bab 5

Merasa cukup hanya dengan memberikan nomor hpnya. Tara kemudian langsung meninggalkan Sandi begitu saja. Sementara Sandi yang masih sibuk menyimpan nomor, jadi tak sempat mengejarnya hingga akhirnya tertinggal.

"Eh, tunggu sebentar ..." seru Sandi dengan sedikit belibet, menekan - nekan layar ponsel yang tak kunjung berhasil.

"Aiish, dasar!" keluhnya, melihat Tara tak mengidahkan teriakannya.

"Sebentar," Sandi kembali meraih tangan Tara, setelah berhasil menyusul kembali.

"Apa lagi?" tanya Tara sambil melepaskan genggaman tangan Sandi ditangannya.

"Kamu ini, orangnya emang jutek gini, ya?"

"Kamu ini, sengaja mau gangguin aku ya?"

"Kalau emang iya kenapa?" Sandi melipat tangannya dan mendekatkan wajahnya ke Tara, tanpa lupa juga menatap mata gadis itu.

"Mau aku laporin ke Mita!" jawab Tara tegas.

"Mita?" Sandi membelalakkan matanya mendengar nama adiknya disebut.

"Eh, jangan dong, dia serem."

Mendapat jawaban seperti itu dari Sandi. Sambil memincingkan matanya, Tara lantas menghubungi Mita.

"Hallo, Mit ..." kata Tara begitu telponnya tersambung.

Sandi semakin membelalakkan matanya. Tak disangkahnya Tara benar - benar akan menghubungi adiknya. Dalam sekejab. Sandi lantas merebut ponsel Tara begitu saja dan mematikan sambungan telponnya.

"Eeeeehhhhhh,,, hpku" pekik Tara sambil berusaha merebut kembali ponsel yang sudah diangkat tinggi oleh Sandi.

"Kamu ini ya, bener - bener. Bisa - bisanya langsung telpon Mita." pungkas Sandi dengan nada gemas dan sedikit menjentik kening Tara dengan salah satu tangannya yang nganggur.

"Eh, main jentik - jentik!" hardik Tara sambil melotot. "Mana Hpku! balikin!."

"Enggak! gak mau!." tolak Sandi semakin mengangkat ponsel Tara tinggi.

"Balikin!" dengus Tara mencondongkan badannya mendekat sambil sedikit melompat.

"Enggak! pokoknya gak mau! siapa suruh telpon Mita segala!."

"Itu kan terserah aku! mau aku telpon Mita kek atau siapa kek. Karna seingetku katanya, ada abangnya yang suka godain cewek, dan aku, gak mau jadi salah satu cewek tersebut!."

"Itu kata siapa? Mita?" tanya Sandi mengernyit.

"Iya!"

"Mita? Mita bilang gitu?" Sandi mengulang pertanyaannya.

"Iya! Mita adikmu bilang gitu!."

Mendengar jawaban Tara, Sandi hanya melongo tak percaya. Dan tanpa sadar tangannya yang sedari tadi diangkat pun perlahan turun.

"Wah!! dasar comel!" Sandi menggerutu sambil tersenyum kecut.

Tara sadar kalau saat itu, Sandi sedang lengah. Dan dengan memanfaatkan momen tersebut. Secepat kilat, Tara langsung melompat dan meraih kembali ponselnya.

Tara menyeringai ke Sandi setelah berhasil merebut ponselnya. Sementara Sandi tampak kecewa karna tak bisa mempertahankan Tara lebih lama.

Tapi tepat saat itu, ponsel Tara berbunyi. Ada telpon masuk dari Kakak lelakinya yang bernama Ilham.

"Hallo, iya mas ada apa?" jawab Tara.

"Tar, ini mbak Desi, Tar, mas Ilham kecelakaan Tar. Tadi habis disrempet sama mobil" kata Mbak Desi istri Mas Ilham.

"Hah? kesrempet? kok bisa mbak?"

"Gak tahu, tadi habis dari pasar katanya tiba - tiba ada mobil oleng trus gak sengaja nyenggol katanya"

"Terus sekarang Mas Ilham gimana?"

"Mas Ilham gak apa - apa, sekarang sudah mau pulang dari rumah sakit, cuma masalahnya kedainya gak ada yang jagain. Kalau kamu gak ada kuliah, bisa gak mbak Desi minta tolong, tolong hari ini jagain soalnya sayang makanannya masih banyak kalau mau ditutup"

"Oh iya mbak kalau gitu, bentar lagi aku kesana, tapi Mbak, beneran kan Mas Ilham gak apa - apa?"

"Iya Mas Ilham gak apa - apa kok. Mbak minta tolong ya, soalnya ini barusan mbak nitip kedai ke Bu Yuni sebelah"

"Iya mbak, gak usah khawatir, Tara bentar lagi langsung kesana"

"Ya udah kalau gitu, makasih ya sebelumnya, Mbak Desi tutup telponnya"

"Iya mbak" kata Tara mengakhiri pembicaraan.

"Ada apa? butuh bantuan?" tanya Sandi yang sedari tadi menguping pembicaraan Tara.

"Enggak, gak ada apa - apa" jawab Tara tak ingin Sandi ikut campur. "Karna aku lagi buru - buru jadi kita sudahi pertemuan kita disini, oke ..." ucap Tara yang kemudian langsung pergi.

Sandi yang tahu sedang ada masalah pun pasrah, dia tak berusaha mengejar Tara yang sedang terburu - buru meskipun hatinya kecewa karna pertemuannya harus berakhir seperti ini.

Kini, Sandi sudah berada di dalam mobilnya. Rasanya hatinya kepikiran akan Tara. Andai saja dia bisa sedikit membantu tadi, mungkin hatinya tak akan merasa kecewa.

"Huft" Sandi menghembuskan nafas kasarnya.

Sandi hendak menjalankan mobilnya. Tapi saat itu pandangannya mengarah pada sosok gadis yang berdiri dipinggir jalan menunggu angkutan umum. Sandi kembali tersenyum. Dengan semangat dia melajukan mobilnya dan menghentikannya tepat didepan gadis tadi yang tak lain adalah Tara.

Sandi memencet klakson mobilnya untuk menarik perhatian Tara. Kemudian dia menurunkan kaca jendela dan membuka pintu mobil dari kursi pengemudi.

"Ayo, aku anterin" kata Sandi dari dalam mobil.

"Hah? Gak usah, terima kasih"

Tin ... Tin ...

Suara klakson dari mobil yang ada di belakang Sandi kembali terdengar. Memberi tanda agar mobil Sandi bisa segera pergi.

"Ayo, udah ditunggu yang belakang" seru Sandi kembali.

Tin ... tin ...

Karna Sandi yang tak kunjung pergi dan terus menunggunya masuk. Sedangkan mobil dibelakang sudah tak sabar. Mau tak mau Tara pun masuk kedalam mobil Sandi.

"Ini aku antar kemana?" tanya Sandi.

"Kedepan SMA 17" jawab Tara sambil meletakkan beberapa bukunya diatas dashbor mobil Sandi.

Sepanjang perjalanan, keduanya tidak mengobrol. Tara, berusaha menghindari Sandi, dengan selalu memperhatikan jalanan lewat kaca samping mobil. Sedangkan Sandi sudah cukup puas karna berhasil memberi tumpangan. Hingga tak butuh waktu lama, hanya sekitar 10 menit, keduanya sudah sampai pada tujuan.

"Itu, berhenti di depan ruko yang tengah" kata Tara sambil menunjuk sebuah ruko yang ada didepan.

"Oh, itu ..." jawab Sandi yang kemudian menghentikan mobilnya tepat di depan ruko.

"Makasih ya, udah nganterin ... sebagai gantinya nanti aku traktir" kata Tara sebelum turun.

"Traktir? serius?" tanya Sandi dengan nada antusias.

"Gak jadi deh!" jawab Tara mengurungkan, setelah melihat reaksi Sandi yang berlebihan.

Tara beranjak turun dari mobilnya dan masuk kedalam kedai milik kakaknya dengan segera.

"Aaiiish kamu ini!" sahut Sandi berusaha melepas sabuk pengamannya agar bisa bergegas menyusul Tara.

Saat itu kedai sangat ramai. Tara yang baru saja datang disambut oleh bu Yuni pemilik toko sebelah yang dimintai tolong Mbak Desi.

"Tar. itu," seru Bu Yuni mengarahkan pandangannya sebentar ke meja agar Tara memeriksa catatan pesanan para pelanggan.

"Iya bu, maaf ya bu, lama, " jawab Tara sigap membaca semua pesanan lalu mulai bekerja.

Selesai dengan semua pesanan, Bu Yuni kemudian pamit pergi untuk kembali ke tokonya.

"Tar, kamu bisa sendirikan? Ibu mau balik ke toko soalnya, toko juga gak ada yang jagain, takut ada yang beli juga"

"Oh iya bu, silahkan, makasih ya bu sebelumnya ..."

"Iya sama - sama" jawab Bu Yuni sambil beranjak pergi.

"Bu makasih ya ..." ucap Tara kembali dengan nada sedikit keras agar didengar Bu Yuni yang dapat balasan lambaian tangan.

Tara sendirian ditengah ramainya para pembeli. Dia sangat sibuk. Para pelanggan silir berganti. Hari ini, Tara harus jadi kasir sekaligus pramu saji. Sandi, yang saat itu belum pulang memperhatikan kesibukan Tara. Dia kemudian mencoba memberi bantuan.

"Ini, mau diantar ke meja yang mana?" tanya Sandi merebut nampan yang berisi makanan dan minuman pesanan pembeli.

Terpopuler

Comments

Krystal Zu

Krystal Zu

5 like buatmu 🐝

2023-01-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!