Bab 5

Keesokan paginya.

Malika sudah bersiap untuk memberikan surat pengunduran diri hari ini. Yang sudah dibuatnya semalam setelah pulang dari rumah Kakek Prabaswara. Dan sesuai dengan apa yang sudah ia bicarakan dan sepakati bersama Abraham.

" Bu Mal itu apa ditanganmu?."Cindy menatap lekat pada amplop putih polos yang dipegang erat oleh tangan Malika.

Malika mengangkat amplop itu sedada sambil dibolak-baliknya sambil tersenyum jahil." Memang kamu tidak tahu dan melihat ini amplop putih."

" Ish Bu Mal ya tahulah kalau itu amplop, lalu mau diapakan amplop itu maksudku?," Jawab Cindy sedikit kesal karena diolok Malika.

Malika tertawa puas setelah berhasil mengerjai Cindy dengan hal sepele seperti ini.

" Aku akan menyerahkan surat pengunduran diri ini pada Pak Wildan." Jawab Malika dengan wajah serius kali ini. Sehingga membuat Cindy dan Fera terperangah.

" Mengundurkan diri?." Ucap kedua teman Malika dengan serempak sembari saling melihat satu sama lain.

Fera dan Cindy menghampiri meja kerja Malika dengan memasang wajah sendu bercampur kaget.

" Tapi kenapa Bu Mal harus mengundurkan diri segala?. Apa Bu Mal sudah mendapatkan pekerjaan yang lain?, atau ada masalah lain?." Fera mengeluarkan banyak pertanyaan pada Malika yang dibarengi angggukan kepala Cindy berkali-kali.

Dengan cepat Malika menggeleng sambil tersenyum hangat dan memegang tangan Fera dan Cindy.

" Sudah saatnya saja aku keluar dari perusahaan ini. Aku belum memikirkan pekerjaan yang lainnya hanya saja aku sedang mengurus sesuatu yang tidak bisa aku katakan sekarang. Nanti saja juga kalian akan tahu." Jawab Malika.

Malika memeluk kedua teman yang selama ini membantu dan menemaninya di kantor hampir tiga tahun lamanya. Walau bukan waktu yang lama tapi bukan pula waktu yang singkat. Cukup bagi mereka mengukir suka dan duka bersama di kantor ini.

Pelukannya dilerai Malika, kala ia melihat kedatangan Wildan yang ternyata tidak sendiri. Ia melihat sosok yang tadi malam mengantarnya walau mereka mengendarai mobil masing-masing, Ya Abraham yang berjalan disamping Wildan.

" Selamat pagi Pak Wildan, Pak Abraham." Sapa ketiganga bersamaan.

" Selamat pagi." Balas Wildan dengan ramah. Tapi tidak Abraham, ia hanya diam dengan kaca mata hitamnya.

Wildan dan Abraham pun berlalu dari hadapan mereka menuju ruangannya.

" Eh tunggu Fer, kok kamu tahu itu namanya Pak Abraham?." Tanya Cindy heran. Sedangkan Malika hanya mengamati dan membuka telinganya lebar guna mendengar apa yang akan dikatakan oleh Fera tentang calon suaminya.

" Iya tahu lah secara pengusaha sukses yang selalu wara wiri di majalah kelas atas bersama model-model cantik dan seksi setiap harinya. Mereka menyebut Pak Abraham sebagai Don Juan karena katanya suka meniduri wanita yang sudah ditaklukannya tapi itu setiap harinya dengan wanita yang berbeda-beda." Jelas Fera panjang lebar.

" Dan diantara Pak Wildan, Pak Abraham, Pak Mario dan Pak Regi. Pak Abraham lah yang paling diincar para wanita, selain karena kekayaan fantastisnya tapi tentunya karena paras tampan nan rupawannya itu serta keperkasaannya diatas ranjang." Lanjut Fera cekikikan.

" Owh pantas saja wajah Pak Abraham sangat tidak asing bagi ku. Tapi kenapa aku baru menyadarinya sekarang ya?, padahal dulu Pak Abraham jarang datang kesini. Tidak heran juga lah ya kalau melihat tampilan Pak Abraham seperti ini, wanita mana yang bisa menolak pesona yang dimiliki seorang Don Juan sekelas Pak Abraham?. Aku juga mau kalau Pak Abraham mau pada ku." Ucap Cindy yang diakhiri gelak tawa yang disambut oleh Fera. Keduanya tertawa terbahak-terbahak. Namun mereka tidak menyadari raut wajah Malika jadi berubah kesal, sedih, benci, tidak suka serta heran.

Orang yang mengenal Abraham ternyata karena hal yang seperti ini. Selain ada nilai plusnya namun ada sisi kurangnya. Bahkan hampir semua orang tahu akan hal itu. Lalu apa akan jadinya nanti dengan pernikahan mereka?, benteng yang seperti apa yang harus Malika bangun supaya tidak masuk terjerat perangkap pesona Don Juan nya. Dan ia pun sangat mengakui itu. Bagaimana pun ia wanita normal yang sudah sangat tahu, paham dan hafal betul dengan kegiatan panas tersebut yang bisa menjadi pemersatu bangsa.

" Bu Mal...Bu Mal..." Cindy dan Fera menggoyang pelan tubuh Malika berkali-kali sampai akhirnya Malika tersadar dan sedikit gelagapan.

" K-kenapa?." Tanya Malika sambil merapikan rambutnya.

" Kenapa melamun?. Apa yang Bu Mal pikirkan?, tidak jadikan mengundurkan dirinya?, kasihanilah kami Bu Mal?." Mohon Fera yang mengatupkan kedua tangannya bersama Cindy.

" Tidak bisa. Aku harus tetap melakukannya, maaf." Ucap Malika penuh sesal.

" Baiklah Fera, Cindy, aku akan keruangan Pak Wildan untuk menyerah kan surat ini." Lanjut Malika berdiri dan mengambil amplop yang tergeletak di atas Mouse Pad.

Walau ada perasaan kurang leluasa dirinya yang akan mengundurkan diri dan berbicara dengan Wildan tetapi tetap Malika harus melalukannya meski di dalam sana juga ada Abraham yang tentunya akan mengetahui apa yang akan terjadi sana.

" Kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi." Gumam Malika lirih.

" Memang apa yang akan terjadi Bu Mal?." Tanya Fera karena masih bisa mendengar apa yang digumamkan oleh Malika.

" Ah tidak Fer." Jawab Malika cepat.

Sebelum mengayunkan kedua kakinya, Malika menyempatkan diri menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan. Berharap semuanya tidak ada kendala dan halangan apa pun di dalam sana.

Tok

Tok

" Masuk Malika!. " Wildan mengetahui jika Malika yang mengetuk pintunya, karena ia sempat akan keluar tapi kembali masuk saat melihat Malika sedang berjalan ke arah ruangannya.

" Terima kasih Pak." Balas Malika sambil menggeser pintu guna menutupnya.

Mata Wildan selalu penuh binar kala menatap Malika, itu yang selalu ditangkap mata Abraham dari balik kaca mata hitamnya.

" Iya Malika ada apa?." Tanya Wildan menyilangkan kedua tangannya di dada dengan menatap lekat wajah cantik Malika yang sudah berhasil menghipnotisnya.

" Begini Pak, Saya mau menyerahkan surat pengunduran diri saya." Malika menyodorkan amplop putih kehadapan Wildan.

Deg

Wildan bangun dari kursi dan menghampiri Malika yang berdiri tepat di depan meja kerjanya.

" Kenapa kamu mengundurkan diri?." Wildan dengan memberanikan diri memegang lembut lengan Malika yang terbalut Blouse lengan panjang.

Malika berusaha menepis tangan Wildan, karena pastinya sangat risih kerena sebelumnya mereka tidak pernah sedekat ini. Namun pegangan lembut itu cukup kuat berpegang pada lengannya.

Malika pun memberikan alasan yang sama persis seperti pada kedua temannya.

Wildan menggeleng dengan cepat tapi dengan setia tangannya bertengger di lengan Malika " Beri saya satu alasan kenapa saya harus menerima surat pengunduran diri mu?."

Abraham yang melihat sedari tadi tangan Wildan yang terus saja memegang lengan Sarah sungguh dibuat kesal dan emosi atas tingkah temanny itu. Namun ia berusaha santai dan tidak terganggu sedikitpun, tapi dalam hati ia ingin sekali menarik lengan Wildan dari wanitanya.

" Karena saya akan segera menikah dan calon suami saya meminta saya untuk berhenti bekerja." Akhirnya jawab Malika jujur.

***** Bersambung*****

Mampir juga Yuk!!!!.

Di Novel Author yang lain diantaranya :

Cinta Tuan Alex. ( Tamat )

Teman Tidur Tuan Jason Gilbert. ( On Going )

Suami ke dua. ( On Going )

Jangan lupa dukungannya Kawan, Like, Komen, Gift dan Vote.

Terima kasih /Hatur Nuhun.

Salam Author.

Terpopuler

Comments

Sonia pramita

Sonia pramita

😭😭😭😭😭😭

2023-01-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!