Ditempat berbeda tepatnya diapartemen Elea,suasana begitu hening dan dingin yang menguar memenuhi ruangan. Hanya terdengar suara sendok bertemu piring dari tiga orang yang kini sedang makan malam. Mereka bertiga tengah sibuk dengan pikiran masing-masing.
Bian sibuk dengan pikirannya yang mencari alasan agar bisa mengusir Barra sesegera mungkin.
Elea sibuk dengan pikirannya topik apa yang harus ia pilih agar mereka bertiga bisa saling mengobrol dan semakin dekat satu sama lain.
Sementara Barra,lelaki itu juga sibuk dengan pikirannya bagaimana memulai pembicaraan yang dapat diterima oleh Bian.
" Ekheemm.." Elea berdeham mencoba mengusir keheningan.
" Barra bukankah tadi kau bilang membawa sesuatu untuk kak Bian " Elea mulai membuka topik.
" Oh..iya ada sesuatu yang khusus aku beli untukmu kak " Barra mengambil sebuah bungkusan dari dalam paperbag yang ia bawa.
" Aku membelinya di London " imbuhnya sembari menyodorkan kotak persegi panjang perpaduan warna hitam dan gold yang begitu mewah.
" Dan ini untukmu sayang " Barra kembali menyodorkan kotak persegi,kali ini diberikan pada Elea.
" Aku juga dapat " seru Elea membuka kotak persegi yang dihiasi pita perpaduan warna pink dan gold itu. Netra gadis itu berbinar ketika melihat isi kotak tersebut adalah kalung berlian cantik.
" Akan kubantu memakainya.."
" Jangan coba-coba.." suara Bian menghentikan Barra yang beranjak berdiri. Suasana yang tadinya sedikit hangat dan mencairkan kebekuan kini kembali hening dengan rasa canggung pada Ekea dan Barra.
" Apa yang Barra berikan untukmu kak?biar aku bukakan " ucap Elea meraih kotak persegi itu,dan ternyata isinya adalah sebuah jam tangan rolex dengan seri terbatas.
" Waoww... indah sekali kak " seru Elea namun tak mendapat reaksi apapun dari Bian,pria itu tetap dengan ekspresi datar tak terbaca.
" Akan sangat cocok saat kau memakainya dipersidangan nanti kak " imbuh Barra mencoba ramah pada calon kakak iparnya.
" Apa yang kupakai dipersidangan tidak akan mempengaruhi putusan sidang bukan " kata kata Bian langsung membuat Elea dan Barra terdiam saling menatap.
" Aku sudah selesai,kalian lanjutkan saja makannya" Barra kemudian beranjak meninggalkan meja makan.
" Kak Bian..kakak..." Elea menyusul mencoba membujuk kakaknya.
" Kakak...kenapa seperti tu??"
" Memang aku kenapa?"
" Tak bisakah kakak lebih ramah dan lebih welcome pada Barra?"
" Kau tak lihat kekasihmu itu sedang menyombongkan apa yang ia punya "
" Bukan begitu kak,Barra hanya memberikan hadiah kecil agar..."
" Agar aku dapat menerimanya sebagai kekasihmu?" Bian memotong kalimat Elea.
" Kau tahu bukan aku tidak menerima sogokan " jelas Bian kemudian memasuki kamarnya.
" Kakak...kak Bian " sementara Elea masih menggedor dan meneriakkan nama kakaknya.
" Oh..ya segera usir dia setelah selesai makan " Bian membuka pintu tapi hanya untuk mengucapkan kalimat yang malah membuat Elea marah dan kecewa.
" Kakak...kau menyebalkan sekali " teriak Elea pada pintu kamar Bian yang sudah tertutup kembali.
Sekembalinya Elea diruang makan Barra terlihat tersenyum mencoba tak kecewa dengan penolakan Bian yang terulang kembali.
" Sudahlah sayang,mungkin kak Bian masih butuh waktu " Barra menghibur Elea yang terlihat kecewa,memeluknya untuk menyalurkan energi positif pada wanita tercintanya itu.
" Aku akan pulang,kau istirahatlah dan cepat pulih ya " Barra mengurai pelukan mereka,menatap lembut pada Elea yang masih menekuk wajahnya.
" Maafkan kak Bian "
" Kak Bian tidak melakukan kesalahan sayang " tutur lembut Barra yang kemudian mengecup lembut dahi Elea membuat wanita itu menghangat dan tersenyum.
" Aku pulang dulu istirahatlah " imbuhnya kemudian meninggalkan apartemen Elea.
Sementara Elea sepeninggal Barra wanita itu masih diliputi rasa bersalah pada sang kekasih. kenapa kakaknya selalu bersikap dingin pada kekasihnya,apa yang salah pada Barra. Biasanya insting kakaknya itu selalu tepat bila ia tak menyukai Barra pasti ada alasan yang logis,tapi apa alasannya kenapa sang kakak tidak memberitahunya bila memang itu yang terbaik untuk mereka.
Memikirkan itu semua membuat kepala Elea pusing,dia pun memutuskan tidur setelah sebelumnya meminum obat. Dia ingat betul pesan dokter Adrian yang mengharuskan ia istirahat cukup dan tidak tidur terlalu malam.
Sementara ditempat berbeda seorang pria tampan baru saja memasuki sebuah club malam elit langganan para petinggi dan selebriti,pria itu adalah Batara Dewangga atau yang biasa dipanggil Barra. Barra kekasih Elea yang baru saja meninggalkan sang kekasih itu memilih meluapkan kekecewaanya dengan mengunjungi club malam. Disanalah ia biasanya mencari kesenangan dan pelampisan dari semua masalah pekerjaan dan percintaan yang ia alami.
" Mr. B..." panggil seseorang dari kejauhan,pria yang sering disapa Ramon itu mendekat kemudian menunduk menghomati pelanggan setianya. Ramon adalah pemilik club malam itu.
" Aku sudah menyiapkan pesanan anda,ada di room VVIP seperti biasanya" ucap pria itu dengan kerlingan mata mengisyaratkan sesuatu yang sudah mereka berdua pahami.
" Ingat Ramon kali ini aku ingin original first hand,bila tidak sesuai pesananku tempat ini akan aku tutup " peringatan Barra yang begitu tegas dan dingin menghilangkan senyuman dari wajah Ramon.
" Tenang saja Mr. B semua sesuai pesanan anda,walaupun dia gadis biasa yang hanya membutuhkan uang namun aku jamin pelayanannya akan sangat memuaskan anda " Ramon menjelaskan kalimatnya dengan panjang lebar,ia tidak mau mengecewakan pelanggan setianya ini. Karena bila sedikit saja Ramon membuat kesalahn maka usaha club malam miliknya hanya akan menyisakan nama.
Tanpa berbasa basi lagi Barra menuju lantai atas dimana ruang VVIP berada. Setelah memasuki ruang VVIP tersebut seorang wanita cantik nan seksi tengah menunggu kedatangannya. Wanita malam yang ia pesan sebelumnya. Cantik polos dan masih virgin begitulah yang Barra inginkan dan Ramon dengan sigap segera mendapatkannya.
" Good night Mr. B " sapa lembut gadis itu mendekati Barra. Sementara Barra menyapu pandangan pada wanita itu.
" Kau yakin masih virgin? " tanya Barra tanpa basa basi dan langsung ke intinya.
" Kau boleh memeriksanya sendiri Mr. B " bisik wanita cantik itu tepat ditelinga Barra. Jelas saja aksi wanita malam itu mebuat jiwa laki-laki bara terbangun hingga akhirnya terjadilah perang ranjang antara keduanya.
Memang begitulah kehidupan seorang Batara Dewangga kekasih yang sangat dicintai Elea. Dia mempunyai dua sisi kehidupan yang tak banyak diketahui orang lain kecuali Ben sekretaris dan orang kepercayaannya.
Saat bersama Elea Barra adalah pria dewasa yang lembut dan penuh kasih sayang,namung disaat tak bersama Elea Barra adalah seorang CEO dingin tak berperasaan yang gila akan kerja. Dan disaat pikiranya kusut tak terurai maka ia akan datang ketempat yang membuatnya damai dan melupakan semua masalahnya. Tempat itu adalah club malam tempat dimana ia berada sekarang.
Memang tak dipungkiri Barra sangat mencintai Elea,dia yakin betul wanita itu adalah jodoh terbaik untuknya. Namun Barra juga seorang pria normal yang butuh pelampiasan biologis,ketika ia tak bisa melakukannya pada sang kekasih maka ia akan melakukannya pada wanita yang sesuai imajinasinya.
Seperti malam ini ia ingin dilayani oleh wanita polos dan virgin yang akan ia majinasikan sebagai sosok Elea Maulana,kekasih yang tak bisa dia paksa untuk memuaskan kebutuhan biologisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments