Setelah beberapa menit sang Paman-pun keluar. Tertinggallah Ellia sendiri didalam ruangan.
beberapa kemudian bergeraklah jari sang Ayah.
"Ayah...Ayah ini aku Ellia!.." Panik Ellia antara senang dan gelisah.Lalu Ellia bergegas memencet tombol darurat disamping tempat tidur.
Beberapa menit kemudian terdengar langkah kaki dari luar ruangan.
"Maaf mbak.. Mohon tunggu diluar kami akan melakukan pemeriksaan" kata sang perawat segera Ellia-pun keluar.
"Bagaimana apa yang terjadi Nak Ellia?" kata Paman dan Pak Paris bertanya secara bersamaan. Mereka terkejut melihat Dokter dan perawat datang dan bergegas masuk keruangan.
"Alhamdulillah... Ayah--- Ayah sudah siuman Paman, Om!" kata Ellia sambil mengusap air mata haru dan bahagia.
"Syukurlah, nak." Bu Watari-pun mendekat kepada Ellia dan mengelus bahu sang gadis yang masih gemetar tersebut.
Sadar ada yang mengusap bahunya Ellia-pun mengucapkan terima kasih kepada Ibu tersebut.
"Makasih Tante!."
Beberapa menit kemudian Dokter dan perawat-pun keluar seraya berkata, "Siapa yang bernama Bapak.Paris, silahkan beliau ingin bertemu" ucap sang Dokter.
"Saya Pak!" Pak Paris-pun masuk sambil ditemani oleh sang anak.
"Bapak ingin bertemu dengan saya?" tanya Pak Paris bingung. Padahal kebanyakan jika orang sakit yang dicari adalah keluarganya sendiri, tapi ini malah orang lain.
Mendengar suara yang berbicara Pak. Zainal-pun menoleh memandangi wajah Pak.Paris dan anaknya.
Tak kunjung berbicara pak paris-pun mukai bertanya lagi.
"Pak! Ada yang bisa saya bantu. Saya mohon maaf atas kecelakaan tersebut Pak!" mencoba berbicara perlahan ada kiranya mungkin pendengaran Pak. Zainal sedikit terganggu.
Aman yang di pandangi sedemikian rupa oleh pria paruh baya tersebut merasa aneh.
Tapi dia hanya diam saja.
"Ya.. Sa..ya juga minta ma..af saya juga salah lampu sepeda motor matic saya memang rusak dan belum diperbaiki lagi, itu salah kami" kata Pak Zainal berusaha bicara sejelas mungkin walaupun pelan.
" Mi..num.." ucap pelan Pak Zainal.
"Apa Pak saya tidak dengar" kata Pak Paris.
Sedangkan Aman yang mengetahui gerak bibirnya segera mengambil Aqua botol dan memasukkan sedotannya dan memberikannya kepada Pak Zainal.
"Te..rima kasih Nak!" berusaha tersenyum kepada Aman namun, Aman hanya menganggukkan kepalanya.
Setelah minum Pak Zainal kembali memandang wajah Pak Paris.
"Bolehkah--- saya meminta sesuatu kepada bapak? Saya--- merasa sudah tidak lama lagi. Tapi, saya ingin melihat anak gadis saya menikah sebelum saya pergi" Ucap Pak Zainal seolah Allah telah meminjamkan kekuatannya agar dia berbicara dengan lancar.
"Jangan bicara seperti itu Pak, semua Dokter akan berusaha semaksimal mungkin" Ucap Pak Paris sambil memegang bahu Pak Zainal menguatkan.
"Saya mohon....! Tolong sunting anak saya dan akad nikahnya disini saja saya sebagai saksi pamannya sebagai wali anak saya. Saya mohon Pak?" Dengan wajah memohon dan memelas Pak Zainal memandangi kedua wajah itu dan berlama-lama di wajah Aman..
"Bagaimana dengan mu nak? Apa kau bersedia! Tolong lakukan ini demi ayah nak" Kata Pak Paris mencoba memaksa sang anak menikahi gadis lain. Walaupun dia tahu sang putra telah memiliki kekasih.
Aman yang saat itu hanya diam kini dia balas menatap wajah memelas Pak Zainal. Terdapat kasih sayang seorang ayah kepada putrinya di mata pak Zainal.
Deg..deg..deg
Suara jantung Aman berdetak seolah hati Nuraninya berkata.
'Tolonglah dia, mungkin setelahnya dia akan pergi dengan tenang'
Kemudian Aman-pun mengangguk kepada pria paruh baya itu.
"Ayah! Ayo lakukan" Kata Aman sambil menatap mata sang Ayah.
"Terima kasih nak dan Maafkan Ayah" Kata Pak Paris tak tega mengorbankan sang anak demi orang lain.
"Terima kasih dan tolong panggilkan anakku dan adikku. Sekali lagi terima kasih" Ucap Pak Zainal dengan senyum yang lemah.
Mereka berduapun keluar. Ellia-pun masuk bersama sang paman.
"Ayah--- Ada apa?" tanya Ellia menghampiri sambil menggenggam tangan sang Ayah sedikit tersenyum.
"Ellia menikahlah dengan Aman. Pria muda yang ada diluar. Apakah kamu bersedia Nak?" ucap sang Ayah.
Deg.. Deg ..deg...
Ada apa dengan ayah!? Apakah dia menguji kepatuhanku sebagai seorang anak. Mungkin ini yang terbaik menurut Ayah bagi diriku. Mungkin Ayah hanya bertanya padaku.
Setelah berpikir tak ada salahnya Ellia mengiyakan dahulu perkataan sang Ayah.
"Baiklah! Ayah aku bersedia" Ucap Ellia dengan mantap. Melihat Ayahnya tersenyum, ia merasa lega.
"Kau dengar itu Arzun, segera siapkan dirimu jadi wali akad nikah keponakanmu" Ucap Zainal tersenyum lebar kepada sang adik seolah dia akan sehat kembali.
"Baik Bang" Pikir Arzun masih agak aneh dengan tingkah sang Abang.
Setelahnya mereka semua berkumpul diruangan Pak Zainal tersebut. Kebetulan ada Kiyai yang sedang cek-up kesehatan dirumah sakit. Sehingga ia bisa sebagai saksi nikahan tambahan yang lengkap dan melantunkan doa setelah Akad nikah yang berjalan sesuai dengan ajaran islam.
Kyai atau Ustadz bertanya kepada mempelai Pria.
" Nak, Apakah kau sudah menyiapkan Maharnya? Maharnya harus tunai Nak tidak boleh kredit dan berupa benda juga boleh nak."
Bingung, Aman Hanya memiliki kartu kredit dan tak pernah memegang uang tunai.
Ragu-ragu Aman melepaskan jam Rolex mahal kesukaanya berwarna Perak dan meletakkannya didepan sang Ustadz.
"Apakah ini boleh, Pak Ustadz?"
"Boleh, tentu saja. Tapi tak boleh di ambil lagi ya Nak?" ucap sang ustad sambil tersenyum.
"Pakilah Jam Tangan ini, mahar dari calon suamimu yang sebentar lagi sah menjadi suamimu setelah Akad Nikah" kata sang Ustadz.
"Bismilahirrahmanirrahim, saya nikahkan Ellia Karim binti Zainal karim yang adalah keponakan saya kepada Aman Brown dengan mahar atau mas kawin satu
Jam tangan Rolex yang dibayar tunai" Ucap Arzuna paman Ellia.
"Saya terima Nikah dan kawinnya Ellia Karim dengan mahar satu jam tangan Rolex dibayar tunai" ucap Aman.
"Sah saksi" kata sang ustadz.
Sah.....
Merka-pun bersuara.
"Alhamdulillah--- " Kata Ustadz dan memanjatkan do'a.
Setelahnya Ellia-pun mencium tangan sang suaminya secepat kilat dan berbalik menghampiri Ayahnya.
"Ayah! Lihatlah sekarang aku sudah menikah" tersenyum sambil menggenggam tangan kanan sang Ayah.
"Ellia...! jaga ibu dan adik-adik mu... Batuk batuk... Maaf kan Ayah---" Ellia berusaha menahan air matanya yang akan keluar.
lantas Sang Ayah-pun berusaha mengucapkan syahadat sambil dibantu oleh Ustadz yang masih belum pergi.
"Ayah------" Tangis Ellia akhirnya pecah.
"Ayah! Ayah! Bangun jangan tinggalkan kami. Ayah......."
Ayah........
Flashback Off
"Ayah.......!
Hup..hup.. Huh....
"Aku memimpikan itu lagi" Ucapnya sambil mencoba menstabilkan nafasnya.
Melihat jam di meja sudah menunjukkan 04:10 WIB.
Ellia-pun segera beranjak membersihkan diri. setelahnya Azan-pun berkumandang.
Ellia-pun segera menunaikan ibadahnya.
Setelah selesai Ellia kemudian memasak nasi dan sayuran untuk dimakan sekeluarga. Biasanya ada tanaman sayuran segar di belakang rumah.
Ellia membuka pintu belakang dan melihat hamparan hijau sawi dan kangkung yang siap di petik.
Ellia memetik beberapa kangkung untuk ditumis dan beberapa daun sawi untuk direbus.
Segarnya udara pagi dipedesaan memang beda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments