Orang Dewasa Yang Labil

Pagi itu bu Dahlia menyampaikan materi pelajaran hingga bel istirahat berbunyi.

April langsung mendatangi Elang yang masih duduk di bangkunya sambil memasukan alat tulis ke dalam tas.

“Lu sengaja ya, nyari-nyari kesempatan buat nyium temen gua!” serang April, sementara Elang masih terlihat santai.

“Lu budek ya!?” April semakin kesal karena yang di tanya terlihat acuh. Ia sengaja menumpahkan kekesalannya pada Elang, sebab ia sendiri jadi target kemarah temannya, walau sebetulnya itu karena ulahnya sendiri.

“Gue ga nyari-nyari kesempatan, tapi lu sendiri yang ngasih kesempatan itu,” jawab Elang seraya berdiri, ia lalu mengikuti Devano dan Raffi yang ingin pergi ke kantin sekolah. April semakin kesal sambil menghentak-hentakan kakinya lalu ia pergi untuk mencari temannya dan ingin meminta maaf.

Setelah dari kantin, Elang, Raffi dan Devano, berniat ingin kembali ke kelas. Sebelum masuk ke kelas, Elang di hadang oleh Mayang.

“Apaan nih?” heran Elang.

“Gue ga terima karena lu udah nyium pipi gue!”

“Ya udah, bales aja.” Elang memajukan pipinya ke hadapan Mayang. Melihat apa yang di lakukan Elang, semakin membuat Mayang geram, ia pun memukul pipi Elang.

Plaakk!

“Auww, sakit!” pekik Elang seraya mengusap pipinya yang tadi di pukul Mayang.

“Lu itu udah sengaja nyium pipi gue, pipi gue jadi ga perawan lagi gara-gara lu!”

“Ya udah, gue bakal tanggung jawab, tapi nanti, setelah gua selesaikan sekolah gue, jadi mahasiswa terus kerja, baru deh kita....” Elang tidak melanjutkan kata-katanya ketika menyadari ada pak guru yang akan masuk ke kelas mereka saat itu, mungkin guru tersebut sudah mendengar semuanya.

“Ada apa ini?” tanya pak Roni, guru Biologi.

“A- anu Pak....”

“Masuk!” Elang dan yang lainnya pun langsung masuk ke kelas. Semua murid duduk diam di bangku masing-masing.

“Kalian berdua, maju ke depan!” titah pak Roni, menunjuk Elang dan Mayang. Mereka pun maju ke depan.

“Coba jelaskan, tentang apa yang sudah bapak dengar tadi.” Elang dan Mayang saling melihat secara bergantian, mereka bingung harus bagaimana menjelaskan.

“Ayo, atau Bapak akan panggil orangtua kalian ke sekolah,” lanjut pak Roni.

Setelah saling bertukar pendapat melalui isyarat, akhirnya Elang lah yang menjelaskan. Tapi ia tidak mengatakan bahwa ia terjatuh karena April.

“Betul begitu?” tanya pak Roni pada Mayang.

Mayang pun mengangguk,“iya Pak,” jawabnya.

“Kalau begitu kejadiannya, berarti Elang tidak sengaja melakukannya, dan itu tidak akan menimbulkan kerugian apa pun juga bagi Mayang, tapi kalau memang nanti kalian berjodoh itu juga tidak masalah. Tapi saat ini kalian harus fokus belajar dulu dengan giat,” terang pak Roni panjang lebar. “Dan, Bapak ingin kalian saling memaafkan.”

Elang dan Mayang pun saling berjabat tangan.

“Ya sudah, silahkan kembali ke bangku masing-masing,” titah pak Roni.

“Baiklah anak-anak, hari ini kita akan mempelajari tentang pembuahan,” ucap pak Roni mengawali materi pelajaran yang akan ia sampaikan.

“Busett! Udah berbuah aja, harusnya kan berbunga dulu.” Elang teringat dengan pohon rambutannya di kampung, yang lebih dulu berbunga sebelum berbuah.

-

-

-

Setelah selesai membahas kontrak kerjasamanya dengan Ricky, Adit menemui beberapa teman lamanya, ia baru pulang selepas isya. Ia masih belum kepikiran untuk memiliki rumah saat ini. Menurutnya, apartemen yang ia tempati sekarang sudah lebih dari cukup untuk ia dan keponakannya.

“Udah pulang Om?” sambut Elang, ia baru selesai sholat dan sedang melipat sarungnya.

