sudah lama, keadilan mati, tak lagi berlaku bagi wanita sepertiku yang tak memiliki keahlian apa-apa. Kau, Night Demon yang sesungguhnya?” tanya Bella lirih.
“Ya, aku Night Demon yang sesungguhnya. Keberadaannya hanya ada satu di dunia. Menjadi lelaki yang di buru di banyak negara dan siap dieksekusi mati kapan saja, jika Identitasku terbongkar. Maka dari itu, berhati-hatilah. Jika berita tentang Identitasku tersebar, maka akulah orang pertama yang akan memburumu, menghabisimu, menjadikanmu daging cincang dan memberikannya pada anjing kesayanganku. Oh tidak, mungkin membiarkanmu mati perlahan dan menjadikan tubuhmu menjadi makanan cacing, akan lebih menyenangkan,” ungkap lelaki itu.
Bella bergidik ngeri seketika.
Tak sulit bagi Night Demon untuk membaca raut wajah dan kilat netra Bella. Ada pendar kesakitan yang sangat dalam yang coba Bella sembunyikan. Sayangnya, bagi bajingan berbakat seperti Night Demon, hal itu terbaca dengan mudah. Bella layaknya buku yang terbuka, mudah dibaca begitu saja.
“Tidak. Aku tidak akan membocorkan rahasia ini. Kau bisa mempercayaiku,” jawab Bella
“Apa yang kau inginkan?” Lelaki itu tak berbasa-basi sama sekali. Ia berbicara, tepat pada intinya.
“Aku ingin kau melacak keberadaan pembunuh suamiku, aku juga ingin tahu, metode apa yang ia gunakan untuk menghilangkan nyawa suamiku. Suamiku mati terbunuh dan ditemukan luka benturan yang sangat banyak di sekujur tubuhnya. Kau pasti mendengar pula, bahwa suamiku ditemukan mengapung di danau Michigan keesokan harinya,” ucap Bella.
Night Demon mengangguk.
“Setelah aku menemukan pelakunya dan mendengar jelas cara yang mereka gunakan dalam melenyapkan suamimu, apa yang kau inginkan dariku?” tatapan mata lelaki itu tajam, mengunci Bella tanpa sadar. “Apakah kau ingin aku melenyapkan mereka? Atau kau ingin yang lain?”
“Temukan saja mereka lebih dulu, setelahnya, biar aku pikir pembalasan yang tepat untuk mereka,” kata lelaki itu.
“Ingatlah, Nyonya. Selalu ada risiko dan konsekuensi yang harus kau tanggung dari semua perintah yang kau berikan padaku. Jangan lupa juga, ada harga yang harus kau bayar mahal dari semua keinginanmu. Apa yang sudah kau persiapkan untuk kau berikan padaku sebagai barternya?” tanya lelaki itu.
Bella diam dan berpikir sejenak. Mendiang Daniel Ronnie bukanlah pria miskin. Lelaki yang telah tenang di surga sana telah meninggalkan warisan berupa banyak aset berharga, dan juga bisnis yang saat ini Bella jalankan. Tentunya Bella sudah mempersiapkan segala sesuatunya sebelum datang kemari, bukan dengan tangan kosong.
“Aku memiliki uang yang cukup banyak meski aku tak sekaya para pengusaha,” Bella mengeluarkan sebuah kertas berupa cek yang sudah ia tanda tangani dan ia bawa dari rumah. “Sebutkan saja berapa, atau kau bisa menulisnya sendiri nominalnya,” sambung Bella.
“Sayangnya, aku sudah memiliki banyak uang dan seluruh gemerlap dunia. Aku tak butuh itu semua.” Jawaban ambigu lelaki di hadapan Bella ini, membuat Bella mengernyitkan kening tak mengerti.
“Lalu, apa yang kau pinta?” tanya Bella.
“Apa yang kau punya?” tantang lelaki di hadapan Bella ini.
“Apa pun yang aku punya, pinta saja,” Bella berkata mantap.
“Kau tak keberatan?” tanya lelaki itu lagi memastikan.
“Tidak akan. Selagi kau mampu menjalankan tugasmu dengan baik, aku adalah wanita yang royal dan tidak pelit,” Bella mencoba bernegosiasi.
“Benarkah kau sanggup memenuhi pintaku?” tanya lelaki itu.
'Bagus nyonya Bella, kau masuk dengan sempurna dalam perangkapku.'
Batin laki-laki itu.
“Ya,” jawab Bella.
“Kalau begitu, jadilah istriku untuk melahirkan anakku!” Seru Night Demon kemudian.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments