Tetep Ngeselin!

Walau merasa bosan dan kesal, Ricky tetap menunggu kedatangan Adit. Ia sudah memberitahu istrinya bahwa ia akan pulang terlambat. Kiara tak keberatan samasekali, bahkan ia juga ikut merasa senang mendengar bahwa sahabat suaminya itu telah kembali. Ia membiarkan kedua sahabat itu menghabiskan waktu bersama.

“Sorry,” ucap Adit yang tiba-tiba datang, sambil menarik kursi untuknya. Sementara Ricky sudah berwajah kesal.

“Lu dari dulu ga berubah ya, ngeselin! Gue udah kayak kambing congek nungguin lu disini!” protes Ricky seraya memasukan beberapa berkas yang tadi sempat ia baca ulang sembari menunggu kedatangan Adit.

“Lu mau kemana? Kita kan belum makan!”

“Udah malas gue!” sahut Ricky seraya meninggalkan tempat duduknya dan berniat meninggalkan resto tersebut. Adit pun menyusul sahabatnya itu.

“Rick, lu juga ternyata ga berubah, masih aja ngambekan!”

Ricky tak menjawab ocehan Adit, ia terus berjalan menuju tempat parkir. Selain karena menunggu terlalu lama, ia juga merasa pusing setelah meeting dengan beberapa klien hari ini.

“Lain kali aja kita nongkrong bareng, sekarang gue harus pulang, lagian lu juga bakal lama disini,” jelas Ricky ketika ia sudah berada di dekat mobilnya.

“Nongkrong itu kata-kata yang cocok untuk anak remaja, kalau kita udah beda kelas bro,” protes Adit yang ikut masuk ke dalam mobil Ricky. Tanpa banyak bicara lagi, Ricky pun menyalakan mobilnya lalu menuju ke kediamannya bersama keluarga kecilnya.

Kiara yang merasa heran dengan kepulangan suaminya itu pun berniat ingin bertanya, tapi ia urungkan ketika melihat Ricky tidak pulang sendiri.

Kiara memanggil bibik yang membantunya mengurus rumah selama ini, agar membuatkan minum untuk Adit.

Setelah membersihkan dirinya, Ricky menemui Adit yang masih menunggu di bawah. Ternyata disana juga sudah ada Bara dan Dimas. Memang sebelumnya ia sempat memberitahu kalau Adit sedang berada di rumahnya, tapi ia tidak menyangka kalau secepat itu mereka datang.

Keempat sahabat itu akhirnya kembali berkumpul, mereka kembali menceritakan kekonyolan mereka pada jaman dulu. Bak dongeng jika anak-anak mereka mendengar. Tapi untungnya saat itu anak-anak tidak ada disana.

Kiara meminta bibik untuk menyiapkan makan malam, lalu mengajak semuanya untuk makan bersama.

Selama mengobrol, baik Bara, Dimas dan Ricky, tidak ingin menyinggung soal apa pun mengenai kejadian lima belas tahun yang lalu. Mereka tidak ingin merusak suka cita dengan membuka kembali luka lama. Biarlah Adit sendiri yang berbicara jika dia menginginkannya.

Esoknya Adit berniat ingin pulang ke kampung halamannya, dimana kedua orangtuanya tinggal. Sudah lama ia tidak pulang ke kampung halaman, selama ini ia hanya mengirim uang dan berkomunikasi lewat telepon saja. Kehidupan keluarganya sekarang tentu jauh lebih baik.

Selama seminggu menghabiskan waktu bersama kedua orangtuanya, Adit pun kembali ke kota, namun ia tak sendiri, ia membawa anak dari kakak sepupunya untuk ia sekolahkan di kota. Hitung-hitung biar ada yang menemaninya di apartemen. Apa lagi keponakannya tersebut terbilang rajin dan mudah juga bergaul. Adit berniat memperkenalkan keponakannya pada anak-anak sahabatnya. Selepas sholat maghrib mereka pun pergi ke rumah Bara, sahabat yang paling sering ia bantu waktu dulu, walau bantuannya tak pernah gratis. Kebetulan ada Dimas dan Ricky juga yang sudah berada disana lebih dulu. Sebelumnya mereka sudah mengatur janji dan rumah Bara lah yang kini jadi tempat pertemuan mereka.

“Busett, gede amat! Ini rumah apa istana pangeran inggris!” decak Elang ketika berada di sebuah halaman rumah yang menurutnya bak kediaman pangeran.

“Jangan norak, dan jangan bikin malu!” ucap Adit mengingatkan, lupa kalau ia sendiri pun dulu tak kalah norak dari keponakannya.

Mereka di sambut oleh Bara yang kebetulan baru selesai menerima telepon dari rekan bisnisnya. Ia tak ingin mengganggu obrolan orang yang ada di dalam rumah, sebab itulah ia pergi ke luar.

