Bab. 2 ° Pria tampan

Mili memakai blus dan celana katun untuk hari pertama di perusahaan. Meskipun dengan pakaian sederhana nan murah meriah, Mili tetap tampak manis.

Haras yang ditugasi menjadi perantara Mili oleh direktur utama, muncul. Mili langsung berdiri dan memberi salam dengan hormat dan sopan.

"Bersikaplah biasa. Aku bukan direktur Cahaya. Aku hanya orang yang selalu di perintah olehnya," ucap Haras menepis sikap hormat Mili yang di anggap berlebihan. Karena ia memperlakukan Haras mirip dengan Cahaya kemarin.

"Ma-maafkan saya. Saya terlalu senang karena di terima sebagai karyawan perusahaan Mandala." Mili langsung memperbaiki sikap.

"Ini ID Card kamu. Tidak semua orang tahu kalau kamu adalah teman Banu. Jadi jangan mengatakan apa-apa pada orang yang baru kenal. Selalu waspada dan siaga."

"Baik, Pak."

 

****

 

Mili makan siang sendirian di taman perusahaan yang letaknya di atap. Dia makan bekal yang ia bawa. Roh Banu melayang mendekat ke arahnya.

"Kamu makan siang?" tanya Banu seraya duduk.

"Sudah tahu, Bapak masih nanya," ujar Mili membuat Banu menipiskan bibir. Ia melongok ke dalam tempat bekal. Hanya ada sayur 1 porsi dan tempe 2 biji.

"Kenapa makan banyak sekali?" Sebenarnya Banu bukan bertanya soal itu. Dia ingin bertanya kenapa lauk pauknya sedikit sementara nasinya banyak. Namun tidak jadi karena masalah kemanusiaan.

"Aku harus kuat dan sehat karena harus berjuang di perusahaan yang elit ini. Walaupun sebenarnya aku tidak terlalu pintar, tapi akan aku coba untuk bisa." Mili menyendok makanan ke dalam mulutnya. "Bukannya Bapak sudah sudah payah membuat saya masuk dalam jajaran karyawan elit Mandala? Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sudah Bapak buat untuk saya."

"Kamu tipe pekerja keras rupanya," puji Banu.

"Tentu saja. Dengan kondisi saya sebagai anak yatim piatu, saya harus selalu berjuang. Karena jika tidak begitu, saya tidak akan bisa berdiri dan menatap ke depan. Karena saya akan terpuruk." Ada nada sedih di sana. Baru merasa menyesal sudah menggiring gadis ini pada rasa sedih.

Saat itu terdengar sebuah suara di pintu masuk ke area taman ini.

"Hei, kamu Mili kan?" tegur sebuah suara dari arah pintu masuk ke atap. Gadis ini menoleh. Deg! Jantungnya berdetak kencang. Itu Hilda. Cewek yang selalu ingin di atas orang lain.

Kenapa harus ada dia di sini?

"Ya," sahut Mili akhirnya. Hilda dan dua temannya mendekat ke arah gadis ini.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Hilda merasa aneh menemukan Mili yang kurang populer di sekolah berada di atap perusahaan Mandala yang populer. "Tidak mungkin kamu juga karyawan perusahaan, kan?" Dari nada bicaranya, Hilda sudah ingin merendahkan Mili.

"Aku karyawan perusahaan Mandala, kok," sahut Mili membuat gadis itu terhenyak kaget.

"Benarkah? Itu kan tidak mungkin," kata Hilda seraya mendengus mencemooh kalimat Mili.

"Benar. Ini Id card-ku." Mili menunjukkan kalung id card yang melingkar di lehernya.

"Apa?!" Tanpa permisi, gadis itu menarik ID Card yang melingkar di leher Mili karena tidak percaya. "Apa ini palsu?" tanya dia tidak ingin mempercayai kalau ID card itu asli. Karena jika begitu, taraf elit yang dia sematkan pada dirinya sendiri terlihat biasa saja. Sebab sekarang ada yang menyainginya. Pun itu adalah Mili. Gadis yatim piatu dan miskin.

"Itu asli." Mereka bergumam sendiri. Lalu Hilda melemparkan ID card itu seenaknya.

"Aku tidak ingin di sini. Sebaiknya kita pergi saja ke tempat lain," keluh Hilda yang ingin menjauh dari gadis ini. Lalu mereka pergi setelah Hilda mendengus ke arahnya karena merasa sudah ada saingan. Mili hanya menipiskan bibir mendapat perlakuan seperti itu. Dia sudah biasa.

"Kenapa kamu diam saja?" tanya Banu yang melihat kejadian barusan.

"Kenapa?"

"Mereka merendahkan mu, Mili."

"Tidak. Tanpa merendahkan aku, statusku du masyarakat memang sudah rendah. Bukankah aku ini yatim piatu dan miskin. Bagaimana pun di mata mereka itu adalah status rendah," jawab Mili santai.

Banu menatap gadis ini. Sepertinya dia gadis yang malang. Namun dia tidak ingin keadaanya terlihat menyedihkan. Jadi dia berusaha tampak kuat dengan apapun yang orang lain katakan.

"Kamu tidak sendirian. Aku juga yatim piatu. Hanya bibi yang aku punya." Banu bercerita. Ini pertama kalinya dia bercerita soal dirinya selain tentang perusahaan.

"Walaupun begitu, kita tidak sama. Mereka merendahkan aku karena aku miskin, tapi mereka tidak akan merendahkan yatim piatu seperti Bapak," kata Mili. Nada bicaranya normal. Dia tidak sedang marah dengan perbedaan mencolok dari masyarakat.

"Aku ini sudah berada pada posisi rendah, Pak. Jadi apapun yang mereka katakan tidak akan merendahkan aku. Karena aku tidak jatuh ke bawah. Aku akan tetap pada posisiku sekarang," pungkas Mili seraya membereskan tempat bekal. Selanjutnya meneguk minuman. Kemudian berdiri dan meregangkan tubuhnya. "Ughhh ... enaknya menegangkan tubuh seperti ini. Sekarang kembali ke ruangan."

Kamu gadis yang kuat. Semoga kedepannya masa depanmu cerah. Banu mendoakan., Kak."

 

***

 

Saat kembali ke ruangan, di lorong Mili bertemu dengan direktur utama.

Bibi! teriak Banu di dalam hati. Perempuan inilah yang selalu menjadi penopang hidupnya. Mata Banu berkaca-kaca melihat direktur Cahaya. Ia rindu.

"Selamat siang, Bu." Mili juga menyapa pada Haras yang ada dibelakang beliau.

"Oh, kamu ... " Ujung mata perempuan ini melirik ke arah ID Card yang di pakai Mili. "Kamu sudah resmi menjadi karyawan perusahaan Mandala," kata Cahaya.

"Benar. Ini berkat dukungan ibu. Terima kasih."

"Bukan. Itu karena nama Banu ada di belakang kamu. Aku permisi," kata direktur Cahaya pamit dengan dingin.

"Iya, Bu. Silahkan." Mili membungkuk lagi memberi hormat.

"Bibiku bukan orang jahat. Dia tampak dingin hanya dari luar saja. Sebenarnya dia baik," kata Banu melegakan hati Mili karena kalimat dingin Bibi Cahaya.

Saat itu ada seorang pria. Dia tinggi, tampan dan berwibawa. Kepala Mili mengangguk sopan. Meskipun belum mengenal banyak orang, Mili yakin orang itu adalah orang penting. Melihatnya saja langsung ketahuan.

"Kenapa banyak pria tampan di perusahaan ini?" tanya Mili takjub.

"Dia Dirga. Orang yang menggantikan aku saat aku koma," ujar Banu memberi tahu. "Dia CEO sementara."

"Wahh ... pantas saja auranya terlihat luar biasa." Mili percaya.

"Dan aku juga curiga, dialah yang membuat aku kecelakaan parah," kata Banu dengan dingin.

"Benarkah?" tanya Mili seraya menoleh ke belakang untuk melihat ke arah pria itu lagi. "Dia tampan dan keren, lho."

"Jadi menurutmu kalau tampan itu adalah orang baik?" tanya Banu dengan wajah masam. Dia tidak setuju karena Mili tidak sependapat dengannya.

"Tentu saja."

"Dari mana asal pepatah itu?" dengus Banu. Dia tidak terima jika orang yang dicurigai mencelakainya dikatakan orang baik. Itu menyakitinya.

"Karena Bapak," tunjuk Mili pada Banu sambil tersenyum.

"Aku? Apa maksud kamu?" Kening pria ini membuat kerutan samar.

"Bapak juga tampan dan keren. Karena itu, menurutku seharusnya orang tampan dan keren itu baik hatinya seperti Bapak," ujar Mili membuat Banu ikut menipiskan bibir dan tersenyum juga pada akhirnya.

..._______...

Terpopuler

Comments

Nunaa Zajalah

Nunaa Zajalah

karya lady g pernah ad yg gagal sih

2023-11-19

0

Jane

Jane

bagus kayaknya nih

2023-10-23

0

Chesta Haydar

Chesta Haydar

jgn2 yg menghina milli itu bersengkokol dgn Dirga untuk mencelakai banu agar dia jdi ceo.

2023-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 ° Roh Elit sejagat
2 Bab. 2 ° Pria tampan
3 Bab. 3 ° Hanya delusi
4 Bab. 4 ° Tidak berdaya
5 Bab. 5 ° Mili dan Banu
6 Bab. 6 ° Kejadian hari ini
7 Bab. 7 ° Musuh di dalam perusahaan
8 Bab. 8 ° Banu bertindak
9 Bab. 9 ° Pengakuan
10 Bab. 10 ° Mencurigakan
11 Bab. 11 ° Dia atasanku
12 Bab. 12 ° Wanita idaman Haras
13 Bab. 13 ° Rencana Cahaya
14 Bab. 14 ° Interogasi
15 Bab. 15 ° Ada hantu di sampingmu
16 Bab. 16 ° Mencari tahu
17 Bab. 17 ° Berkunjung ke rumah sakit
18 Bab. 18 ° Rasa sakit menyerang Pak Banu
19 Bab. 19 ° Menunggu
20 Bab. 20 ° Cahaya marah
21 Bab. 21 ° Berita buruk
22 Bab. 22 ° Rapat
23 Bab. 23 ° Banu sadar dari koma
24 Bab. 24 ° Menemui Mili
25 Bab. 25 ° Kembali ke tempat ini
26 Bab. 26 ° Sakit hati dan kesal
27 Bab. 27 ° Sesak melihat mu lagi
28 Bab. 28 ° Mencari kesempatan
29 Bab. 29 ° Kemunculan pria ini
30 Bab. 30 ° Bertemu Musuh
31 Bab. 31 ° Kesepakatan sepihak
32 Bab. 32 ° Rencana untuk Banu
33 Bab. 33 ° Kenapa harus terjadi lagi?
34 Bab. 34 ° Ganti baju
35 Bab. 35 ° Musuh muncul
36 Bab. 36 ° Rumah kenangan
37 Bab. 37 ° Kenapa aku seperti ini?
38 Bab. 38 ° Ada harapan?
39 Bab. 39 ° Rencana
40 Bab. 40 ° Tingkah Banu aneh
41 Bab. 41 ° Menemui Mili
42 Bab. 42 ° Anda keliru
43 Bab. 43 ° Tidak perlu berterima kasih
44 Bab. 44 ° Seperti drama
45 Bab. 45 ° Perihal jodoh
46 Bab. 46 ° Marah
47 Bab. 47 ° Mengerti
48 Bab. 48 ° Pendamping?
49 Bab. 49 ° Inilah waktunya
50 Bab. 50 ° Untuk tahu mengapa aku gelisah
51 Bab. 51 ° Hati yang melunak
52 Bab. 52 ° Ingin bertemu
53 Bab. 53 ° Delivery order
54 Bab. 54 ° Ruangan Banu
55 Bab. 55 ° Cerita lalu
56 Bab. 56 ° Memori yang hilang
57 Bab. 57 ° Dia Mili
58 Bab. 58 ° Membuka hati
59 Bab. 59 ° Informasi
60 Bab. 60 ° Kencan
61 Bab. 61 ° Dia adalah
62 Bab. 62 ° Cemburu
63 Bab. 63 ° Sebuah cerita di waktu itu
64 Bab. 64 ° Masih kencan
65 Bab. 65 ° Kartu as untuk musuh
66 Bab. 66 ° Sekutu
67 Bab. 67 ° Persiapan
68 Bab. 68 ° Rapat penentuan
69 Bab. 69 ° Mulai menyerang
70 Bab. 70 ° Mengumpulkan omong kosong
71 Bab. 71 ° Mengaku salah
72 Bab. 72 ° Kenapa tidak menyangkal?
73 Bab. 73 ° Kini giliran menyerang
74 Bab. 74 ° Tolong fokus
75 Bab. 75 ° Keputusan
76 Bab. 76 ° Marah
77 Bab. 77 ° Mencari mu
78 Bab. 78 ° Aku rindu
79 Bab. 79 ° Memelukmu
80 Bab. 80 ° Aku seperti orang jahat
81 Bab. 81 ° Di rumah Mili
82 Bab. 82 ° Mili tahu
83 Bab. 83 ° Klasik
84 Bab. 84 ° Pulang ke rumah.
85 Bab. 85 ° Memanas
86 Bab. 86 ° Mencari penyebar informasi
87 Bab. 87 ° Menikah?
88 Bab. 88 ° Kesibukan Banu sekarang
89 Bab. 89 ° Masa depan
90 Bab. 90 ° Ini istimewa untukku
91 Bab. 91 ° Putusan
92 Bab. 92 ° Kembali ke perusahaan
93 Bab. 93 ° Bertemu dengan bibi
94 Bab. 94 ° Meja makan yang hangat
95 Bab. 95 ° Bridal house
96 Bab. 96 ° Rencana selanjutnya
97 Bab. 97 ° Gaun yang pas
98 Bab. 98 ° Bahagia
