perutku rasanya benar benar tidak enak, dari pagi aku bolak balik ke kamar mandi. Hingga rasanya aku lemas, capek karena harus bolak balik ke kamar mandi terus. Jam empat sore aku mendapati ada bercak darah di celanaku seger aku mengambil tas berisi peralatan bayi yang sudah kusiapkan aku titipkan anak ku pada tetangga lalu berangkat ke klinik dengan mengendarai motor matic ku. Sesampai di klinik setelah seorang bidan mengecek jalan lahirku ternyata sudah pembukaan empat. Akun kirimkan kabar kepada mas Wijaya tadi sebelum berangkat ke klinik, aku memberinya kabar bahwa aku akan melahirkan. Tapi aku tidak mau menaruh harapan kalau dia akan pulang, yang penting aku memberinya kabar, pulang atau tidak itu terserah dia. Semua sudah aku pasrahkan kepada Tuhan sang pencipta aku berdoa sepanjang jalan agar persalinan ku dimudahkan dan diberi keselamatan dan kesehatan untuk aku dan bayiku. "tolong ibu berbaring menghadap ke kiri ya bu, semoga persalinan nya lancar, ow iya keluarga ibu yang mendampingi mana?"
"Suami saya masih dalam perjalanan kesini mabk" walau aku tak yakin dengan kedatangan mas Wijaya tapi jauh di dalam lubuk hatiku aku mengharapkan kedatangannya. Kukatakan kalau suamiku akan kesini walau hati ini tidak yakin akan kedatangannya. "Maaf mbak, saya mau ke toilet sebentar".
" Iya bu, hati hati ya atau biar saya antar?"
"Tidak usah mbak, saya bisa trimakasih" saat aku keluar ruang pemeriksaan dan akan menuju ke toilet betapa terkejutnya aku melihat suamiku berdiri di depan pintu dengan posisi tangan yang akan mengetuk pintu, sungguh aku tidak menyangka akan kehadirannya, aku kira dia tidak akan datang.
"Jam sembilan lebih tigapuluh menit hari esoknya aku melahirkan bayi tampan dengan berat badan tiga setengah kilogram dan panjang empat puluh sembilan centimeter. Lega sekali akun merasakannya bayiku telah lahir ke dunia. Sujud syukur aku panjatkan kepada Tuhan sang Pencipta alam, ku haturkan banyak banyak terimakasih karena sudah memberikanku dua keturunan perempuan dan laki laki yang sehat jasmani dan rohani serta normal fisik dan mental. Aku berdoa semoga anak anakku akan menjadi anak yang sholeha dan sholeh.
Seminggu sudah kepulanganku dari rumah sakit, kunikmati peran ku sebagai ibu dua balita. Ku urus sendiri anak anakku walau tubuh ini terkadang merasa sangat lemah.
Mas Wijaya selalu ada dirumah semenjak aku melahirkan tapi sikapnya yang cuek dan masa bodoh masih juga tetap sama. Dia berada di rumah hanya raganya saja, sedangkan hati dan pikirannya aku tau tidak sedang disini bersamaku dan anak anak. Sering tanpa sengaja akun mendengarnya berbicara di telpon dengan kata kata mesra, tapi ya sudah lah aku tidak akan ambil pusing lagi. Biarlah, aku pasrah akan nasib rumah tangga ku. Dia yang cuek hampir tidak pernah mengajakku bicara ataupun sekedar menegur, mas Wijaya bicara padaku hanya seperlunya saja, aku pun tidak mempermasalahkan hal itu walau hati sakit, tapi akan kutekan sakit ini dan menganggapnya tidak ada apa apa. Aku harus menjaga kondisi rumah yang damai dan tentram tanpa ada keributan keributan adu mulut antara aku dan suamiku agar anak anak ku nyaman. Terutama putriku yang sekarang sudah mulai bisa merasakan kalau orang tuanya lagi kondisi tidak baik baik saja. Demi anak anak aku akan jaga kondisi rumah ini agar terasa damai walau mungkin sulit untuk menciptakan kondisi harmonis.
Pagi ini aku berada di teras rumah untuk mengajak bayiku berjemur, putriku pun senang sekali ikut berjemur dengan adiknya. Aku sangat bersyukur putriku tidak rewel semenjak adiknya lahir, dia tidak merasa cemburu dengan perhatianku yang terbagi untuk adiknya, sedangkan perhatian dari ayahnya sama sekali tidak ada. Putriku seperti buah yang dipaksa matang sebelum waktunya karbitan kata orang. Saat kami bertiga asyik dibawah sinar matahari tiba tiba ada seorang tamu perempuan dengan pakaian seksi datang. Dia masih muda, memakai tanktop dan celana sepaha. "Permisi, bisa ketemu dengan mas Wijaya" belum sempat aku menjawab mas Wijaya keluar dari pintu dan menghampiri perempuan itu. "Mas.... " rengek nya sambil bergelantungan manja di leher suamiku. "Mas kenapa lama nggak datang? aku kangen"
Aku alihkan pandanganku agar tidak melihat adegan didepanku ku tahan sesak di dada, aku sudah bertekat aku akan kuat demi anak anak, air mata yang menggenang dipelupuk mata akun tahan sekuat mungkin agar tidak menetas. Mas Wijaya terlihat melirik ku dengan wajah merah padam seperti menahan malu. Beberapa minggu sebelum aku melahirkan aku sudah pernah mengajaknya bicara baik baik, untuk menyelesaikan masalah diantara kami, karena aku sudah tidak tahan melihat dia yang semakin menggila. Ku katakan padanya kalau memang dia sudah tidak mencintaiku dan ada orang ketiga diantara kami aku akan rela melepasnya daripada kita dalam satu ikatan tapi tersiksa satu sama lain. Tapi mas Wijaya malah marah marah saat itu dan mengatakan aku menuduhnya dengan tidak berperasaan. Mungkin karena itulah dia malu karena sekarang ada wanita yang mendatanginya dengan mesra seperti itu. Sedangkan hatiku, wow... hatiku saat ini selayaknya debu hancur tak bersisa. Aku pun mengajak anak anak ku masuk rumah agar tidak menganggu adegan romantis pagi hari oleh sepansang sejoli itu. Aku bertekat tidak akan menangis dan kuat untuk anak anak ku. Anggap saja lelaki yang didepan tadi bukan suamiku tapi orang lain yang tidak perlu aku tangisi sikapnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tati Suwarsih Prabowi
gugat cerai...suami selingkuh
2023-03-02
0
Gadis Manggar
jangan cengeng...semangat cari menghasilan dan mendidik anak2 dan mempercantik diri buat laki2 lucnak itu menyesal.....
2023-02-22
0
Uthie
harus kuat 👍💪💪💪
2023-01-08
2