Sang mentari bersinar terang, embun pagi membasahi dedaunan. Suara burung terdengar nyaring menyapa pagi dengan merdu kicaunnya. Perlahan dan pasti sang surya merangkak naik melebur gelapnya malam menyusut embun. Ku bangunkan tubuh ku yang terasa berat, kehamilan kedua ku ini memang agak tersasa berat. Berbeda dengan kehamilan ku yang pertama. Saat hamil anak ku yang pertama ku lalui tanpa ada keluhan yang berarti, tapi di kehamilan yang kedua ini aku mengalami fase ngidam yang agak berat. Mual, muntah, tubuh terasa mudah lelah dan gampang ngantuk. Ku langkahkan kaki menuju dapur, aku memasak untuk sarapan sekaligus memasak untuk para karyawan bengkel. Huuuu aaaa...... huuuu aaaa....... kudengar tangis princess ku yang baru bangun. "Sayang, anak cantik sudah bangun? ayuk mandi, mama sudah siapkan air". Setelah memandikan putri cantik ku, aku bergegas membangunkan suamiku.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, kini kandungan ku sudah memasuki trimester ke dua. Tapi, aku melihat sepertinya suamiku mas Wijaya tidak begitu antusias dengan kehamilan ku yang kedua ini. Aku pikir, mungkin karena aku baper aja, karena pengaruh hormon kehamilan. Tapi makin hari aku merasa suamiku makin berubah. Sering tidak pulang, cuek sama aku dan bahkan cuek kepada anaknya sendiri. Pernah disuatu malam, aku melihat suamiku sudah mandi dan rapi, sekarang sudah menjadi kebiasan nya setiap pulang kerja dia lantas mandi dan pergi keluar, sering tidak pulang malah. Aku memohon bantuan nya untuk menjaga putri kami sebentar saja karena aku mengundang tukang urut untuk memijat badanku yang terasa lelah, ya di kehamilan kali ini aku sering mengundang tukang urut untuk memijat badanku yang sering merasa gampang lelah, hanya kaki, tangan dan punggung saja yang dipijat, karena kata dokter bagian perut tidak boleh dipijat tidak baik untuk janin. " Mas, kamu jangan pergi dulu ya, aku mau pijat nanti kalau Inaya nangis, tolong jaga dia dulu. Nanti kalau aku selesai dipijat, silahkan kalau mau keluar, tolong jaga anak kita sebentar saja".
" iya" suamiku menjawab dengan wajah yang ditekuk. Mbok Mah si tukang urutpun mulai memijatku. Tapi diluar dugaan, suamiku pergi keluar kamar yang aku kira keluar hanya untuk duduk diruang tengah atau hanya akan mengambil sesuatu, ternyata dia keluar rumah dan meninggalkan putri kami tidur sendiri di kamar. Sedih, sangat sedih aku mendengar suara mobil suamiku perlahan menjauh. Dengan sekuat tenaga aku menahan air mata, kenapa tadi dia bilang iya tapi kenyataannya dia pergi. Aku hanya minta tolong menjaga anak sebentar segitu beratkah. Mbok Mah bertanya, "lo mbk, itu suaminya kelihatannya pergi berarti bayinya di kamar sendirian? " setelah itu aku mendengar putriku menangis. "Sebentar ya mbok, aku tenangin anak dulu, nggak papa kan?"
"Iya mbk, nggak papa kebetulan malam ini si mbok nggak ada pijit lagi jadi, nggak papa kalau sampai agak malam disini" jawab mbok mah sambil tersenyum. Aku gegas masuk kamar putriku dan menidurkan nya lagi. Setelah putri cantik ku tidur, aku membawanya dan meletakkan putriku disamping aku berbaring di tempat mbok mah memijit ku tadi, diruang tengah depan TV aku menggelar kasur lantai untuk tempat pijat karena mbok mah tidak pernah mau memijatku di dalam kamar, "diluar aja ya mbak, si mbok nggak bisa berada diatas kasur empuk kayak gitu, kayak mau kejungkel rasanya" selalu mbok Mah bilang begitu kalau aku minta dipijit di dalam kamar. Sesekali aku menepuk nepuk pantat putriku yang merengek sambil merasakan pijatan mbok Mah. Setelah mbok Mah pulang, aku menangis, sedih ya aku sangat sedih. Sebegitu nggak perdulikah dia sampai menjaga anak sendiripun ogah. Ingin aku menghilangkan rasa curiga, ingin aku selalu percaya kepada suamiku, tapi sikapnya kepadaku dan anak ku malah semakin membuat besar rasa curiga ku. Dia selalu cuek, setiap malam pergi dan sering tidak pulang.
