Abraham pulang ke rumah setelah jam makan siang dengan tampilan yang sangat tampan seperti biasa.
" Den Abraham sudah di tunggu Pak Prabaswara di ruang kerja." Ucap Bibi Mia memberitahukan Abraham saat Bibi Mia melihat kepulangan Abraham.
Tanpa menjawab Abraham langsung saja ke ruang kerja Kakek Prabaswara. " Kakek memangil ku. " Ia belum mengetahui dan menyadari jika ada Malika yang duduk di sofa menghadap Kakek Prabaswara.
" Hem, duduklah di sana. " Perintah Kakek Prabaswara menunjuk pada arah sofa dengan wajahnya.
Deg
" Malika " Batinnya.
Wanita yang sekarang ini menjadi perbincangan hangat dikalangan teman-temannya sendiri. Terutama bagi Wildan karena ia yang sudah jatuh hati pada Malika yang merupakan karyawatinya sendiri. Yang tentu saja akan menjadi istrinya dalam kurun waktu dua minggu lagi. Karena tidak bisa dipungkiri juga Malika secara fisik sangat menarik dan elegan dengan pembawaan dirinya yang santai dan kalem. Tubuh indah yang selalu dibalutnya dengan pakaian sopan namun tetap mampu memperlihatkan keseksian dan keindahan pada lekuk tubuhnya.
" Ah apa yang kau pikirkan ini Abraham?." Gerutunya dalam hati.
" Hai " Untuk pertama kalinya Abraham menyapa Malika dengan ramah.
Abraham mengulurkan tangan pada arah Malika dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan Malika pun menerimanya. " Hai ".
" Kalian bisa bicara banyak hal disini tanpa takut ada yang mengganggu dan mendengar membicarakan kalian. Kakek paham akan kecanggungan yang kalian miliki karena ini pertemuan pertama kalian dalam perjodohan ini. Namun satu hal yang ingin Kakek tegaskan disini, tidak ada kesepakatan kontrak apa pun dalam pernikahan. Karena pernikahan kalian hanya sekali seumur hidup sampai kematian yang dapat memisahkan kalian." Kata Prabaswara dengan sangat tegas.
Baik Malika atau pun Abraham seperti terhipnotis dengan perkataan Kakek Prabaswara, keduanya pun lantas mengangguk paham sampai tanpa ada yang membantahnya.
" Bagus, Kakek akan meninggalkan kalian." Pamit Kakek Prabaswara keluar dari ruang kerja.
Malika dan Abraham memang saat ini tengah berada dalam kecanggungan yang cukup mengganggu komunikasi mereka. Sampai beberapa saat keduanya masih diam belum ada yang membuka suaranya. Hingga pada detik berikutnya terdengar keduanya mulai membuka obrolan.
" Malika "
" Abraham "
Panggil keduanya bersamaan, lalu keduanya memperlihatkan senyum tipis pada bibir masing-masing.
" Kau duluan saja." Ucap Abraham pada akhirnya memberikan Malika kesempatan untuk berbicara terlebih dahulu.
" Baik, terima kasih. Begini Abraham, aku masih boleh bekerja atau tidak setelah kita menikah?. Karena ada beberapa orang yang masih harus aku tanggung kehidupannya dan itu tidak dengan biaya yang sedikit." Malika mengesampingkan rasa malu, ego atau apa pun itu untuk orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
Abraham tampak berpikir, pasti setelah ini pertemanan antara dirinya dan Wildan akan menjadi tidak baik. Bagaimana Abraham juga bisa membiarkan Malika bekerja pada orang yang mati-matian ingin mendapatkannya. Rasanya sangat mustahil walau pun ia belum mencintainya.
" Tidak masalah bagi ku, kau tetap masih bisa bekerja tapi tidak di perusahaan yang sekarang. Ku beri waktu satu minggu ini supaya kau mengundurkan diri dari sana. Dan sebagai ganti sebelum kau mendapatkan pekerjaan baru, aku yang akan menanggung semua kebutuhan dan yang menjadi tanggunganmu. Kau tinggal tulis saja disini berapa nominal setiap bulannya. Dan kalau pun bekerja aku tetap yang akan menanggung semuanya." Jawab Abraham panjang kali lebar dan menyodorkan sebuah cek yang bisa diisi dengan leluasa oleh Malika.
Sekarang giliran Malika yang tampak berpikir keras. Bagaimana tidak?, uang yang setiap bulan ia keluarkan sangatlah banyak. Apa iya ia harus menuliskan nominal sebesar itu disetiap bulannya?. Apa iya ia juga bisa menjalankan pekerjaan sampingannya setelah menikah nanti?, yang jelas-jelas pekerjaan kantoran saja Abraham memintanya untuk berhenti apa lagi pekerjaan sampingannya ini. Bagaimana jika Abraham mengetahuinya?, apa yang akan dilkukannya?.
" Kenapa?, sepertinya berat sekali apa yang sedang kau pikirkan sekarang. Tidak masalah dengan nominal yang kau minta asalkan tinggalkan semua pekerjaan apa pun itu setelah kita menikah." Tegas Abraham seolah tahu isi kepala Malika.
Sekarang apa lagi yang bisa dipikirkan dengan berat kalau bukan masalah uang. Itu lah pikiran Abraham tentang Malika saat ini. Dan ternyata perkiraannya tidak meleset saat Malika menuliskan sejumlah nominal yang sangat besar. Walau pun itu tidak masalah bagi dirinya. Hanya saja untuk apa uang sebanyak itu?, untuk ukuran Malika yang berpangsilan dan latar belakang keluarga yang berada. Tapi masa bodoh lah yang terpenting ia sudah menjalankan kewajibannya untuk memberi nafkah pada istriny itu, pikir Abraham.
Malika memperlihatkan besar nominal yang tertulis dalam ceknya,700jt ." Ini jumlah uang yang aku butuhkan setiap bulannya."
" Ok, kau bisa langsung mencairkannya." Abraham membubuhkan tanda tangan pada cek yang sudah di isi dengan bernominalkan sangat fantastis tersebut. Tapi bukan hanya satu lembar saja yang ditandatangani Abraham melainkan ada dua puluh lima lembar lagi, yang artinya Abraham memberikan satu Buku Cek.
"Untuk bulan berikutnya kau hanya butuh mengisi nominalnya saja. Karena ini sudah aku tanda tangan." Lanjutnya lagi.
" Baik, terima kasih banyak Abraham." Ucap Malika tulus. Sambil memasukkan dokumen berharga itu kedalam tasnya. Setidaknya untuk dua tahun ke depan ia tidak perlu memusingkan apa pun lagi untuk mereka.
Abraham menarik nafas dalam-dalam karena ia juga mempunyai keinginan yang akan disampaikannya pada Malika.
" Malika, sekarang giliran ku yang akan mengatakan sesuatu pada mu. Tapi aku harap kamu tidak akan keberatan setelah mengetahuinya."
" Iya Abraham katakan saja." Balas Malika.
" Bagini Malika " Abraham mulai menceritakan kebiasaan akan kesenangan dan kepuasaannya diatas ranjang bersama para wanita yang setiap malamnya akan berbeda. Dan ia meminta pada Malika supaya ia tetap bisa melakukannya seperti biasa. Abraham dan Malika pun nantinya akan menempati dua unit Apartemen yang digabung menjadi satu dengan pintu yang akan menjadi penghubung yang sudah di design sesuai kebutuhan mereka yang akan ditempati oleh dirinya dan Malika.
Walau Malika cukup kaget dan tercengang dengan permintaan Abraham padanya, namun setelah Abraham bilang selama kebiasaannya itu belum hilang maka ia tidak akan menyentuhnya sama sekali. Bahkan Abraham cenderung memberinya kebebesan dan piihan lain juga.
" Baiklah Abraham, lakukan sesuka mu. Tapi itu di Apartemen mu. Lagian sepertinya aku juga tidak akan pernah bisa membuatmu meninggalkan semua itu kecuali dirimu sendiri yang ingin meninggakannya." Jawab Malika berusaha mengerti dengan situasi dan kondisi aneh dalam pernikahannya nanti.
" Ok Deal " Sahut Abraham.
" Kalau tidak ada yang kita bicarakan lagi, aku akan mengantar mu pulang." Ucap Abraham berdiri dan merapikan celananya yang terasa mulai sesak. Karena tidak cukup aman juga bagi dirinya berlama-lama berada dalam satu ruangan bersama Malika. Sampai ia harus mengelus pejantannya supaya tidak merespon apa pun terhadap apa yang ada pada tubuh sintal Malika.
***** Bersambung*****
Mampir juga Yuk!!!!.
Di Novel Author yang lain diantaranya :
Cinta Tuan Alex. ( Tamat )
Teman Tidur Tuan Jason Gilbert. ( On Going )
Suami ke dua. ( On Going )
Jangan lupa dukungannya Kawan, Like, Komen, Gift dan Vote.
Terima kasih /Hatur Nuhun.
Salam Author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Mimi Ilham
dasarrr
2023-01-12
0