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab. 1 ° Roh Elit sejagat
2
Bab. 2 ° Pria tampan
3
Bab. 3 ° Hanya delusi
4
Bab. 4 ° Tidak berdaya
5
Bab. 5 ° Mili dan Banu
6
Bab. 6 ° Kejadian hari ini
7
Bab. 7 ° Musuh di dalam perusahaan
8
Bab. 8 ° Banu bertindak
9
Bab. 9 ° Pengakuan
10
Bab. 10 ° Mencurigakan
11
Bab. 11 ° Dia atasanku
12
Bab. 12 ° Wanita idaman Haras
13
Bab. 13 ° Rencana Cahaya
14
Bab. 14 ° Interogasi
15
Bab. 15 ° Ada hantu di sampingmu
16
Bab. 16 ° Mencari tahu
17
Bab. 17 ° Berkunjung ke rumah sakit
18
Bab. 18 ° Rasa sakit menyerang Pak Banu
19
Bab. 19 ° Menunggu
20
Bab. 20 ° Cahaya marah
21
Bab. 21 ° Berita buruk
22
Bab. 22 ° Rapat
23
Bab. 23 ° Banu sadar dari koma
24
Bab. 24 ° Menemui Mili
25
Bab. 25 ° Kembali ke tempat ini
26
Bab. 26 ° Sakit hati dan kesal
27
Bab. 27 ° Sesak melihat mu lagi
28
Bab. 28 ° Mencari kesempatan
29
Bab. 29 ° Kemunculan pria ini
30
Bab. 30 ° Bertemu Musuh
31
Bab. 31 ° Kesepakatan sepihak
32
Bab. 32 ° Rencana untuk Banu
33
Bab. 33 ° Kenapa harus terjadi lagi?
34
Bab. 34 ° Ganti baju
35
Bab. 35 ° Musuh muncul
36
Bab. 36 ° Rumah kenangan
37
Bab. 37 ° Kenapa aku seperti ini?
38
Bab. 38 ° Ada harapan?
39
Bab. 39 ° Rencana
40
Bab. 40 ° Tingkah Banu aneh
41
Bab. 41 ° Menemui Mili
42
Bab. 42 ° Anda keliru
43
Bab. 43 ° Tidak perlu berterima kasih
44
Bab. 44 ° Seperti drama
45
Bab. 45 ° Perihal jodoh
46
Bab. 46 ° Marah
47
Bab. 47 ° Mengerti
48
Bab. 48 ° Pendamping?
49
Bab. 49 ° Inilah waktunya
50
Bab. 50 ° Untuk tahu mengapa aku gelisah
51
Bab. 51 ° Hati yang melunak
52
Bab. 52 ° Ingin bertemu
53
Bab. 53 ° Delivery order
54
Bab. 54 ° Ruangan Banu
55
Bab. 55 ° Cerita lalu
56
Bab. 56 ° Memori yang hilang
57
Bab. 57 ° Dia Mili
58
Bab. 58 ° Membuka hati
59
Bab. 59 ° Informasi
60
Bab. 60 ° Kencan
61
Bab. 61 ° Dia adalah
62
Bab. 62 ° Cemburu
63
Bab. 63 ° Sebuah cerita di waktu itu
64
Bab. 64 ° Masih kencan
65
Bab. 65 ° Kartu as untuk musuh
66
Bab. 66 ° Sekutu
67
Bab. 67 ° Persiapan
68
Bab. 68 ° Rapat penentuan
69
Bab. 69 ° Mulai menyerang
70
Bab. 70 ° Mengumpulkan omong kosong
71
Bab. 71 ° Mengaku salah
72
Bab. 72 ° Kenapa tidak menyangkal?
73
Bab. 73 ° Kini giliran menyerang
74
Bab. 74 ° Tolong fokus
75
Bab. 75 ° Keputusan
76
Bab. 76 ° Marah
77
Bab. 77 ° Mencari mu
78
Bab. 78 ° Aku rindu
79
Bab. 79 ° Memelukmu
80
Bab. 80 ° Aku seperti orang jahat
81
Bab. 81 ° Di rumah Mili
82
Bab. 82 ° Mili tahu
83
Bab. 83 ° Klasik
84
Bab. 84 ° Pulang ke rumah.
85
Bab. 85 ° Memanas
86
Bab. 86 ° Mencari penyebar informasi
87
Bab. 87 ° Menikah?
88
Bab. 88 ° Kesibukan Banu sekarang
89
Bab. 89 ° Masa depan
90
Bab. 90 ° Ini istimewa untukku
91
Bab. 91 ° Putusan
92
Bab. 92 ° Kembali ke perusahaan
93
Bab. 93 ° Bertemu dengan bibi
94
Bab. 94 ° Meja makan yang hangat
95
Bab. 95 ° Bridal house
96
Bab. 96 ° Rencana selanjutnya
97
Bab. 97 ° Gaun yang pas
98
Bab. 98 ° Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!