Samar samar terdengar suara ayam jantan berkokok, pertanda sangat fajar telah datang. lamat lamat terdengar lantunan ayat suci dari pengeras suara masjid, aku beristighfar dalam dan menekan dada meminta kesabaran pada sang Pencipta, semoga selalu dikasih kelapangan dada dan rasa sabar yang tiada batas. Air mataku meleleh menyambut datangnya fajar mengetahui suamiku tak pulang lagi. Ini bukan yang pertama suamiku pergi tidak pulang, tidak pamit dan tidak memberi kabar tapi entah mengapa rasanya air mataku belum kering untuk menangisi tingkah suamiku. Harusnya aku akan menjadi terbiasa di abaikan dan di tinggal karena keseringan tapi aku tidak bisa aku sakit melihat perubahan suamiku. Dia semakin cuek sama aku dan anak ku. Dia semakin kasar dan suka membentak, bahkan dia semakin sering lupa memberikan uang belanja, kadang aku terpaksa ngutang ke warung untuk makan dan masak jatah untuk karyawan suamiku. Curiga, aku curiga suamiku punya wanita lain, hatiku mengatakan cinta suamiku luntur untuk keluarga ini. Tapi akupun tidak punya bukti, dan aku tidak mau membahas nya karena untuk menghindari pertengkaran.
Aku melangkahkan kaki ke dapur untuk memasak sambil ku gendong putri ku, rasanya sangat lelah sekali, aku melakukan pekerjaan rumah dengan menggendong putriku dengan kondisi perut yang besar. Tapi apa boleh buat karena tidak ada yang menjaga putriku mau tidak mau aku harus menggendong nya. kalau ditinggal takut bermain ke tempat yang membahayakan karena putriku itu tidak bisa diam dia selalu aktif.
Matahari hampir berada di tengah saat mobil suamiku memasuki pekarangan rumah. Sesiang ini suamiku baru pulang, kalau aku bertanya kenapa tidak pulang selalu alasan pekerjaan yang dia katakan. Ketemu calon pembeli lah, lembur lah selalu itu alasannya.
Setelah memarkirkan mobil digarasi suamiku masuk rumah melewati ku tanpa bertanya ataupun mengucapkan salam. Dia berlalu masuk kamar lalu tidur. Sedangkan aku, aku tentu saja menangis, melihat perubahan suamiku. Dulu kami bahagia ditengah cobaan lama menanti adanya keturunan. Kami saling menguatkan, kami berjuang bersama. Berjuang untuk promil (program hamil) pun berjuang mencari nafkah bersama. Dulu aku membuka toko kuker (kue kering) kecil untuk membantu suamiku mencari nafkah. Tapi seiring berjalannya waktu, bengkel suamiku pun maju pesat, sehingga suamiku melarang ku untuk bekerja karena merasa sudah mampu mencukupi kebutuhan keluarga. "Nggak usah kerja, biar mas saja yang berjuang cari nafkah. Kamu di rumah saja mengurus rumah dan memasak untuk anak anak bengkel, sekarang kan pendapatan mas sudah cukup besar" kata suamiku kalau itu. Tapi disaat yang kami perjuangkan dulu telah di jawab sama Tuhan, kami diberi keturunan aku di kasih cobaam melalui suami ku yang berubah sikap menjadi kasar dan tidak perhatian.
"Mas, boleh minta tolong anterin aku priksa kandungan? ini saatnya periksa" dengan bentakan suamiku menjawab "aku capek, ngantuk mau tidur. aku capek kerja buat ngasih makan kamu nggak usah banyak tingkah, pergi sana! " Akirnya dengan menggendong putriku aku berangkat priksa sendiri menaiki motor maticku.
"Ibu Ayunda" giliranku masuk ke ruang dokter telah tiba. "Sore dok" sapaku sambil mendudukkan bokong ku dan memangku putriku. "Suaminya tidak bisa mengantar lagi?" tanya dokter Abian yang sudah hafal karena setiap periksa aku selalu datang sendiri. Setiap dokter Abian tanya kemana suamiku aku selalu menjawab sedang ada pekerjaan diluar kota, dan keluarga yang lain jauh semua tinggal diluar kota. Dengan senyum aku menjawab, "iya dok, lagi sibuk" dokter Abian mengambil nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan. "Ibu, tolong dikasih pengertian suaminya untuk meluangkan waktu mengantar ibu periksa, atau kalau memang tidak bisa suami ibu bisa membawa putri ibu untuk sebentar diasuhnya selama ibu berangkat periksa. Ibu kesini dengan perut besar sambil menggendong anak apa tidak lelah?" aku jawab dengan anggukan dan senyum saja apa kata dokter Abian sambil menahan air mata agar tidak menangis. Selama aku diperiksa putriku tidak mau ditinggal alhasil aku membaringkan putriku di sebelahku diranjang pemeriksaan. Sebenarnya perih hati ini tapi apa daya mungkin ini garis takdir yang harus aku jalani. Aku selalu berprasangka baik pada Tuhanku, ini adalah caraNya mengujiku karena aku sudah diberiNya keturunan dan aku akan menjalani dengan iklas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Tati Suwarsih Prabowi
tega amat tu laki
2023-03-02
0
Inaya Azmi
lanjuuut
2022-12-14
0