Bab. 4 ° Tidak berdaya

Rumah sakit.

Bibi Cahaya menatap ke arah tubuh seorang pria yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Ruang ICU ini tampak terasa sangat menakutkan karena di dalamnya terdapat banyak peralatan medis yang terhubung dengan keponakannya. Mata Cahaya tidak berhenti menatap.

"Kapan kamu akan bangun, Nak? Bibi ini hanya sendirian sekarang. Jika kamu masih saja tidur seperti ini, bibi rasa tidak ada kekuatan yang bisa membantu bibi. Bangunlah Banu ... Bibi selalu menunggu mu." Cahaya terisak di samping ranjang Banu.

Banu yang saat itu tengah mengunjungi tubuhnya di rumah sakit, melihat dengan mata sendu.

"Maafkan aku, Bi. Aku belum tahu cara bangun dari tidur ku. Karena itu aku berusaha untuk mendekati mu melewati gadis itu. Aku tidak tahu apa berhasil atau tidak, ku harap bibi mempercayai Mili. Dia memang orang suruhan ku."

Seketika Cahaya tersentak. Seakan ada seseorang yang membisikinya. Dia melihat ke sekitar. Namun tidak ada siapa-siapa di sana.

"Oh, tidak. Aku mulai menggila. Aku pikir ada Banu di sekitar sini. Tentu saja aku merasa kamu sudah sehat, keponakanku." Bibi Cahaya menyentuh tangan Banu.

Bibi Cahaya adalah adik ayahnya. Setelah kedua orang tua Banu meninggal karena kecelakaan, Banu di asuh oleh bibi Cahaya sejak kecil. Jadi beliau belum menikah sama sekali karena takut pria yang akan menikah dengannya tidak bisa memberikan rasa sayang yang tulus pada keponakannya.

Di luar pintu, Haras sedang membungkuk hormat pada Dirga. Cahaya terkejut melihat kemunculan pria itu.

"Halo Cahaya," sapa Dirga yang berumur tiga tahun di bawahnya.

"Halo," sapa Cahaya tidak terlalu antusias.

"Bagaimana keadaan Banu di dalam? Apakah sudah ada tanda-tanda dia akan bangun?" tanya Dirga menunjuk kamar perawatan Banu.

"Aku rasa belum, tapi sebentar lagi pasti ada tanda-tanda itu."

"Oh, syukurlah. Kamu pasti berharap dia bangun dan pulih kan. Bukankah dia keponakan tersayang mu, yang membuat mu belum menikah sampai sekarang," ujar Dirga.

Bibir pria ini terangkat sedikit. Ada nada mencemooh di sana. Cahaya tahu itu. Setelah menyatakan cinta dan di tolaknya, Dirga acap kali melayangkan cemoohan itu padanya. Meskipun begitu, ia tetap merasa tertekan.

"Sepertinya ada jadwal bertemu dengan tamu sudah tiba, Bu. Sebaiknya kita segera pergi." Haras langsung memberitahu jadwal selanjutnya.

"Oh, baik. Maaf, kita tidak bisa bicara banyak, Dirga. Aku harus pergi. Permisi. Ayo Haras," ajak Cahaya pada orang kepercayaannya. Pria ini melihat punggung perempuan yang sudah hampir lima puluh itu dengan mata tajam.

"Kamu masih saja seperti itu, Cahaya," dengusnya sinis dengan samar. Lalu ia menoleh pada pintu di depannya. Dua orang yang berjaga di sana menganggukkan kepala memberi hormat.

**

"Apa ada hal yang tidak baik, Pak? Wajah Anda terlihat muram," ujar Mili saat melihat wajah pria ini lesu. Seperti biasa, Mili makan siang dengan bekal sederhananya di taman perusahaan.

"Aku melihat bibi ku menangis."

"Ibu direktur?"

"Ya. Dia ingin aku kembali bangun dari koma ku. Tentu saja aku ingin juga. Namun aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk bisa bangun. Lihatlah. Aku hanya bisa kesana kemari seperti ini." Banu menunjukkan ketidakberdayaan dirinya.

"Bapak tidak hanya kesana kemari tanpa tujuan, Pak. Bukankah Bapak termasuk roh yang hebat? Bahkan dalam situasi sekarang, Bapak masih mencari cara untuk bisa kembali dari koma. Bapak tidak diam. Ini usaha Bapak. Jadi aku rasa Bapak jangan berkecil hati," kata Mili memberi semangat.

"Hahaha ... Ya, ya. Aku roh yang hebat. Bahkan bisa mempengaruhi mu untuk setuju menolongku. Padahal ini bukan suatu kewajiban. Terima kasih Mili." Tangan Banu terulur menyentuh kepala Mili dan mengusapnya.

"B-bapak? Apa yang Bapak Lakukan?" tanya Mili terkejut.

"Ini bentuk terima kasih ku karena kamu mau membantuku," kata Banu tanpa menyadari bahwa gadis ini gelisah merasakan debaran di dadanya.

Bodoh. Dia kan hanya roh. Kenapa aku berdebar? Bikin marah saja, keluh Mili di dalam hati.

"Makanlah. Aku akan menemanimu," kata Banu setelah melepaskan tangannya.

"Baik, Pak."

Kenapa tiba-tiba tanganku bisa berada di atas kepalanya? Ini sangat aneh. Aku bukan orang yang mudah menyentuh perempuan saat sedang ingin. Sepertinya lama jadi roh, membuat aku gila. Kemana Banu yang dingin itu? Banu juga menggerutu dengan tingkahnya barusan.

Mili menutup bekal makanannya.

"Aku sudah selesai makan." Mili puas meski makannya sangatlah sederhana. Karena impiannya menjadi karyawan perusahaan elit ini terwujud. Jadi dia akan melakukan apapun untuk bisa membeli rumah.

"Karena kamu sudah selesai makan, aku akan pergi," kata Banu.

"Bapak mau kemana?" tanya Mili yang kadang ingin tahu kemana saja pria tampan ini jika tidak ada di sampingnya.

"Kenapa kamu ingin tahu?"

"Saya curiga, apakah bapak tidak sedang mengintip orang mandi atau segala macam itu?" tanya Mili dengan bersila tangan.

"Apa yang kau katakan? Aku bukan pria semacam itu?" desis Banu geram. Mili tertawa melihat Banu ingin menjitak kepalanya.

"Baiklah, Pak. Silakan bersenang-senang," kata Mili seraya melambaikan tangan. Banu sudah mau menghilang meninggalkan Mili, tapi saat ada suara asing di sana, Banu urung.

"Aku pikir Hilda berbohong soal kamu yang bekerja di sini. Ternyata itu benar kamu."

Sebuah suara pria terdengar di sana. Mili menoleh ke asal suara. "Halo, Mili. Apa kabarmu?" tanya pria itu sambil tersenyum.

"Emm ... Kakak?" sapa Mili terkejut. Tanpa lihat ke kanan dan ke kiri, Mili langsung berhambur ke pelukan pria ini.

Banu yang menyaksikan itu terkejut. Bukan hanya karena pelukan itu, tapi karena pria itu adalah sekretarisnya, Raka.

Kenapa mereka bisa kenal? Dan apa itu? Pelukan? Mereka berpelukan? Banu melihat mereka dengan pandangan tidak percaya. Banu melipat tangan mengalihkan pandangan ke arah lain. Dia tidak ingin melihat anak buahnya bermesraan.

Setelah di tunggu, akhirnya pelukan mereka lepas.

"Ma-maafkan aku, Kak. Tanpa sadar aku memelukmu," kata Mili yang sungguh tidak pernah merencanakan ini.

"Tidak apa-apa," jawab Raka tersenyum hangat. "Bagaimana kabarmu?" tanya Raka lagi.

"Ah, aku baik. Gimana kakak? Kakak baik kan?" tanya Mili balik.

"Tentu. Lihatlah ..." Pria bernama Raka itu menunjukkan dirinya.

"Iya benar. Kak Raka tampak sehat dan gagah," puji Mili tersipu membuat Banu menipiskan bibir.

"Lebih bagus tubuhku daripada dia," celetuk Banu tanpa sadar. Mili yang tidak mengira masih ada Banu di sana, terkejut. Dia menoleh cepat ke arah Banu yang melihatnya. Lalu dia melebarkan mata bertanya, kenapa Pak Banu masih ada di sini. Banu mengedikkan bahunya. Mili menggeram kesal.

...____...

Terpopuler

Comments

Jane

Jane

😁😁😁

2023-10-23

1

Chesta Haydar

Chesta Haydar

ya rupanya roh bhanu bisa cemburu juga ya lucuuu

2023-06-21

0

Kristi Yani

Kristi Yani

bukan ngintip orang mandi, tapi ngintip orang ngupil,ya begitulah jadi roh peramal

2022-12-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 ° Roh Elit sejagat
2 Bab. 2 ° Pria tampan
3 Bab. 3 ° Hanya delusi
4 Bab. 4 ° Tidak berdaya
5 Bab. 5 ° Mili dan Banu
6 Bab. 6 ° Kejadian hari ini
7 Bab. 7 ° Musuh di dalam perusahaan
8 Bab. 8 ° Banu bertindak
9 Bab. 9 ° Pengakuan
10 Bab. 10 ° Mencurigakan
11 Bab. 11 ° Dia atasanku
12 Bab. 12 ° Wanita idaman Haras
13 Bab. 13 ° Rencana Cahaya
14 Bab. 14 ° Interogasi
15 Bab. 15 ° Ada hantu di sampingmu
16 Bab. 16 ° Mencari tahu
17 Bab. 17 ° Berkunjung ke rumah sakit
18 Bab. 18 ° Rasa sakit menyerang Pak Banu
19 Bab. 19 ° Menunggu
20 Bab. 20 ° Cahaya marah
21 Bab. 21 ° Berita buruk
22 Bab. 22 ° Rapat
23 Bab. 23 ° Banu sadar dari koma
24 Bab. 24 ° Menemui Mili
25 Bab. 25 ° Kembali ke tempat ini
26 Bab. 26 ° Sakit hati dan kesal
27 Bab. 27 ° Sesak melihat mu lagi
28 Bab. 28 ° Mencari kesempatan
29 Bab. 29 ° Kemunculan pria ini
30 Bab. 30 ° Bertemu Musuh
31 Bab. 31 ° Kesepakatan sepihak
32 Bab. 32 ° Rencana untuk Banu
33 Bab. 33 ° Kenapa harus terjadi lagi?
34 Bab. 34 ° Ganti baju
35 Bab. 35 ° Musuh muncul
36 Bab. 36 ° Rumah kenangan
37 Bab. 37 ° Kenapa aku seperti ini?
38 Bab. 38 ° Ada harapan?
39 Bab. 39 ° Rencana
40 Bab. 40 ° Tingkah Banu aneh
41 Bab. 41 ° Menemui Mili
42 Bab. 42 ° Anda keliru
43 Bab. 43 ° Tidak perlu berterima kasih
44 Bab. 44 ° Seperti drama
45 Bab. 45 ° Perihal jodoh
46 Bab. 46 ° Marah
47 Bab. 47 ° Mengerti
48 Bab. 48 ° Pendamping?
49 Bab. 49 ° Inilah waktunya
50 Bab. 50 ° Untuk tahu mengapa aku gelisah
51 Bab. 51 ° Hati yang melunak
52 Bab. 52 ° Ingin bertemu
53 Bab. 53 ° Delivery order
54 Bab. 54 ° Ruangan Banu
55 Bab. 55 ° Cerita lalu
56 Bab. 56 ° Memori yang hilang
57 Bab. 57 ° Dia Mili
58 Bab. 58 ° Membuka hati
59 Bab. 59 ° Informasi
60 Bab. 60 ° Kencan
61 Bab. 61 ° Dia adalah
62 Bab. 62 ° Cemburu
63 Bab. 63 ° Sebuah cerita di waktu itu
64 Bab. 64 ° Masih kencan
65 Bab. 65 ° Kartu as untuk musuh
66 Bab. 66 ° Sekutu
67 Bab. 67 ° Persiapan
68 Bab. 68 ° Rapat penentuan
69 Bab. 69 ° Mulai menyerang
70 Bab. 70 ° Mengumpulkan omong kosong
71 Bab. 71 ° Mengaku salah
72 Bab. 72 ° Kenapa tidak menyangkal?
73 Bab. 73 ° Kini giliran menyerang
74 Bab. 74 ° Tolong fokus
75 Bab. 75 ° Keputusan
76 Bab. 76 ° Marah
77 Bab. 77 ° Mencari mu
78 Bab. 78 ° Aku rindu
79 Bab. 79 ° Memelukmu
80 Bab. 80 ° Aku seperti orang jahat
81 Bab. 81 ° Di rumah Mili
82 Bab. 82 ° Mili tahu
83 Bab. 83 ° Klasik
84 Bab. 84 ° Pulang ke rumah.
85 Bab. 85 ° Memanas
86 Bab. 86 ° Mencari penyebar informasi
87 Bab. 87 ° Menikah?
88 Bab. 88 ° Kesibukan Banu sekarang
89 Bab. 89 ° Masa depan
90 Bab. 90 ° Ini istimewa untukku
91 Bab. 91 ° Putusan
92 Bab. 92 ° Kembali ke perusahaan
93 Bab. 93 ° Bertemu dengan bibi
94 Bab. 94 ° Meja makan yang hangat
95 Bab. 95 ° Bridal house
96 Bab. 96 ° Rencana selanjutnya
97 Bab. 97 ° Gaun yang pas
98 Bab. 98 ° Bahagia
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab. 1 ° Roh Elit sejagat
2
Bab. 2 ° Pria tampan
3
Bab. 3 ° Hanya delusi
4
Bab. 4 ° Tidak berdaya
5
Bab. 5 ° Mili dan Banu
6
Bab. 6 ° Kejadian hari ini
7
Bab. 7 ° Musuh di dalam perusahaan
8
Bab. 8 ° Banu bertindak
9
Bab. 9 ° Pengakuan
10
Bab. 10 ° Mencurigakan
11
Bab. 11 ° Dia atasanku
12
Bab. 12 ° Wanita idaman Haras
13
Bab. 13 ° Rencana Cahaya
14
Bab. 14 ° Interogasi
15
Bab. 15 ° Ada hantu di sampingmu
16
Bab. 16 ° Mencari tahu
17
Bab. 17 ° Berkunjung ke rumah sakit
18
Bab. 18 ° Rasa sakit menyerang Pak Banu
19
Bab. 19 ° Menunggu
20
Bab. 20 ° Cahaya marah
21
Bab. 21 ° Berita buruk
22
Bab. 22 ° Rapat
23
Bab. 23 ° Banu sadar dari koma
24
Bab. 24 ° Menemui Mili
25
Bab. 25 ° Kembali ke tempat ini
26
Bab. 26 ° Sakit hati dan kesal
27
Bab. 27 ° Sesak melihat mu lagi
28
Bab. 28 ° Mencari kesempatan
29
Bab. 29 ° Kemunculan pria ini
30
Bab. 30 ° Bertemu Musuh
31
Bab. 31 ° Kesepakatan sepihak
32
Bab. 32 ° Rencana untuk Banu
33
Bab. 33 ° Kenapa harus terjadi lagi?
34
Bab. 34 ° Ganti baju
35
Bab. 35 ° Musuh muncul
36
Bab. 36 ° Rumah kenangan
37
Bab. 37 ° Kenapa aku seperti ini?
38
Bab. 38 ° Ada harapan?
39
Bab. 39 ° Rencana
40
Bab. 40 ° Tingkah Banu aneh
41
Bab. 41 ° Menemui Mili
42
Bab. 42 ° Anda keliru
43
Bab. 43 ° Tidak perlu berterima kasih
44
Bab. 44 ° Seperti drama
45
Bab. 45 ° Perihal jodoh
46
Bab. 46 ° Marah
47
Bab. 47 ° Mengerti
48
Bab. 48 ° Pendamping?
49
Bab. 49 ° Inilah waktunya
50
Bab. 50 ° Untuk tahu mengapa aku gelisah
51
Bab. 51 ° Hati yang melunak
52
Bab. 52 ° Ingin bertemu
53
Bab. 53 ° Delivery order
54
Bab. 54 ° Ruangan Banu
55
Bab. 55 ° Cerita lalu
56
Bab. 56 ° Memori yang hilang
57
Bab. 57 ° Dia Mili
58
Bab. 58 ° Membuka hati
59
Bab. 59 ° Informasi
60
Bab. 60 ° Kencan
61
Bab. 61 ° Dia adalah
62
Bab. 62 ° Cemburu
63
Bab. 63 ° Sebuah cerita di waktu itu
64
Bab. 64 ° Masih kencan
65
Bab. 65 ° Kartu as untuk musuh
66
Bab. 66 ° Sekutu
67
Bab. 67 ° Persiapan
68
Bab. 68 ° Rapat penentuan
69
Bab. 69 ° Mulai menyerang
70
Bab. 70 ° Mengumpulkan omong kosong
71
Bab. 71 ° Mengaku salah
72
Bab. 72 ° Kenapa tidak menyangkal?
73
Bab. 73 ° Kini giliran menyerang
74
Bab. 74 ° Tolong fokus
75
Bab. 75 ° Keputusan
76
Bab. 76 ° Marah
77
Bab. 77 ° Mencari mu
78
Bab. 78 ° Aku rindu
79
Bab. 79 ° Memelukmu
80
Bab. 80 ° Aku seperti orang jahat
81
Bab. 81 ° Di rumah Mili
82
Bab. 82 ° Mili tahu
83
Bab. 83 ° Klasik
84
Bab. 84 ° Pulang ke rumah.
85
Bab. 85 ° Memanas
86
Bab. 86 ° Mencari penyebar informasi
87
Bab. 87 ° Menikah?
88
Bab. 88 ° Kesibukan Banu sekarang
89
Bab. 89 ° Masa depan
90
Bab. 90 ° Ini istimewa untukku
91
Bab. 91 ° Putusan
92
Bab. 92 ° Kembali ke perusahaan
93
Bab. 93 ° Bertemu dengan bibi
94
Bab. 94 ° Meja makan yang hangat
95
Bab. 95 ° Bridal house
96
Bab. 96 ° Rencana selanjutnya
97
Bab. 97 ° Gaun yang pas
98
Bab. 98 ° Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!