Malam hari pun tiba kini Bian tengah menyiapkan beberapa menu makan malam untukknya dan sang adik,sengaja ia mampir disebuat resto yang disebutkan sang adik ketika meneleponnya tadi.
" Semua ada sesuai pesananmu " ucap Bian ketika semua menu pesanan Elea sudah tersedia diatas meja makan.
" Apakah selera makanmu sudah kembali?pesanan makananmu banyak sekali " Elea hanya menggeleng.
" Makanlah aku sudah sangat lapar " Bian bersiap mengambil makanannya namun dihentikan Elea.
" Tunggu dulu kak,kita sedang menunggu seseorang "
" Seseorang? siapa??" Elea terdiam.
" Siapa Ele ??"
" Barra " Jawab Elea lirih hampir tak terdengar.
" What..?? are you kidding me? " Bian meletakkan piring yang dari tadi dipegangnya.
" Kau menyuruhku membeli makanan sebanyak ini hanya untuk pria sombong itu?"
" Dia tidak sombong kak,percayalah dia bukan orang seperti itu kalau kau sudah mengenalnya dengan baik "
" Kalian makanlah sendiri " Bian hendak meninggalkan meja makan namun ditarik oleh Elea.
" Kakk...pleasee...sekali ini saja bila kakak masih tetap tidak menyukai Barra maka aku tidak akan memaksa lagi "
" Sudah berapa kali kau mengatakan itu,dan aku tetap tidak menyukainya kan " Elea hanya terdiam sejenak lalu mendudukkan kakakny kemudian ia duduk bersimpuh didepan sang kakak.
" Baiklah,katakan padaku apa yang membuat kakak tidak menyukai Barra dan bagaimana caranya agar kakak dapat menerimanya sebagai kekasihku?" Elea memandang lekat pada sang kakak,pikirannya benar-benar buntu bagaimana lagi harus meyakinkan kakak satu-satunya ini.
" Tidak semua yang kau pikir baik juga baik menurutku Ele,dan kau tidak bisa memaksaku menyukai apa yang kau sukai " Bian mengatakan kalimatnya dengan sangat lembut,sembari membelai puncak kepala Elea berharap adiknya mengerti apa yang ia rasakan.
Sebenarnya ada kisah masa lalu yang membuat Bian tak bisa menerima Barra,jauh sebelum Elea menjalin hubungan dengan Barra Bian sudah lebih dulu mengenal pria itu. Walau mungkin Barra tidak menyadarinya. Pada saat itu Bara tengah menangani kasus clientnya yang merupakan lawan dari keluarga Barra.
Saat itu clientnya adalah seorang karyawan biasa diperusahaan Barra,karena sebuah kesalahan yang tidak disengaja clientnya harus mengganti rugi pada perusahaan Barra dengan nominal yang sangat besar dan clientnya tidak dapat membayar walau hanya seperempatnya saja. Saat itulah Bian mencoba berdamai dan bernegosiasi dengan Barra sang pemilik perusahaan namun selalu ditolak dan Barra tidak pernah mau bertemu atau bahkan mengangkat telepon Bian. Kasuspun ditutup dengan putusan penjara bagi clientnya,membuat Barra sangat menyesal tak bisa menyelamatkan si client yang merupakan tulang punggung keluarga. Dari sanalah rasa tidak suka pada Barra mulai tumbuh.
Dan setelah beberapa tahun ternyata pria itu malah menjadi kekasih sang adik. Entah bagaimana sang adik bisa bertemu dengan pria itu dan entah apa yang membuat Barra tertarik pada adiknya karena dimatanya Elea hanya gadis biasa jauh dari spek pasangan seorang CEO seperti Barra. Ia khawatir kalau Barra tidak benar-benar serius pada sang adik dan hanya akan berakhir pada kekecewaan yang mungkin akan dirasakan Elea.
" Kakak aku mohon sekali ini cobalah untuk lebih dekat dengan Barra " Elea memohon sembari menggengam erat tangan kakaknya. Sorot matanya begitu tulus membuat Bian tak tega.
" Apakah kau benar-benar mencintainya?" Elea hanya mengangguk.
" Baiklah sekali ini saja kau boleh memaksaku " setelah beberapa saat terdiam akhirnya Bian menyerah pada permohonan adik kesanyangannya itu,membuat mata Elea berbinar bahagia.
" Tapi ingat,aku menerimanya makan malam disini,bukan berarti aku menerimanya sebagai kekasihmu "
" Tapii kakk..." Sebelum Bian menjawab terdengar bel pintu yang mungkin Barra sudah sampai.
" Bukalah mungkin idamanmu sudah sampai " ucap Bian.
" Terimakasih kak,aku menyayangimu " Elea mengecup pipi Bian kemudia segera membukakan pintu.
Sementara diapartemen Delia kini artis cantik itu tengah merias wajahnya secantik mungkin. Sengaja ia kenakan pakaian minim yang mungkin saja menarik perhatian Adrian.
" Aku harus memilikimu malam ini Adrian " batin Delia sembari memandang pantulan paras cantiknya pada cermin lebar dihadapannya.
Dering handphone sedikit mengagetkan Delia,dilayar ponselnya tertera nama Rio,beberapa kali Rio berusaha menghubungi Delia namun selalu ditolak artisnya. Bukan hal penting Rio hanya ingin memastikan Delia baik-baik saja karena saat take syuting tadi siang Delia terlihat kurang fokus sehingga harus mengulang hingga beberapa take. Dan saat perjalanan pulangpun Delia yang biasanya rieweh banyak bicara itu hanya diam melamun seolah ada pikiran berat yang ia alami.
" Maaf Rio untuk kali ini kau tidak boleh terlibat " Delia mematikan ponselnya,bersamaan dengan itu terdengar suara bel pintu.
" Adrian.." sorot mata Delia berbinar penuh semangat. Ia segera beranjak membukakan pintu setelah sebelumnya ia kembali berlenggok menatap keseluruhan penampilannya yang begitu menggoda malam ini.
Sebelum Delia membukakan pintu tak lupa ia mengintip melalui door view memastikan tamunya malam ini benar-benar seseorang yang ia tunggu,dan benar saja Adrian tengah berdiri dengan raut muka lesu,mungkin pria itu baru pulang dari rumah sakit.
" Haii...Honey " sapa Delia dengan suara lembut. Seketika pandangan Adrian menyapu Delia dari ujung kaki hingga ujung kepala. Karena memang penampilan wanitanya malam ini begitu seksi.
" Apa yang kau pakai?? " seru Adrian sedikit mendorong Delia masuk kedalam dan segera menutup pintu, ia khawatir ada orang lain yang melihat penampilan Delia malam ini.
" Ini...tentu saja untuk menyambutmu " balas Delia mengalungkan tangan pada leher Adrian.
" Kau bilang menemanimu makan malam bukan "
" Eheemm..kau juga boleh memakanku " Delia mulai agresif dengan mengecup bibir Adrian,membuat pria itu risih dan mengurai pelukan Delia. Entah mengapa sentuhan Delia tidak membuatnya bereaksi seperti awal-awal mereka pacaran dulu.
" Honey...come on " Delia kembali mencoba memeluk Adrian namun pria itu menahannya.
" Aku lapar Delia..aku sengaja menunda makan malam untuk makan disini " Adrian mulai kesal.
" Okeyy..Oke..aku sudah menyiapkan makan malam romantis " Delia menggandeng Adrian menuju balkon dimana ia sudah menyiapkan candle light dinner sebelumnya.
" Indah bukan,special for you " bisik Delia saat melihat Adrian terpaku pada meja makan romantis didepannya. Sementara Adrian tak menjawab dan langsung duduk membalik piring dan mengambil beberapa makanan.
" Aku punya sesuatu untuk mu..wait.." Delia kemudian masuk dan Adrian hanya sekilas menatapnya.
Didalam kamar Delia sudah menyiapkan sebotol anggur special yang harganya cukup mahal. Setelah menuangkan dalam dua gelas kaca Delia kemudian membuka laci meja dan mengeluarkan sesuatu,sebuah bungkusan kecil yang tak lain adalah obat perangsang yang ia pesan beberapa hari lalu.
" Kau akan menjadi milikku selamanya Adrian sayang " ucap Delia memandangi bungkusan itu dengan senyum smirk penuh ambisi.
" Special untuk malam romantis kita " Delia menyajikan dua gelas anggur dihadapan Adrian.
" Aku tidak minum Delia,aku harus mengemudi " jawab Adrian tanpa memandang Delia atupun anggur didepannya,tangannya masih sibuk menyuapkan makanan.
" Kau bisa menginap disini kan "
" Besuk pagi-pagi aku ada jadwal operasi "
" Aku akan membangunkanmu honey " Delia mulai merengek merayu Adrian agar mau meminum anggur specialnya.
" No,,jangan memaksaku ini menyangkut keselamatanku dan pasienku besuk "
" Honey ..please satu teguk saja " Delia mencoba memaksa Adrian dengan berusaha menyuapkan segelas anggur tersebut,namun Adrian tetap menolak dan terjadilah aksi dorong mendorong antara tangan Adrian dan Delia.
Pyyaarrr... segelas anggur itupun jatuh kelantai hingga membuat pecahan gelasnya berserakan kemana-mana.
" Adriaann... " sentak Delia penuh emosi,bagaimana tidak rencana penjebakan yang ia susun sedemikian rupa gagalah sudah karena anggur special yang menjadi senjatanya telah musnah.
" Akan kubuatkan lagii .."
" Lebih baik aku pulang,nafsu makanku sudah hilang " Adrian beranjak berdiri,kondisi badan yang lelah dan sikap Delia yang menurutnya menyebalkan membuat moodnya memburuk. Namun Delia segera menahannya.
" Tunggu honey...hanya satu gelas saja..untukku untuk hubungan kita " paksa Delia.
" No...aku harus pulang " ucap Adrian tegas kemudian meninggalkan Delia yang masih meneriakkan namanya.
Sesampainya dimobil Adrian menghembuskan nafasnya kasar sembari melonggarkan dasinya,rasanya ia benar-benar frustasi pada sikap Delia yang semakin hari semakin membuatkan jenuh dengan hubungan percintaan mereka. Membuat Adrian semakin ingin mengakhiri semuanya namun bagaimana caranya.
Sementara Delia,emosinya tak dapat ia kendalikan membuatnya marah dan menghancurkan tatanan meja makan yang ia siapkan penuh harap itu. Ia menangis tersedu dan masih sesekali meneriakkan nama sang kekasih.
" Aku tidak akan menyerah,aku akan terus berusaha memilikimu Adrian,hanya milikku milik Delia Asmarea " ucapnya dengan tatapan penuh obsesi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments