Bab 4. Kejamnya lidahmu

Hai sang surya begitu gagah engkau bertengger di tengah langit. Kau pancarkan sinarmu menyinari bumi. Tapi bukan, bukan sinarmu kali ini yang memukau tapi sengat panasmu kali ini sungguh mempesona. Sengat panasmu seolah membakar semangat ku turut mengkotak hatiku yang sudah hancur karena lidah suami ku. "Aku sudah tidak mencintaimu. Aku bosan padamu. Aku sudah tidak perduli padamu. Kau menjijikkan". Semua kata kata suamiku selalu membayang dibenak ku terngiang kencang di telinga ku meluluh lantakkan hati ku membakar semangat ku seolah tiada sisa walau hanya sebuah kepingan.

Sudah tiga hari mas Wijaya tidak pulang. Tidak memberi kabar apapun pada ku, aku pun tidak menghubunginya untuk menanyakan keadaan nya. Biarlah, aku sudah lelah. Bukan karena aku ingin menyerah tapi karena aku ingin sedikit saja melindungi hati ku agar tidak terlalu hancur seperti debu. Ku pasrahkan saja sikap suami ku kepada Tuhan sang Pencipta alam. Aku akan jalani takdir ku dengan berusaha sabar dan iklas. Aku selalu berdoa semoga Tuhan selalu memberiku kekuatan, kesabaran, kelapangan hati dan juga keiklasan. Kalau orang bilang sabar ada batasnya, tapi tidak bagiku. Aku akan memohon pada Tuhan agar memberikan aku rasa sabar yang tak terhingga.

Dari pagi badanku demam tinggi, putri ku juga lagi sakit. Entah mengapa setiap aku sakit putri ku pun ikut sakit, seharian putriku rewel tidak mau turun dari gendongan ku. Badan ku lelah dan lemas karena tidak ada makanan yang masuk dalam perut ku sejak pagi. Setiap ingin menyantap makanan aku mual dan mutah sehingga membuatku enggan memakan sesuatu. Aku kuatir sekali, tapi bukan badanku yang sakit ini yang membuatku kuatir, tapi sejak pagi tadi semenjak badanku mulai demam aku belum merasakan pergerakan dari dalam perut ku. Padahal biasanya janin ku ini selalu bergerak lincah dalam perut. Takut, panik, kuatir itu yang aku rasakan saat ini. Akirnya ku putuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Dengan mengendarai motor matic ku kugendong putriku dan melaju ke ke klinik.

" Bagaimana dok? " tanya ku dengan panik.

"Bayi ibu sehat, dia tidak aktif bergerak mungkin karena kondisi badan ibu yang demam tinggi. Tapi ibu harus bedrest ya".

" Tapi dok, keluarga ku jauh ada di luar kota semua. Suami ku pun lagi ada pekerjaan di luar kota dan tidak tidak bisa pulang. Kalau aku bedrest disini siapa yang akan menjaga putriku. Saya minta obat saja dok, saya akan istirahat di rumah saja".

"Apa tidak ada yang dimintai tolong untuk menjaga putri ibu? ibu lagi sakit butuh istirahat. Maaf ya ibu, sepenting apapun pekerjaan harusnya suami ibu pulang mendampingi dan menemani ibu. Tolong di kasih pengertian suaminya untuk kesehatan ibu dan bayi ibu".

"Iya maaf dok, saya berjanji akan istirahat di rumah"

"Bagaimana ibu akan istirahat kalau tidak ada yang menggantikan ibu untuk mengurus putri ibu" dengan menghela nafas panjang dokter Abian menyerahkan resep obat padaku. "Ingat ya bu harus istirahat dan makan, tubuh ibu perlu asupan gizi janin ibu perlu makanan sehat untuk tumbuh".

" Iya dok, terimakasih" aku keluar dari ruang pemeriksaan menuju apotik untuk menebus obat.

Sesampainya di rumah aku segera makan, ku paksakan mulut ku untuk menelan makanan, ku tahan mual dan muntah sekuat tenaga. Aku harus sehat, aku harus kuat demi putriku dan untuk anak dalam kandungan ku. Setelah makan dan minum obat ku baringkan tubuh ku di samping putri ku, Alhamdulilaah setelah minum obat demam putri ku turun dan sekarang tertidur pulas sehingga aku dapat beristirahat.

Pagi tiba, aku bangun dengan kondisi tubuh yang sudah terasa lebih baik. Tidak seperti kemarin sekarang tubuh ku sudah segar dan sudah tidak lemas. Ku dengar suara deruman mobil suami ku "ingat pulang juga rupanya" dalam hati aku berbicara. Mas Wijaya masuk ke dalam kamar begitu saja tanpa menegur ku dan aku pun diam tidak menegurnya. Aku sudah lelah dengan sikap nya, buka aku ingin menyerah cepat dengan pernikahan ku tapi aku ingin sedikit saja menjaga hati ku agar tidak semakin hancur layaknya debu. Mas Wijaya masuk ke dalam kamar mandi tak berselang lama dia keluar dengan lilitan handuk di pinggang nya. Aku hanya diam saja tidak menegur nya pun tidak mengambilkan pakaian ganti seperti biasanya. Biarkan saja dia mengambil pakaian gantinya sendiri. "Siapkan aku sarapan" mas Wijaya menyuruhku menyiapkan makanan dengan wajah dingin dan sedikit bentakan.

"Aku belum masak mas, aku kira kamu tida akan pulang lagi makanya aku belum masak. Lagi pula kondisiku lagi sakit, kata dokter aku harus banyak istirahat. Bagaimana kalau gofood aja? "

"Dasar tidak berguna! aku banting tulang kerja keras untuk kasih makan kamu, untuk membiayai hidup mu tapi untuk masak saja kamu tidak becus. Cuih dasar wanita pemalas".

Ya Tuhan.... beriku aku keiklasan dalam menjalankan takdir ku beri aku kesabaran untuk menjalani cobaanMu. Aku hanya diam tidak menjawab semua perkataan suamiku. Biarlah sakit ini aku rasakan, akan aku nikmati dan bila sudah tak sanggup lagi akan aku adukan sakit ini pada sang ilahi. Aku bisa karena aku yakin Tuhan ku akan menggenggam ku kalau aku mau bersabar dalam menjalani cobaan Nya.

Terpopuler

Comments

Tati Suwarsih Prabowi

Tati Suwarsih Prabowi

dasar suami g bersyukur!

2023-03-02

0

Uthie

Uthie

bikin nyesel nantinya tuhh laki 🤨

2023-01-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!