Bab 3. siksa hati

Hamparan langit gelap berhiaskan bintang bintang bak permata berceceran, pancaran sang rembulan menampak kan malam seolah siang, menyamarkan gelap seolah terang. Tapi siapa bisa menyamarkan hatiku yang terluka seolah biasa. Aku merenung dalam dzikirku apa gerangan sikap ku yang membuat suamiku berubah, apa salah ku yang membuat hilangnya cinta suamiku. Apa ini memang murni ujian Tuhan untuk ku, untuk mengangkat derajat ku untuk membuat ku agar selalu mau mendekat kepa Nya untuk selalu mau mengingat perintah Nya entahlah yang aku tau aku harus menjalaninya menjalani ini semua. Sungguh aku tidak mau berprasangka buruk kepada Tuhan ku. Apapun bentuk ujian Nya untuk ku aku akan menjalani dengan iklas. "Mas, bisakah pulang sekarang?" jam 11 malam kukirimkan chat untuk suamiku berharap bisa pulang menggantikan aku menjaga putriku karena kondisi badan ku yang lagi sakit dan sang putri juga lagi demam. Semalaman putriku itu rewel dan minta di gendong, kondisi ku yang tidak fit serta perut yang sudah membesar aku merasa lemah dan lelah serta kewalahan untuk menggendong putriku sampai larut malam. "iya" chat masuk jawaban dari suamiku. Senang hatiku, sangat berharap mas Wijaya segera pulang untuk menggantikanku menggendong putriku, aku benar benar sudah merasa lelah, bayi dalam kandungan ku pun terus aktif dari tadi karena mungkin kondisi perut ku yang kosong belum terisi makanan dari siang karena harus menangani putriku yang rewel. Lama aku menanti tapi mas Wijaya belum juga pulang sampai jam dua dini hari, aku mulai emosi tubuhku sangat sangat lelah dan sakit perut pun keroncongan akirnya kukirim chat pada mas Wijaya, "mas, jadi pulang? Inaya rewel, demam minta di gendong terus"

"Ini lagi membahas pekerjaan sama pemesan" jawab mas Wijaya

"Pekerjaan apa yang di bahas samapai jam dua dini hari mas? pemesan mana yang mau ditemui di jam dua pagi" balas ku

chat hanya di baca tanpa membalasnya. Setengah jam kemudian mas Wijaya pulang masuk dengan membanting pintu dan marah marah " aku bekerja untuk kamu, untuk kasih makan kamu tapi kenapa kamu tidak bisa mikir Ha!" bentak mas Wijaya. Aku yang sudah lelah hati dan fisik hanya diam sudah tidak punya tenaga untuk meladeni suamiku. "Kamu! kalau saja kamu tidak hamil, sudah ku bunuh kamu. Tunggu sampai kamu melahirkan setelah itu aku akan membunuhmu" perkataan mas Wijaya itu membuat ku membeku tak menyangka dengan perkataan nya, aku termangu seakan ragaku melayang. Mendengar perkataan suamiku aku seperti mendengar bisikan malaikat maut. Ya Tuhan, segitu marahnya dia pada ku, apa salah aku meminta waktu nya sebentar saja, apa salah aku meminta pertolongan nya. Terlalu sakit yang kurasa sampai kebas rasanya, sampai air matapun tidak bisa menetes hanya sesak didada yang menyeruak tertahan dan tak bisa keluar. Sejak itu aku diam tak mampu bersuara. Hari hari berikut nya aku jalankan tugas ku sebagi seorang istri dan seorang ibu seperti biasa tapi dalam diam. Aku hanya diam dan diam suaraku akan keluar disaat bersama putriku saja saat ada suamiku jangankan untuk berbicara sekedar mengeluarkan deheman saja aku enggan.

Tak terasa kandungku sudah delapan bulan sebentar lagi akan menimang bayi yang diperkirakan dokter seorang jagoan. Senang, sedih campur aduk jadi satu, senang karena sebentar lagi akan menimang jagoan, sedih karena merasakan sikap dan perkataan suamiku yang semakin kasar ya Tuhan..... hampir setiap hari mas Wijaya membentak dan mencaci aku tapi aku hanya diam dan meminta ketabahan dan kesabaran sama Tuhan agar bisa kuat menjalani takdir ini.

Terpopuler

Comments

Tati Suwarsih Prabowi

Tati Suwarsih Prabowi

emang keluarga tg lain pd kmn?ko g ad yg peduli

2023-03-02

0

Uthie

Uthie

nyesek bacanya 👍

2023-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!