Bab. 5 ° Mili dan Banu

Mili pulang kerja dengan bahagia. Namun Banu yang ada di sana tidak demikian. Raut wajahnya mendung. Ada yang tidak menyenangkan untuknya.

"Jadi kalian saling kenal?" tanya Banu tanpa basa-basi.

"Siapa Pak?" Mili tidak menoleh seraya melepaskan sepatunya.

"Raka."

"Oh, dia. Ya," sahut Mili dengan bahagia.

"Kenapa kamu gembira sekali saat mengatakannya?" ketus Banu.

"Tentu saja. Dia kan tampan dan juga baik," sahut Mili tegas seraya menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

"Jadi tipe kamu adalah sekretaris ku itu?" ejek Banu.

"Oh, dia sekretaris Bapak?" tanya Mili antusias. Banu menatap gadis di depannya. Ada rasa tidak senang melihat kegembiraannya saat membicarakan bawahannya itu.

"Ya. Dia kekasihmu?" tanya Banu tanpa basa-basi.

"Tidak mungkin. Dia hanya teman yang begitu peduli pada saya," jelas Mili.

"Tapi kenapa kamu memeluknya?" Banu masih punya banyak stok pertanyaan.

"Karena kita berdua lama tidak bertemu. Jadi kangen."

"Huh, segampang itu kamu rindu pada orang dan langsung memeluknya. Bukankah itu jadi terlihat kamu itu suka nemplok sana-nemplok sini?" ujar Banu ketus. Seperti dia sedang marah. Mili terdiam.

"Bapak marah? Kenapa bicaranya begitu?"

"Marah? Aku? Tidak. Aku tidak marah." Banu langsung menaikkan dagu. Mengalihkan pandangan ke arah lain dengan pongah.

Apa aku marah? tanya Banu pada dirinya sendiri.

"Pasti Bapak marah. Apa penyebab Bapak jadi marah-marah sama aku?"desak Mili bahkan sampai berdiri mendekat ke Banu. Pria itu mengernyitkan kening tidak senang. Mili sengaja karena ingin menggoda roh tampan ini. Namun sungguh tidak beruntung kaki Mili terantuk sudut kaki meja dan membuatnya oleng.

Bruk!

"Ceroboh sekali," tegur Banu yang berhasil menangkapnya. Berkat tangkapan Banu, tubuh Mili tidak jadi terjerembab ke lantai.

"Ah, maaf. Terima kasih," ucap Mili seraya bergerak ingin keluar dari pelukan Banu. Namun ternyata pria itu tidak melepaskannya.

"Pak ... lepaskan saya," pinta Mili lambat.

Banu menundukkan pandangan menatap Mili. "Apa kamu pikir aku tidak bisa berdebar karena aku roh?" tanya Banu tanpa melepaskan tubuh Mili. Gadis ini mengerjap tidak paham. "Walaupun aku berbeda, tapi aku masih bisa merasakannya. Jadi hati-hati jangan menggodaku." Setelah mengatakan itu, Banu langsung melepaskan pelukan Mili.

Jadi Pak Banu sedang berdebar? Oh, kenapa aku yang malu ... Wajahku pasti memerah.

Mili langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa permisi. Menghindari Banu yang mungkin saja mengetahui kalau wajahnya memerah.

"Sebenarnya situasi tadi apa-apaan sih? Atmosfirnya kaya berubah jadi romantis. Padahal kan yang ada di sana itu roh. Ya ... meskipun tidak bisa di pungkiri roh ini amatlah spesial. Dia tampan dan menawan. Ughhh ... mana wajahku memerah pula." Mili langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang sambil tertelungkup.

Di luar kamar, Banu terdiam.

"Tadi itu apa? Pengakuan? Aku mengaku kalau sedang berdebar? Hhh ... Apa lama menjadi roh, aku menjadi bodoh? Lagipula siapa gadis itu? Dia hanya gadis biasa," gerutu Banu. Dia menatap ke arah pintu kamar Mili. "Ya, gadis biasa yang sudah dengan rela menolongku yang sama sekali belum di kenalnya."

**

Mili bangun pagi dengan langkah gontai. Dia merasa lemas karena tadi malam seharusnya ia makan, tapi karena lelah ia tertidur.

"Kamu baru bangun?" tanya Banu membuat Mili terkejut. Bukan karena dia muncul tiba-tiba atau sebagainya, tapi karena pria itu tengah memasak.

"Bapak?!" teriak Mili terkejut. Ia terburu-buru mendatangi dapur sempitnya untuk melihat apa yang sedang di kerjakan oleh pria ini. Bahkan kakinya hampir terpeleset karena ia ingin segera sampai.

"Hati-hati Mili. Kamu bisa terluka jika menabrak sesuatu di dapur sempit ini," nasehat Banu yang geregetan melihat tingkah Mili. Gadis ini hanya mengangguk saja karena dia lebih penasaran dengan apa yang dilakuan Banu.

"Bapak sedang ngapain?" tanya Mili antusias.

"Memasak," sahut Banu.

"Jadi Bapak juga bisa memasak?" Mili takjub.

"Ya," sahut Banu dengan melipat tangan. Kelihatan kalau dia senang di puji oleh gadis ini. "Duduklah. Lalu sarapan." Banu menunjuk meja kecil di dekat mereka.

"Saya tidak perlu membantu?" tawar Mili.

"Tidak perlu. Duduk saja."

"Oke, oke." Dengan riang Mili menuju kursi dan duduk. "Aku baru lihat ada roh memasak." Tidak henti-hentinya Mili takjub. Mili lupa soal kemarin. Dimana ia malu karena jatuh dalam pelukan pria ini. Yang sekarang ada di dalam otaknya adalah makanan.

"Makanan sudah siap." Banu datang membawa krim sup bewarna putih keruh kecoklatan. Ada sedikit warna hijau yang berasal dari sayuran.

"Kenapa hanya ini? Aku lapar kalau enggak makan nasi," rengek Mili di dalam hati yang kecewa dia hanya makan krim sup.

"Cobalah. Ini sehat." Banu meletakkan sendok pada tangan Mili.

"Ah, i-iya." Mili terkejut. Ia bagai bocah yang siap menyantap makanannya. "Bukannya Bapak enggak makan makanan manusia?" tanya Mili yang baru ingat barusan.

"Ya, kamu benar."

"Lalu ini?" tunjuk Mili pada mangkuk sup.

"Untuk kamu," kata Banu.

"Jadi Bapak memasak hanya untuk Mili?" tanya gadis ini tidak percaya. Banu mengangguk lembut. Mili langsung berdiri. Banu mengerjapkan mata heran.

"Kamu ngapain?"

"Terima kasih Pak." Mili membungkukkan badan memberi penghormatan.

"Ah, itu tidak seberapa." Banu mengibaskan tangannya. Ia senang. "Duduklah. Ayo di makan."

"Baik." Mili kembali duduk dan menyantap sarapaannya. "Tapi lain kali, Bapak masak nasi aja ya ... Karena Mili suka lapar kalau bukan nasi. Hehehe ..." Mili tergelak. Namun sayangnya Banu tidak menganggap itu lucu. Pria ini justru menipiskan bibir mendengar permintaan Mili.

Gelak tawa Mili langsung berhenti. Kepalanya menunduk untuk segera menghabiskan krim sup di depannya.

"Jangan terlalu banyak nasi, itu tidak bagus karena mengandung banyak gula," nasehat Banu.

"Orang miskin seperti saya itu harus makan yang mengenyangkan, Pak. Karena untuk berhemat," kata Mili.

Banu mengangguk. "Kalau kita bertemu di dunia nyata, kamu harus menagih banyak uang untukmu."

"Kenapa Pak?"

"Karena aku merepotkanmu. Kamu harus mendapat kompensasi yang layak."

"Begitu ya ... Tapi sudah bisa masuk perusahaan Mandala saja saya sudah senang. Dan saya rasa itu sepadan dengan saya yang membantu Bapak," kata Mili sambil tersenyum tulus.

Banu terdiam seraya menatap Mili yang kembali makan sup-nya.

"Jika ada orang sebaik aku yang ingin memberimu hadiah, terimalah. Jangan menolak," dengus Banu.

"Bapak kan tidak memberiku hadiah, tapi meminta ku untuk menagih hadiah," kata Mili.

"Bukannya sama saja," kilah Banu.

"Ya, enggak sama Pak. Menagih sama memberi tuh sisi mananya yang sama ...," protes Mili.

"Ya, sama. Karena aku memang mau memberi hadiah untuk kamu," kata Banu tidak mau kalah. Mili menipiskan bibir.

"Jadi ... Bapak sudah tahu cara kembali ke tubuh Bapak?" tanya Mili. Banu menatap Mili. Entah kenapa pertanyaan itu membawa atmosfir sendu. Seakan mereka akan berpisah.

"Belum," jawab Banu.

..._______...

Terpopuler

Comments

Chesta Haydar

Chesta Haydar

thoor kembalikan arwah bhanu pada raganya biar hidup berpasangan ama milli ya.