“Gimana sekolah kamu hari ini?” tanya Adit, sambil berjalan menuju ke dapur untuk mengambil air putih.

“Ya begitulah,” jawab Elang sambil berjalan di belakang Adit, ia berniat ingin memasak untuk makan malam mereka.

“Bagitulah bagaimana?” tanya Adit lagi, sambil membuka botol air mineral yang ia ambil dari dalam kulkas, lalu meminumnya.

“Baik,” jawab singkat Elang, ia masih ingat kejadian tadi di sekolah.

“Ngga perlu masak, kamu siap-siap aja, kita makan di luar,” ucap Adit seraya berlalu meninggalkan dapur.

“Iya Om.” Elang pun pergi ke kamarnya untuk siap-siap.

Di kamar, Adit memandangi bayangannya di cermin, ia kembali mengingat keadaannya yang dulu, lalu membandingkan dengan yang sekarang.

“Andai saat ini kamu masih ada, melihat semua ini. Harusnya kamu ikut merasakannya juga...,” lirih Adit, ia kembali menangisi kepergian Nia. Ia juga masih menyalahkan dirinya atas kejadian yang merenggut nyawa istrinya itu.

“Kamu bahkan pergi membawa anak kita juga.”

Di luar, Elang sudah siap dan sedang menunggu Adit di sofa ruang tamu. Sudah lebih dari tiga puluh menit tapi om nya itu belum juga keluar dari kamarnya. Ia berpikir, apa mungkin om nya itu ketiduran karena lelah. Ia menghitung, waktu sejak Adit masuk ke kamar hingga saat ini, harusnya sudah selesai.

Di tengah penantian itu, ponsel Elang berbunyi, ada pesan lewat whatsapp yang masuk. Ia buru-buru mengetuk layar ponselnya, pasalnya ia tau betul itu pesan dari Adit.

“Kita ngga jadi keluar malam ini, tapi Om sudah pesankan makanan tadi, nanti akan ada orang yang mengantarkan, kamu tinggal menerimanya.” Setelah membaca pesan itu, Elang mengetuk tanda kembali ke menu, lalu mematikan ponselnya.

“Ternyata orang dewasa pun masih bisa labil,” kata Elang dalam hati.

Karena tidak jadi pergi, Elang pun masuk ke kamarnya untuk mengganti baju yang ia kenakan dengan pakaian rumah. Ia memakai kaos oblong berwarna putih dan celana pendek.

Tidak lama orang yang mengantarkan pesananpun datang. Elang menerima pesanan tersebut lalu meletakannya di atas meja sofa, kemudian ia pergi ke menuju ke kamar Adit untuk memberitahu kalau makan malam mereka sudah datang.

Tok tok tok!

“Om! Makanannya udah tiba dengan selamat!” ucap Elang dari luar.

“Kamu makan aja duluan!” sahut Adit dari dalam kamarnya. Tanpa menunggu lagi, Elang pun pergi ke dapur untuk memeriksa isi box makanan tadi.

Ia membuka isi kotak pertama yang berisi pizza, lalu ia membuka dua box makanan yang berwarna putih. Nalurinya mengatakan kalau ia harus lebih dulu mencicipi isi kotak pertama, makanan berbentuk lingkaran yang sudah di potong menjadi beberapa bagian itu.

“Bismillah...,” ucapnya sebelum memasukan makanan ke mulutnya.

“Ga enak-enak banget sih, tapi lumayan lah,” gumam Elang menilai makanan tersebut. Menurutnya, jika di bandingkan dengan semur jengkol buatan ibunya, tentu kalah jauh. Tapi rasa makanan itu terbilang unik bagi Elang. Mungkin, bisa di bilang sangat enak kalau dalam keadaan lapar saja pikirnya.

Walau menganggap rasa pizza tadi biasa saja, nyatanya ia menghabiskan hampir setengahnya.

“Busett! Ini gue yang makan sendiri,” kaget Elang, seraya menghitung sisa potongan pizza.

“Ya udah, satu lagi deh, biar genap sisanya.” Elang mengambil satu potong lagi. Setelah selesai, ia pun menyimpan kelebihan makanan tersebut ke dalam kulkas, lalu ia masuk ke kamarnya untuk tidur.

Terpopuler

Comments

pєkαᴰᴼᴺᴳ

pєkαᴰᴼᴺᴳ

aku juga punya elang 😂

2023-01-26

0

lina

lina

lapar ya 🤭🤭🤭

2023-01-25

0

anan

anan

hadir k

2022-12-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!