Bab 2

" Baik Pak Wildan, terima kasih."

Sarah memutar balik tubuhnya, seketika matanya menangkap sosok pria yang semalam datang kerumahnya.

Deg

" What, kenapa aku bisa tergoda dengan hanya melihat bentuk tubuh bagian belakangnya saja?." Abraham menautkan kedua alisnya dan melepas kaca mata hitam yang menambah kadar ketampanannya berkali lipat.

Tatapan keduanya saling mengunci satu sama lain untuk beberapa saat sampai Wildan melemparkan kertas yang sudah diremasnya membentuk bulatan sedang seperti bola ke arah Abraham yang duduk dengan congkak dan menatap lapar pada incarannya.

" Brengsek kau Wil. " Kala kertas itu mengenai wajahnya yang cukup membuatnya kaget.

Begitu juga dengan Malika, ia kembali melangkahkan kakinya keluar meninggalkan ruangan Pak Wildan.

" Jangan coba kau berani macam-macam dengan wanita incaran ku, jika tidak ingin aku mencabut saham 40% yang ku miliki di bisnis haram mu itu." Wildan memberi peringatan pada temannya itu yang selalu bermain wanita disetiap malamnya.

" Cih, aku bisa mendapatkan wanita seribu kali lebih cantik dan memuaskan dari wanita incaranmu itu." Balas Abraham sengit dibarengi penuh kekesalan dan tiba-tiba saja merasa tidak suka jika calon istrinya menjadi incaran dari Wildan.

Saat malam mulai menyapa, Malika beranjak dari kursi kerjanya. Seperti biasa ia harus menyambung lagi waktu dan tenaganya untuk bekerja di tempat lain.

Kini mobilnya sudah terparkir di bagian belakang salah satu Club Malam kelas atas kenamaan di Jakarta. Semua perlengkapan malamnya sudah berada di kursi sebelahnya. Sebelum waktu kerjanya dimulai. Malika membuka kotak makanan yang tadi dibelinya secara online ketika masih berada di kantor. Ia makan sangat lahap guna mengisi tenaganya.

Malika sudah dengan tampilan wajah malamnya, yang dibuat semenarik dan secantik mungkin dengan menambahkan riasan make-up yang lumayan tebal. Sehingga mampu sedikit menyamarkan wajah aslinya.

" Bos " Malika menyapa orang yang memberinya pekerjaan beresiko ini. Namun tetap ia ambil karena ada yang menunggu kiriman uang dalam jumlah yang sangat besar darinya.

" Kamar 405 sudah menunggumu. Mr. B berdua dengan temannya, tapi kamu tenang saja temannya sudah membawa patner jadi kamu hanya fokus pada Mr. B saja." Jelas Bos yang mempekerjakan dirinya sambil menyerahkan kunci dan Malika menyembunyikan dalam saku rok pendeknya.

" Ok Bos terima kasih." Malika berjalan menuju kamar orang yang sudah menunggu kedatangannya.

Malika selalu menyematkan sepenggal do'a untuk keselamatan dirinya sebelum ia melakukan pekerjaan ini dan memasuki kamar pelanggannya.

" Li aku sudah sangat menantikan mu. Bantu aku Li, aku sudah tidak tahan ingin melakukannya dengan mu." Racau Mr. B yang mulai mendekati Malika. Ia meraih tangan Malika dan menciuminya sebelum tangan lentik nan cantik Malika memulai pekerjaannya.

" Hem. "

Malika mulai menjalankan pekerjaan dengan sangat profesional tanpa merasa jijik dan kotor terhadap pelanggannya. Servis yang diberikan Malika tidak lebih dari tiga jam disetiap malamnya.

" Ini untuk bayaran mu Li, kamu selalu bisa memuaskan ku dengan cara apa pun dan gaya apa pun." Mr. B mengirimkan kiriman bukti transferan pada ponselnya dengan nilai yang sangat banyak.

" Terima kasih." Malika membuka pintu dan segera pergi dari kamar tersebut.

Sebelum pulang Malika menyerahkan kuncinya kembali pada Bos nya.

Dan Akhirnya Malika sudah sampai di depan rumah setelah memarkirkan mobilnya di garasi.

" Kerja lembur lagi anak Ibu?." Ibu Fatmala menghampiri Malika yang ingin segera masuk kedalam kamarnya.

" Iya Bu, lumayan lah buat beli make-up." Jawab Malika sambil tersenyum tipis.

" Ibu ada perlu dengan ku?, kita masuk ke kamar atau di sofa ruang keluarga?." Tanya Malika.

Ibu Fatmala menggeleng sambil mengusap kedua lengan Malika.

" Setelah kamu menikah nanti Ibu tidak akan memiliki waktu berdua lagi dengan mu. Bahkan Ibu akan jarang melihat mu dari dekat seperti ini, makanya Ibu hanya ingin menikmati sisa waktu kebersamaan kita." Jawab jujur Ibu Fatmala.