2023-06-22

0

ponyey 48

ponyey 48

ada kah roh yg tampan and baik ,ah cmn cerita

2023-05-29

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus semsngat

2022-12-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 ° Roh Elit sejagat
2 Bab. 2 ° Pria tampan
3 Bab. 3 ° Hanya delusi
4 Bab. 4 ° Tidak berdaya
5 Bab. 5 ° Mili dan Banu
6 Bab. 6 ° Kejadian hari ini
7 Bab. 7 ° Musuh di dalam perusahaan
8 Bab. 8 ° Banu bertindak
9 Bab. 9 ° Pengakuan
10 Bab. 10 ° Mencurigakan
11 Bab. 11 ° Dia atasanku
12 Bab. 12 ° Wanita idaman Haras
13 Bab. 13 ° Rencana Cahaya
14 Bab. 14 ° Interogasi
15 Bab. 15 ° Ada hantu di sampingmu
16 Bab. 16 ° Mencari tahu
17 Bab. 17 ° Berkunjung ke rumah sakit
18 Bab. 18 ° Rasa sakit menyerang Pak Banu
19 Bab. 19 ° Menunggu
20 Bab. 20 ° Cahaya marah
21 Bab. 21 ° Berita buruk
22 Bab. 22 ° Rapat
23 Bab. 23 ° Banu sadar dari koma
24 Bab. 24 ° Menemui Mili
25 Bab. 25 ° Kembali ke tempat ini
26 Bab. 26 ° Sakit hati dan kesal
27 Bab. 27 ° Sesak melihat mu lagi
28 Bab. 28 ° Mencari kesempatan
29 Bab. 29 ° Kemunculan pria ini
30 Bab. 30 ° Bertemu Musuh
31 Bab. 31 ° Kesepakatan sepihak
32 Bab. 32 ° Rencana untuk Banu
33 Bab. 33 ° Kenapa harus terjadi lagi?
34 Bab. 34 ° Ganti baju
35 Bab. 35 ° Musuh muncul
36 Bab. 36 ° Rumah kenangan
37 Bab. 37 ° Kenapa aku seperti ini?
38 Bab. 38 ° Ada harapan?
39 Bab. 39 ° Rencana
40 Bab. 40 ° Tingkah Banu aneh
41 Bab. 41 ° Menemui Mili
42 Bab. 42 ° Anda keliru
43 Bab. 43 ° Tidak perlu berterima kasih
44 Bab. 44 ° Seperti drama
45 Bab. 45 ° Perihal jodoh
46 Bab. 46 ° Marah
47 Bab. 47 ° Mengerti
48 Bab. 48 ° Pendamping?
49 Bab. 49 ° Inilah waktunya
50 Bab. 50 ° Untuk tahu mengapa aku gelisah
51 Bab. 51 ° Hati yang melunak
52 Bab. 52 ° Ingin bertemu
53 Bab. 53 ° Delivery order
54 Bab. 54 ° Ruangan Banu
55 Bab. 55 ° Cerita lalu
56 Bab. 56 ° Memori yang hilang
57 Bab. 57 ° Dia Mili
58 Bab. 58 ° Membuka hati
59 Bab. 59 ° Informasi
60 Bab. 60 ° Kencan
61 Bab. 61 ° Dia adalah
62 Bab. 62 ° Cemburu
63 Bab. 63 ° Sebuah cerita di waktu itu
64 Bab. 64 ° Masih kencan
65 Bab. 65 ° Kartu as untuk musuh
66 Bab. 66 ° Sekutu
67 Bab. 67 ° Persiapan
68 Bab. 68 ° Rapat penentuan
69 Bab. 69 ° Mulai menyerang
70 Bab. 70 ° Mengumpulkan omong kosong
71 Bab. 71 ° Mengaku salah
72 Bab. 72 ° Kenapa tidak menyangkal?
73 Bab. 73 ° Kini giliran menyerang
74 Bab. 74 ° Tolong fokus
75 Bab. 75 ° Keputusan
76 Bab. 76 ° Marah
77 Bab. 77 ° Mencari mu
78 Bab. 78 ° Aku rindu
79 Bab. 79 ° Memelukmu
80 Bab. 80 ° Aku seperti orang jahat
81 Bab. 81 ° Di rumah Mili
82 Bab. 82 ° Mili tahu
83 Bab. 83 ° Klasik
84 Bab. 84 ° Pulang ke rumah.
85 Bab. 85 ° Memanas
86 Bab. 86 ° Mencari penyebar informasi
87 Bab. 87 ° Menikah?
88 Bab. 88 ° Kesibukan Banu sekarang
89 Bab. 89 ° Masa depan
90 Bab. 90 ° Ini istimewa untukku
91 Bab. 91 ° Putusan
92 Bab. 92 ° Kembali ke perusahaan
93 Bab. 93 ° Bertemu dengan bibi
94 Bab. 94 ° Meja makan yang hangat
95 Bab. 95 ° Bridal house
96 Bab. 96 ° Rencana selanjutnya
