Aku sedang tersenyum senang saat ini, bahkan sangat bahagia. Seorang laki - laki yang aku suka sekarang berdiri gagah di samping ku dengan senyum manisnya.
Rangga Wijaya namanya, teman sekantor ku yang bisa di bilang dia senior ku kini baru 1 jam yang lalu menjadi suamiku.
"Kenapa Sayang."
Katanya melihat ku tersenyum memandangnya.
"Haus.?" Tanyanya, Dia memang perhatian sekali orangnya.
Aku menganggukkan kepalaku dan setelah itu dia turun dari pelaminan mengambilkan minum air mineral untuk ku.
"Minum Sayang."
Dia sudah membukakan tutup botolnya dan menyerahkan kepada ku.
"Makasih Mas."
Senyumnya meluluhkan hati, karena memang semua berawal dari senyumannya waktu itu saat pertama kali kita bertemu.
~ Flashback On~
Setelah satu minggu aku bekerja di kantor, aku bertemu dengan seorang laki-laki di parkiran dia juga baru datang dan melepaskan helmnya. Lalu dia sedikit merapikan rambutnya dengan mengaca di spion sepeda motor miliknya.
Aku masih duduk saja di sepeda motor matic milikku sambil sesekali melirik kearahnya. Tanpa aku duga dia menoleh ke arahku dan tersenyum.
"Cakep." Dalam hati Ku.
Kemudian Dia pergi dari parkiran itu dan aku masih terpaku dengan senyumannya barusan.
Setelah sampai di ruangan ku aku masih suka tersenyum sendiri mengingat senyumannya.
"Kamu kenapa Ra." Kata teman baru ku.
"Nggak papa Sil, he he he..."
Kata Ku karena malu mengakuinya, masa baru lihat sudah kesengsem.
Teman ku hanya menggelengkan kepalanya saja mengira aku lagi stres kali karena deadline banyak. Kemudian datang seseorang ke ruangan ku untuk mencari teman ku tadi dan tak ku sangka ternyata laki-laki yang aku lihat di parkiran tadi.
"Sil, mana draft nya."
Kata Dia.
Aku terpaku melihat ke arahnya, bahkan suaranya pun dapat membius ku.
"Ra, kenapa?. Kamu suka ya sama Rangga." Silvi mengagetkan Ku dan mungkin Dia melihat aku menatap cowok itu.
"Oh... Rangga namanya." Dalam hati ku.
"Eh.. apaan kamu sih Sil."
Sangkal Ku lagi untuk menutupi kegugupan Ku.
Setelah hari itu kita jadi sering ketemu itu pun karena Silvi dan Mereka berdua sering komunikasi soal kerjaan.
"Ra.."
Silvi memanggil ku yang pura pura lagi sibuk melihat layar komputer setelah Rangga pergi dari ruangan Ku.
"Hmm.. Kenapa Sil."
"Rangga gimana."
Si Silvi mulai memancingku karena dia sudah curiga dengan tingkah ku saat ada Rangga.
"Gimana maksudnya."
"Cakep kan Dia."
"Sengaja nih Silvi." Dalam hati Ku.
"Emang kenapa kalau cakep."
Mendengar jawaban ku Silvi malah senyum - senyum sendiri ke arah ku.
"Kamu nggak ada naksir sama Dia."
"Apa sih Sil."
Sangkal Ku karena jujur aku gengsi untuk mengakuinya.
Lama - kelamaan sepertinya Silvi jadi curiga dengan ku dan akhirnya aku pun menceritakan jika sudah menaruh hati kepada Rangga sejak pertemuan pertama kita diparkiran.
"Deketin aja Ra." Sarannya
"Malu dong Sil."
Walaupun saat itu sebenarnya kita berdua sudah saling kenal dan pernah beberapa kali ngobrol cuman hanya sebatas kerjaan saja dan beberapa kali saling chat tapi bahasanya juga masih formal.
Silvi tersenyum penuh makna waktu itu entah apa yang Dia rencanakan.
Suatu pagi setelah hampir 1 bulan aku terdiam dalam mengagumi Rangga terjadilah kehebohan.
Semua disebabkan oleh Silvi yang memang mulutnya ember dia menyebar gosip itu dan akhirnya aku jadi bahan ledekan teman-teman yang lain.
Malu sekali rasanya kesannya aku yang mengejar - ngejar Rangga.
"Sil, kamu tega ya membocorkan rahasia ini." Kata Ku setelah mendengar ledekan dari teman lain.
"He he he.. Lihat aja setelah ini kamu bakalan berterima kasih pada Ku."
Aku masih nggak paham apa maksud dari Silvi, ya sudah lah aku fokus kerja aja walaupun harus banyak berdiam di ruangan karena tak mau mendengarkan suara yang meresahkan di luar sana.
"Ra, yuk ke kantin."
Ajak Silvi saat jam makan siang.
"Malas aku Sil."
"Ayo... Buruan deh aku lapar. Emang kamu nggak lapar."
