Meskipun hanya roh, Bhanu punya kekuatan supernatural. Seperti pagi ini, Mili sangat lelah mencuci baju. Bahkan tubuhnya terasa remuk karena mengangkat timba berisi cucian untuk naik ke atap.
“Oh, punggungku,” keluh Mili.
“Sebenarnya berapa umur kamu?” tanya Banu yang mengikuti Mili di belakang. Pria ini sedang mengejek.
“Aku masih muda," sungut Mili.
“Sepertinya kamu hanya berpura-pura muda. Lihatlah. Hanya mengangkat timba kecil ini kamu menjadi bungkuk. Mungkin wajah kamu muda, tapi umur kamu sudah lima puluh tahun,” ejek Banu.
“Jangan hanya mengejek dong. Ayo tolongin bawa. Aku kan kelelahan karena selesai bekerja,” sungut Mili. Ctak! “Hei!” Mili terkejut saat timba itu terlepas dari tangannya. Hanya dengan menjentikkan jari, timba itu melayang dan sampai ke atap dengan cepat. Bahkan meninggalkan Mili yang tiba belakangan. Roh Banu memang punya kekuatan. Namun tidak bisa membunuh atau mencelakai orang.
Oh, ya perlu di ketahui. Roh ini tidak seperti kebanyakan roh lainnya. Roh Banu tidak merasa sakit dan lenyap saat terkena sinar matahari. Banu bisa bergantian pakaian tiba-tiba yang entah ia dapat darimana. Perlu di deskripsikan dengan detail juga kalau roh ini sangatlah tampan dan bersih. Tidak bau amis dan tubuhnya berdarah-darah. Banu itu roh elit sejagat.
Dia juga bisa menyentuh dan di sentuh Mili. Mungkin memang hanya Mili yang bisa melakukannya. Jadi saat bersama Mili, mereka mirip manusia. Hanya saja di sekitar roh Banu ada semacam cahaya kebiru-biruan yang menandakan dia bukan dari alam yang sama dengan Mili.
“Oh, terima kasih Pak. Anda memang baik,” kata Mili riang. “Sejak kemarin-kemarinnya kek kayak gini. Jadi kan tugasku juga ringan.” Mili menepuk tangannya ceria. “Aku akan menjemur pakaian!” Senyum Mili mengingatkan dia dengan seseorang.
"Arggg!" jerit Banu membuat Mili terkejut. Ia langsung meletakkan jemurannya dan mendekati Banu yang memegangi kepalanya.
"Pak. Bapak tidak apa-apa?" tanya Mili. Banu masih mengerang. Mili membuka t-shirt yang di pakainya. Untung saja dia memakai tank top di dalamnya. Gadis ini menggunakan t-shirt-nya untuk menutupi kepala Banu. Ini membuat Banu yang tadi mengerang terkejut. Erangannya lenyap. Apalagi saat melihat tubuh gadis ini memakai pakaian minim di depannya.
"A-apa yang kau lakukan?" tanya Banu tanpa sadar telinganya memerah. Meski tubuh Mili tidak terlalu berisi, gundukan itu kenyal dan padat. Tentu saja agak mencolok di depan mata.
"Bapak mengerang. Dan yang aku tahu, roh itu takut akan sinar matahari. Jadi aku sedang melindungi Bapak," ujar Mili. Bola matanya juga menatap Banu dengan tatapan polos. Dia jujur.
"Y-ya, tapi kamu ..." Banu mengalihkan padangan ke arah lain. Dia menutup mulutnya tidak mampu berkata-kata lain karena tubuh terbuka milik gadis ini. "Aku ini roh yang tahan dengan sinar matahari Mili."
"Ah, benarkah?" Mili terkejut.
"Jadi pakai kembali kaos mu," perintah Banu masih dengan telinga memerah. Tangan Mili yang menutupi kepala Banu turun. "Kamu harus segera. Karena ini di luar, tubuh mu tidak boleh terlihat seperti itu. Mata pria akan melihatmu dengan pandangan mesum."
"Pria di sini hanya ada Bapak. Tidak ada yang lain," celetuk Mili.
"Jadi kamu pikir aku mesum?" tanya Banu tersinggung. Dia menoleh pada Mili.
"Maaf." Mili sudah memakai kaosnya lagi.
"Selesaikan cepat, lalu turun. Bukankah sebentar lagi kamu bekerja?"
"Ya. Baik, Pak."
**
Sungguh kerja di perusahaan besar itu tidak seenak kelihatannya. Dengan gaji dan fasilitas yang memadai, pekerjaan dan tanggung jawab yang di emban juga besar dan sulit.
Sejak tadi datang, Mili terus saja mengerjakan sesuatu di komputernya. Ia belum sempat menengok ke kanan dan ke kiri. Saat melihat ke sekitar, yang lain pun demikian.
Saat ini Mili tengah mengerjakan bahan presentasi. Ia menggunakan ppt (Power Point) karena ingin bahan presentasi itu dalam bentuk slide.
"Huh, ternyata bekerja di sini bukan perkara mudah," lirih Mili setengah mengeluh.
"Ini perusahaan Mandala yang elit. Kamu pikir berkerja di sini bisa bersantai-santai?" tegur Pak Banu yang muncul tiba-tiba di belakangnya. Mili terkejut. Dia memutar tubuhnya ke belakang. Pak menatapnya tajam. Mili kembali memutar tubuhnya untuk melihat ke arah komputer.
Kenapa ia muncul lagi? keluh Mili.
"Kerjakan lagi ppt itu," perintah Pak Banu. Mili langsung bermuka masam.
"Kenapa saya harus membuat ulang?" tanya Mili tanpa suara. Karena tidak mungkin ia berbincang dengan roh Banu yang tidak bisa di lihat orang lain.
"Karena itu kurang bagus. Itu jelek. Kalau aku di sodorkan presentasi semacam itu, bisa di pastikan akan aku coret dan kembalikan ulang padamu," tegas Banu dengan tangan di lipat.
Mili menekuk bibirnya.
"Siapa yang menyuruhku hanya lulus SMA ini masuk perusahaan Mandala? Aku kan memang bodoh," keluh Mili lewat tulisan yang ia ketik di layar monitor.
Banu tersenyum melihat tulisan itu.
"Aku mengerti. Aku yang salah sudah membuatmu terjun dalam pekerjaan yang sulit. Baiklah. Dengar dan lihat baik-baik. Aku akan mengajarimu caranya dengan singkat," kata Banu.
Deg! Mili tidak menduga kalau dadanya berdebar saat roh Banu mendekat ke arahnya. Ketika ujung dagu pria itu menyentuh pucuk kepalanya. Apalagi saat kedua tangan Banu menempel tepat di atas tangannya. Membimbing tangannya untuk mengerjakan tugasnya di komputer.
Tanpa sadar Mili menoleh dan mendongak melihat wajah pria ini dari dekat.
Tampan. Pria ini tampan.
"Lihat ke komputer, Mili. Bukan melihat wajahku," tegur Banu yang menyadari gadis ini tengah menatapnya. Beberapa detik mereka saling bertatapan. Kemudian berakhir dengan Mili yang mengalah dan melihat ke komputer lagi.
"M-maafkan saya," lirih Mili.
"Nah sudah selesai," tukas Banu. Mili menatap layar monitor takjub. Pekerjaan terlihat lebih bagus daripada miliknya tadi. Maklum saja. Dia masih kurang pandai.
"Anda pintar sekali, Pak." Mili mengucapkannya dengan wajah riang. Pria itu tersenyum juga.
"Tentu saja. Aku direktur perusahaan ini, Mili. Perlu kamu ingat itu."
"Tentu saja. Apa yang perlu aku ributkan," kata Mili sadar.
"Aku pergi. Cepat pulang kalau sudah waktunya pulang," kata Banu mirip orangtuanya. Mili menipiskan bibir. Banu menghilang dan berakhir di depan gedung Mandala.
"Apa yang aku rasakan tadi. Berdebar? Aku berdebar saat berada dekat sekali dengan gadis itu? Apakah aku waras?" Banu menggelengkan kepala. Rupanya, debaran itu tidak hanya di alami Mili. Pria ini juga berdebar saat bola mata bulat milik Mili menatapnya dari dekat. "Tidak. Mungkin ini hanya delusi. Ya. Aku hanya sedang melakukan kerja sama dengan dia. Bukan yang lain."
..._________...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Jane
aku udh ksh tips juga vote 👍 semangat yaa 👏👏👏
2023-10-23
0
Chesta Haydar
ke2nya sama2 ada perasaan tu. tpi pak bhanunta hanya sebatas membantu krn cepat mandala.
2023-06-21
0
Yanti dian Nurhasyanti
milli jatuh cinta sama roh banu😇
2022-12-21
0