Adit memperkenalkan keponakannya pada sahabatnya, dan Elang pun langsung menyalami satu persatu orang yang di anggapnya lebih tua. Raffi dan Devano juga menyambut baik teman baru mereka. Mereka langsung memisahkan diri mencari tempat untuk mengobrol. Rencananya Elang akan sekolah di tempat yang sama dengan kedua teman barunya itu.

“Ngomongin apa nih, seru banget?” tanya Ayara yang baru turun dari lantai atas dimana kamarnya berada.

Elang mengalihkan pandangannya ke sumber suara tersebut, di dalam hati ia berdecak kagum dan tak hentinya memuji. “Ternyata rumah gede ini juga menyimpan bidadari,” gumam hati Elang.

“Itu Kakak gue, namanya Ayara,” ujar Raffi memberitahu. Sedangkan Ayara sudah pergi ke ruang tamu, ingin melihat sahabat Papanya yang katanya baru pulang dari perantauan. Aya menyapa semua yang ada disana, lalu ia duduk di antara kedua orangtuanya.

“Om datang cuma berdua sama anaknya, istrinya ngga di ajak?” tanya Aya pada Adit. Selama ini ia selalu melihat Dimas membawa istrinya saat mengunjungi orangtuanya. Aya juga mengira kalau teman baru Raffi dan Devano tadi adalah anak dari Adit. Walau sebetulnya ia tidak yakin kalau Adit memiliki anak remaja seumuran dengan adiknya, karena om-om yang ada di hadapannya saat ini masih terlihat sangat muda dan terlalu keren untuk jadi bapak-bapak.

Tidak di pungkiri, Adit teringat istri dan calon anaknya yang dalam waktu bersamaan meninggalkannya. Tapi dalam hal ini, ia tidak menyalahkan siapapun, mungkin memang sudah takdirnya seperti itu. Saat ia datang kembali ke kota ini, ia sudah siap dengan segala sesuatu yang mungkin akan mengingatkannya kembali pada masa lalunya, tapi ia juga hanya seorang manusia biasa, yang tetap akan merasakan sakit jika ingat kejadian itu.

Raisa menatap suaminya yang juga terlihat tidak enak hati, dan mendadak suasana sempat terasa canggung. Anak-anak mereka tentu tidak tahu apa-apa tentang kejadian lima belas tahun lalu.

-

-

-

Ayara mengusap layar ponselnya untuk melihat si pengirim pesan.

“Happy weekend...!” Ternyata Diva yang mengirimi pesan. Setelah membalas pesan tersebut ia meletakan kembali ponselnya di dekat bantal. Di dalam hati ia mengecam perbuatan Diva yang sengaja pamer weekendnya dengan gebetan. Ia kembali ingin memejamkan matanya tapi sudah tidak bisa, akhirnya ia pun meninggalkan tempat tidur lalu pergi ke kamar mandi. Ia berniat mengunjungi Omanya. Setelah sudah siap, ia pun pamit dengan orang rumah. Akhir pekan di waktu pagi, biasanya Raisa dan Bara akan menghabiskan waktu untuk berolahraga sepeda bersama, jadi Ayara hanya nitip pesan lewat art. Ia pergi dengan naik taksi, karena mungkin ia akan lama saat disana.

Mala sangat senang menyambut kedatangan cucunya. Setiap akhir pekan ia selalu menunggu kedatangan Ayara ke rumah. Walau sudah jadi nenek dengan tiga cucu, Mala masih terbilang sehat dan aktif. Apalagi kini sudah tidak ada lagi masalah berat yang membebani pikirannya. Setelah 5 tahun Bara menikah, Tari memperkenalkan pria pilihannya dan Mala langsung menyetujui, ia tidak ingin lagi mengatur-atur jodoh anaknya, toh yang menjalani kelak adalah mereka yang menikah. Sebagai orangtua cukup mendo'akan saja.

Terpopuler

Comments

🍾⃝ ɪͩʟᷞʜͧᴀᷠᴍͣ𝕄𝕒𝕩✰͜͡w⃠👻ᴸᴷ

🍾⃝ ɪͩʟᷞʜͧᴀᷠᴍͣ𝕄𝕒𝕩✰͜͡w⃠👻ᴸᴷ

"Pertanyaan Aya mengingat kn masa lalu yg kelam buat Adit,,

2023-01-26

1

☠ᵏᵋᶜᶟ 𝕸y💞Sarinande⒋ⷨ͢⚤

☠ᵏᵋᶜᶟ 𝕸y💞Sarinande⒋ⷨ͢⚤

sabar ya Adit...tak mudah memang melupakan kenangan yang indah

2023-01-25

0

☠ᵏᵋᶜᶟ 🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ 🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈

waaah pertanyaan Ayara akan mengingatkan Adit pada kematian istri dan juga calon anaknya tuuuuh

2023-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!