Silvi entah kenapa menarik lengan ku dan memaksa untuk ikut sama dia.
Sesampainya di kantin aku pesen makan dan begitu juga Silvi, setelah itu kita cari tempat duduk dan ada bangku kosong tapi sayangnya di situ ada Rangga sama temannya.
"Ra, kita duduk sama."
"Sil.." Aku menggelengkan kepala ku tanda tak mau.
"Nggak papa ayo."
Karena adanya tempat juga itu akhirnya ikut aja aku, dan salam hati mencoba menguatkan mental.
"Boleh gabung." Kata Silvi.
"Oke... Silahkan." Kata Rangga dan temannya.
Kita saling tersenyum dan kemudian aku duduk saja di depan Rangga.
"Aduh, minum ku mana." Kata Silvi dan dia beranjak. Lalu...
"Mana sudah pergi lagi Silvi, minum ku juga habis." Temannya Rangga yang bernama Anwar pergi juga.
"Sengaja ya Mereka." Dalam hati Ku.
Dan akhirnya hanya ada aku dan Rangga di meja itu yang saling diam dan fokus dengan makanan kita.
"Naira..." Panggil Rangga dan aku menatapnya.
"Iya Mas Rangga, kenapa."
Jawab Ku dengan santai tapi jujur gemuruh hatiku rasanya.
"Besok Sabtu ada acara."
Tanyanya dan aku melongo aja apa coba maksudnya.
"Sabtu libur Mas, biasanya di rumah aja kalau nggak ada teman yang ngajak pergi." Emang dasar aku suka bicara ya entah gimana bisa jawab seperti itu.
"Kalau besok Sabtu sudah ada yang ngajak keluar belum."
Deg - dengan langsung jantung ini.
"Hmmm... emang kenapa Mas."
Sok tenang jawabnya tapi rasanya hati gemuruh.
"Kalau belum ada acara, mau nggak nemenin aku jalan. Refreshing biar tidak penat kerja terus."
Semakin detak jantungku tak terkendali. Rasanya ingin teriak mau banget tapi gengsi dong.
"Hmmm... mau kemana Mas."
"Kamu suka jalan kemana."
Sumpah ya tatapannya maut dan senyuman itu...
"Kalau aku sih suka yang suasananya alam gitu, lebih segar udaranya."
"Oke, jadi jemput jam berapa."
Beuh.... mau jerit rasanya, kemana coba Silvi tadi kayak sengaja deh Dia.
"Pagi ya Mas jam 8 nan, biar masih seger udaranya."
"Oke... Share Lok ya."
Katanya sambil senyum memabukkan.
Setelah itu aku pun kembali ke kantor bersama Rangga karena Silvi dan Anwar sengaja meninggalkan kita berdua.
Hari itu tiba Rangga benar datang ke rumah dan pamit dengan kedua orang tua ku untuk mengajak ku pergi.
"Naira.."
Katanya saat kita duduk santai menikmati pemandangan indah di depan mata.
"Iya Mas."
aku menoleh dan dia menatapku dengan senyuman itu.
"Mau nggak Kamu jadi calon istri ku."
Jujur ya aku bengong sekian detik tak percaya mendengar itu.
"Mas Rangga apa maksudnya."
"Ra.. Sebenarnya aku juga suka sama kamu sejak melihat mu di parkiran waktu itu. Tapi masih takut ingin menyatakan sama kamu karena aku nggak cari pacar lagi tapi ingin menikah. Maaf ya sebelumnya aku sebenarnya sudah banyak mencari info tentang kamu dari Silvi dan dia sudah banyak cerita."
"Jadi di kantin itu sengaja Mas."
"Iya, maaf ya. Aku memang nggak seberani itu untuk langsung mengajak mu bicara karena takut kamu menjadi ledekan teman lain."
"Kenapa Mas Rangga milih Naira."
"Kamu wanita spesial, sebenarnya aku juga sudah tau rumah mu karena beberapa kali mengikuti kamu pulang. Maaf ya Ra."
"Mas Rangga serius."
"Serius Ra, dan jika kamu bersedia menjadi calon istri ku, aku akan mengajak kedua orang tua ku ke rumah Mu."
"Aku butuh waktu ya Mas, mau istikharah dulu."
Walaupun aku sudah jatuh hati tapi ingin memantapkan perasaan ini, karena Mas Rangga ingin langsung mengajak menikah.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Dan sekarang kita berdiri di pelaminan setelah dengan lancarnya dia mengucapkan ijab qobul tadi pagi di depan Ayah Ku.
Tangannya tak lepas menggenggam tangan ku dan senyumnya selalu menghiasi bibirnya.
"Mas.."
"Iya Sayang."
"Hal terindah di dalam hidupku dicintai oleh mu, semoga cinta kita akan bersama sampai di surganya."
"Aamiin.. I Love You Sayang."
Rasanya ingin terbang begitu Dia mengecup bibir ku tanpa aba - aba..
🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments