Maaf, Aku Tidak Tau

“Oma, Alina pergi dulu ya,” pamit Alina pada Mala. Sejak Tari menikah, Alina memilih untuk tetap tinggal bersama Mala, ia tidak mau meninggalkan omanya hanya bertemankan pelayan di rumah itu. Lagi pula, Tari sering ikut suaminya pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan, memang seharusnya ia membiarkan Alina bersama mamanya.

Ayara memperhatikan kakak sepupunya itu dari ujung kaki hingga ujung rambut.

“Kak Al pasti mau pergi sama kak Yuda, ya?”

“Tuh udah tau. Perlu di perjelas lagi ngga?” ledek Alina seraya mengusap pucuk kepala adik sepupunya.

“Isshh,, kenapa sih pada nyebelin!” batin Aya.

“Ayo bantu Oma berbelanja, sekalian kita jalan-jalan,” ajak Mala.

Ayara pun kembali bersemangat.“Oke!”

Tidak lama cucu dan nenek itu sudah berada di dalam mobil yang akan membawa mereka ke tempat tujuan.

Sebelum berbelanja, mereka memilih untuk mengisi perut terlebih dahulu. Ayara sangat senang menemani Mala saat berbelanja. Sedangkan Mala merasa bahagia melihat keceriaan di wajah cucunya itu. Mala menghubungi pak supir agar membawa semua barang belanjaan mereka. Sebelum pulang, Ayara meminta Malauntuk menemaninya makan eskrim, Mala pun mengabulkannya.

Mala tertawa sambil mengelapi mulut cucunya yang belepotan makan eskrim.

“Udah, jangan banyak-banyak, nanti sakit,” ucap Mala mencoba menghentikan Aya yang terlihat masih mau lagi. Mereka pun akhirnya keluar dari mall menuju tempat parkir dimana pak supir sudah menunggu.

“Maaf Nyah, ban mobilnya kempes, perlu waktu untuk memperbaikinya,” ucap pak supir memberitahu. “Apa sebaiknya saya carikan taksi saja?” ucapnya lagi.

“Selamat siang Tante.” Mala menoleh kebelakang, ia memperhatikan orang yang menyapanya dan ia merasa tidak mengenali orang tersebut. Tapi Ayara tentu tau betul siapa yang ada di hadapan mereka saat ini.

“Selamat siang Om.” Ayara yang membalas.

“Kamu kenal orang ini?” tanya Mala pada Aya.

“Dia teman Papa,” jawab Ayara pelan.

“Saya Adit, teman sekolah Bara waktu sekolah,” jelas Adit, berharap ibu temannya itu bisa mengingatnya.

Oh ya, ya. Maaf, Tante lupa. Maklum, faktor umur,” kekeh Mala. Penampilan Adit yang sangat jauh berbeda tentu menjadi sulit untuk langsung di kenali. Menjadi pria dewasa yang sukses tentu merubah semuanya, termasuk dari segi penampilan.

Adit menawarkan bantuan untuk mengantar Mala dan Ayara pulang ke rumah. Tanpa penolakan sedikitpun, Mala yang merasa lelah itu pun langsung menyuruh supirnya untuk memindahkan barang belanjaanya ke mobil Adit, karena barang-barang tersebut adalah bahan dapur termasuk sayuran. Hari ini Mala sengaja berbelanja sendiri, hitung-hitung olahraga sekaligus hiburan.

Pak satpam buru-membukakan pagar ketika tau majikannya yang datang.

“Kirain Nyonya beli mobil baru,” ucap pak satpam tertawa kecil, sambil membawakan barang belanjaan Mala. Sementara Adit membantu mengeluarkan barang-barang tersebut dari bagasi mobilnya.

“Ayo, masuk dulu,” ajak Mala pada Adit.

“Mungkin lain waktu saja, Tan. Saya masih ada urusan.”

“Ya sudah, kalau begitu Tante masuk dulu, maaf jika Tante jadi merepotkan.”

“Ngga apa-apa, Tan.”

Aya mendekati tempat dimana Adit masih berdiri, “terimakasih ya Om,” ucapanya.

“Sama-sama,”

“Om....” Adit yang berniat hendak masuk ke dalam mobil pun mengurungkan niatnya, ia menatap pada Aya yang terlihat sedikit menunduk.

“Maaf atas kejadian kemarin, aku ngga tau kalau....”

“Ya, ngga masalah,” sahut Adit, ia faham apa yang di maksud gadis itu.

Di malam itu, setelah semua sudah pulang, Aya tidak sengaja mendengar percakapan kedua orangtuanya mengenai kejadian lima belas tahun yang lalu. Ia merasa tak enak hati lalu memutuskan untuk meminta maaf jika ada kesempatan.