Sebenarnya ada perasaan tidak rela, jika anak yang sudah bersama dirinya selama dua puluh lima tahun ini akan pergi dari hidupnya. Namun ia tidak bisa berbuat banyak tentang perjodohan itu. Kalau saja ia memiliki kuasa, ingin rasanya ia membatalkannya.

Malika meraih tangan lembut Ibu Fatmala yang selalu membelainya dikala ia tertidur. Ia mencium kedua tangan tersebut.

Malika membawa Ibu Fatmala masuk ke dalam kamarnya. Sepertinya Ibunya itu masih ada yang ingin disampaikan.

" Ibu bisa ikut dengan ku kalau mau, sebab aku yakin calon suami ku orang baik. Jadi tidak mungkin tega membiarkan Ibu tinggal sendiri di rumah ini." Balas Malika.

" Tidak Malika, Ibu tidak ingin hidup menumpang dengan mu dan suami mu. Kamu nantinya akan menjadi tanggung jawab suami mu sepenuhnya. Tapi kalau boleh Ibu meminta, tolong luangkan waktu mu satu bulan sekali untuk datang menjenguk Ibu kemari." Ucap Ibu Fatmala penuh pengharapan.

Mereka duduk di sofa sebelah tempat tidur, Malika menggenggam kedua tangan Ibunya." Akan Malika usahakan Bu, supaya bisa terus menjenguk Ibu kemari."

Ibu Fatmala mengangguk senang dengan senyum sumringah.

Waktu pagi sudah tiba, setelah hanya beberapa jam saja Malika mengistirahatkan tubuh lelahnya diatas tempat tidur. Kini ia bangun, mandi dan bersiap akan kembali pada rutinitasnya yaitu bekerja.

Makanan untuk sarapan pagi sudah terhidang di meja makan persegi dengan ukuran sedang. Ibu Famtala yang sudah memasak itu semua.

" Ayo Malika kita sarapan!. Ibu sudah masak makanan kesukaan mu, kamu bisa membawa makanan ini ke kantor untuk bekal makan siang." Ibu Fatmala mengisi piring dengan penuh makanan untuk Malika.

Malika duduk berhadapan dengan Ibunya, menatap senyum yang selalu terukir dari wajah yang masih cantik dan segar itu.

" Iya Bu, terima kasih. Ayo kita makan!." Malika mulai melahap makanan yang selalu enak menurutnya. Apalagi seorang Ibu akan menambahkan rasa kasih sayang dalam setiap masakannya.

Usai dengan sarapan dan kotak bekal makan siangnya, Malika berpamitan dan bersalaman dengan Ibu Fatmala. Ia melajukan kendaraan roda empatnya dengan kecepatan sedang.

Jalanan pagi ini lumayan padat merayap. Jika sudah begini sudah bisa dipastikan ia akan terlambat sampai ke kantor. Ia merogoh ponsel di dalam tas dan mengubungi Cindy saat lampu menyerah merah menyala di perempat jalan.

Dan benar saja, ia datang sudah terlambat hampir tiga puluh menit. Dan itu di lihat langsung oleh Wildan sang atasan.

" Malika ke ruang kerja saya sekarang!." Wildan berjalan kembali masuk kedalam ruangan. Padahal sebelumnya ia akan pergi menemui Mario, Regi dan Abraham di Caffe seberang kantornya.

Situasi menegangkan pun terjadi kala Cindy dan Fero menyaksikan sendiri teman mereka di panggil menghadap Pak Wildan.

" Maaf Pak Wildan saya telat." Ucap Malika ketika sudah berada di ruang kerja Wildan dan berdiri dihadapannya.

" Ok tidak masalah, tapi untuk itu kamu harus menemani saya untuk meeting dengan klien saya di Caffe seberang." Wildan menyerahkan beberapa File pada tangan Malika yang reflek terulur menerimanya.

Mereka keluar dari ruangan dan berjalan kaki beriringan sampai Caffe yang dimasksud.

" Sorry kalian harus lama menunggu ku." Wildan menarik kursi untuk duduk Malika yang sudah ada Abraham di hadapannya. Dengan tiga kancing kemeja yang selalu dibiarkannya terbuka sehingga bulu yang tumbuh di area dadanya mengintip keluar dari balik kemeja.

***** Bersambung*****

Mampir juga Yuk!!!!.

Di Novel Author yang lain diantaranya :

Cinta Tuan Alex. ( Tamat )

Teman Tidur Tuan Jason Gilbert. ( On Going )

Suami ke dua. ( On Going )

Jangan lupa dukungannya Kawan, Like, Komen, Gift dan Vote.

Terima kasih /Hatur Nuhun.

Salam Author.

Terpopuler

Comments

ajeng mardiana

ajeng mardiana

kok PSK?

2023-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!