97 Bab. 97 ° Gaun yang pas
98 Bab. 98 ° Bahagia
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab. 1 ° Roh Elit sejagat
2
Bab. 2 ° Pria tampan
3
Bab. 3 ° Hanya delusi
4
Bab. 4 ° Tidak berdaya
5
Bab. 5 ° Mili dan Banu
6
Bab. 6 ° Kejadian hari ini
7
Bab. 7 ° Musuh di dalam perusahaan
8
Bab. 8 ° Banu bertindak
9
Bab. 9 ° Pengakuan
10
Bab. 10 ° Mencurigakan
11
Bab. 11 ° Dia atasanku
12
Bab. 12 ° Wanita idaman Haras
13
Bab. 13 ° Rencana Cahaya
14
Bab. 14 ° Interogasi
15
Bab. 15 ° Ada hantu di sampingmu
16
Bab. 16 ° Mencari tahu
17
Bab. 17 ° Berkunjung ke rumah sakit
18
Bab. 18 ° Rasa sakit menyerang Pak Banu
19
Bab. 19 ° Menunggu
20
Bab. 20 ° Cahaya marah
21
Bab. 21 ° Berita buruk
22
Bab. 22 ° Rapat
23
Bab. 23 ° Banu sadar dari koma
24
Bab. 24 ° Menemui Mili
25
Bab. 25 ° Kembali ke tempat ini
26
Bab. 26 ° Sakit hati dan kesal
27
Bab. 27 ° Sesak melihat mu lagi
28
Bab. 28 ° Mencari kesempatan
29
Bab. 29 ° Kemunculan pria ini
30
Bab. 30 ° Bertemu Musuh
31
Bab. 31 ° Kesepakatan sepihak
32
Bab. 32 ° Rencana untuk Banu
33
Bab. 33 ° Kenapa harus terjadi lagi?
34
Bab. 34 ° Ganti baju
35
Bab. 35 ° Musuh muncul
36
Bab. 36 ° Rumah kenangan
37
Bab. 37 ° Kenapa aku seperti ini?
38
Bab. 38 ° Ada harapan?
39
Bab. 39 ° Rencana
40
Bab. 40 ° Tingkah Banu aneh
41
Bab. 41 ° Menemui Mili
42
Bab. 42 ° Anda keliru
43
Bab. 43 ° Tidak perlu berterima kasih
44
Bab. 44 ° Seperti drama
45
Bab. 45 ° Perihal jodoh
46
Bab. 46 ° Marah
47
Bab. 47 ° Mengerti
48
Bab. 48 ° Pendamping?
49
Bab. 49 ° Inilah waktunya
50
Bab. 50 ° Untuk tahu mengapa aku gelisah
51
Bab. 51 ° Hati yang melunak
52
Bab. 52 ° Ingin bertemu
53
Bab. 53 ° Delivery order
54
Bab. 54 ° Ruangan Banu
55
Bab. 55 ° Cerita lalu
56
Bab. 56 ° Memori yang hilang
57
Bab. 57 ° Dia Mili
58
Bab. 58 ° Membuka hati
59
Bab. 59 ° Informasi
60
Bab. 60 ° Kencan
61
Bab. 61 ° Dia adalah
62
Bab. 62 ° Cemburu
63
Bab. 63 ° Sebuah cerita di waktu itu
64
Bab. 64 ° Masih kencan
65
Bab. 65 ° Kartu as untuk musuh
66
Bab. 66 ° Sekutu
67
Bab. 67 ° Persiapan
68
Bab. 68 ° Rapat penentuan
69
Bab. 69 ° Mulai menyerang
70
Bab. 70 ° Mengumpulkan omong kosong
71
Bab. 71 ° Mengaku salah
72
Bab. 72 ° Kenapa tidak menyangkal?
73
Bab. 73 ° Kini giliran menyerang
74
Bab. 74 ° Tolong fokus
75
Bab. 75 ° Keputusan
76
Bab. 76 ° Marah
77
Bab. 77 ° Mencari mu
78
Bab. 78 ° Aku rindu
79
Bab. 79 ° Memelukmu
80
Bab. 80 ° Aku seperti orang jahat
81
Bab. 81 ° Di rumah Mili
82
Bab. 82 ° Mili tahu
83
Bab. 83 ° Klasik
84
Bab. 84 ° Pulang ke rumah.
85
Bab. 85 ° Memanas
86
Bab. 86 ° Mencari penyebar informasi
87
Bab. 87 ° Menikah?
88
Bab. 88 ° Kesibukan Banu sekarang
89
Bab. 89 ° Masa depan
90
Bab. 90 ° Ini istimewa untukku
91
Bab. 91 ° Putusan
92
Bab. 92 ° Kembali ke perusahaan
93
Bab. 93 ° Bertemu dengan bibi
94
Bab. 94 ° Meja makan yang hangat
95
Bab. 95 ° Bridal house
96
Bab. 96 ° Rencana selanjutnya
97
Bab. 97 ° Gaun yang pas
98
Bab. 98 ° Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!