-

-

-

Di sekolah

Elang memandangi gedung sekolah barunya, di dalam hati, ia membandingkan sekolah tersebut dengan sekolahnya yg lama, sangat jauh berbeda.

“Gue ngga nyangka bakal sekolah di tempat kayak begini, seperti yang ada di sinetron anak sekolahan,” gumannya dalam hati.

Ia melewati pagar sekolah, tak lupa ia menyapa penjaga sekolah yang berdiri di dekat pagar. Penjaga sekolah itu pun membalas dengan mengangguk.

“Sial! Gue ga tau dimana letak kantor sekolah ini!” Elang kebingungan melihat kesana kemari.

“Eh, lu anak baru ya?” Elang pun melihat ke arah belakang. Ada tiga wanita yang berdiri di hadapannya saat ini. Elang memperhatikan satu persatu murid cewe yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengannya. Pastilah mereka murid di sekolah ini juga, pikirnya.

“Nona-nona yang cantik, gue mau nanya, dimana ruang kepala sekolah?” Tak langsung menjawab, tiga orng murid tersebut saling menatap ke arah temannya secara bergantian, lalu mereka tersenyum.

“Lu lurus aja dari sini terus nanti belok kiri lurus lagi belok kanan, setelah itu, lurus aja lagi,” ucap salah satu murid tersebut.

“Ok, terimakasih!” ucap Elang, ia pun pergi mengikuti petunjuk tersebut.

“Sial! Apa jangan-jangan gue di kerjain ya sama mereka,” umpat Elang, pasalnya sudah tiga kali ia kembali ke tempat yang sama.

“Ya, harusnya gue sadar dari awal! Akhirnya gue sama kayak di sinetron, jadi anak baru yang yang di kerjain.”

“Lu ngapain disini!?” Suara seseorang dari arah belakang berhasil membuat Elang kaget hingga berjingkat. Elang pun melihat ke arah belakang, ternyata orang itu adalah Devano.

Elang merasa lega seraya mengusap dadanya, “lu datang di waktu yang tepat,” ucapnya.

“Waktu yang tepat apaan, emang lu mau lahiran?”

“Tadi gue nanya ruang kepsek sama murid disini, tapi gue di kerjain! Lutut gue udah lemes tiga kali muter,” jelas Elang, di dalam hati ia akan membuat perhitungan dengan tiga orang tersebut.

“Ayo ikut gue,” ajak Devano, ia mengantarkan Elang ke ruang kepsek lalu ia pun kembali ke kelas karena bel tanda masuk sudah berbunyi.

“Selamat pagi anak-anak,” ucap bu Dahlia memasuki ruangan kelas.

“Selamat pagi Bu...!” jawab anak-anak.

“Elang, ayo perkenalkan diri kamu ke teman-teman kamu,” titah bu Dahlia.

“Iya bu.” Elang pun mulai memperkenalkan dirinya di depan kelas. Tanpa sengaja ia melihat ke beberapa murid yang ada di ruangan itu, murid yang tadi mengerjainya. Mereka terlihat menahan tawa karena telah berhasil mengerjai Elang. Elang pura-pura tidak peduli dan tetap memperkenalkan dirinya.

“Ehm,, nama gue Elang Se....”

“Sebentar.” Elang tidak melanjutkan perkenalannya tapi ia langsung melihat ke arah bu Dahlia yang menyela.

“Gunakan bahasa indonesia yang baik dan benar!” titah bu Dahlia.

“Iya bu,” angguk Elang, lalu melanjutkan memperkenalkan dirinya.

“Baik, silahkan duduk!” Elang pun ingin menuju ke bangku yang masih kosong di sebelah seorang murid cewe yang mengenakan kacamata.

Saat melewati tempat duduknya, April sengaja menyenggol kaki Elang dengan kakinya sendiri. Kesempatan itu Elang gunakan untuk berpura-pura jatuh hingga tak sengaja mencium pipi murid cewe yang duduk di belakang tempat duduk April, dan murid tersebut adalah salah satu orang yang ikut bekerjasama mengerjainya.

“Sorry, sorry...! Ulah temen lu di depan tuh,” ucap Elang seraya menunjuk April dengan mukanya. Elang tersenyum lalu mengambil tempat duduknya.

“Hai,” sapa Elang pada teman sebangkunya. Alysa membalas dengan mengangguk seraya tersenyum malu-malu.

Terpopuler

Comments

pєkαᴰᴼᴺᴳ

pєkαᴰᴼᴺᴳ

mau jg dong es klimnya🤭

2023-01-26

0

Kiηg__ᴰ

Kiηg__ᴰ

hahaha anak baru di kerjain🤣🤣

2022-12-16

1

🔥𝐍𝐄𝐎💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱

🔥𝐍𝐄𝐎💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ🔱

berawal dianter pulang.....

2022-12-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!